Chapter 6

353 68 19
                                    

****
Dengan melihat situasi seperti ini, Jieun menjadi mengerti. Dirinya sedang di jebak. Jadi laki-laki dihadapannya ini memang sengaja membuat Jieun hampir menabrak laki-laki itu sebagai pengalihan perhatian. Cengkeraman di tangannya masih kuat. Jieun tak mempedulikan kedua orang yang masih menahan tubuhnya agar tak kabur. Tapi ia malah menatap mata laki-laki di depannya. Menerka siapa orang tersebut. Laki-laki itu masih setia menyentuh pipi Jieun.

"Katakan siapa kau sebenarnya? Dan apa yang kau inginkan dariku?"

Suara yang ia keluarkan tidak keras, malah terdengar lirih. Tapi sebenarnya ia sedang menahan marah.

"Suatu saat kau akan tahu gadis manis. Lebih baik sekarang kau menurut saja padaku!"

Kata 'manis' itu terdengar begitu menjijikkan di telinga Jieun. Ingin rasanya menampar Laki-laki itu. Tapi dengan keadaan ini ia tidak bisa melakukan apa pun.

"Bawa gadis ini!"

Laki-laki itu berbalik badan dan berjalan akan menghampiri motornya yang masih tergeletak.
Mata Jieun membulat. Kedua orang tersebut berbalik dan menyereret paksa Jieun.

"Tidak. Aku tidak mau. Lepaskan aku."

Jieun berusaha berontak walaupun ia tak yakin kekuatannya dapat menandingi kedua orang tersebut.

"Tidak. JANGAN!"

Jieun yang masih di paksa itu berteriak kencang saat dirinya melihat sebuah mobil hitam terparkiran di belakang sedikit jauh dari mobilnya. Ternyata ia telah dibuntuti orang-orang ini dengan mobil, ia sangat menyesal tak sadar akan hal itu.

Dan sekarang salah satu orang tersebut membuka pintu belakang mobil. Ia dipaksa masuk tapi Jieun masih berusaha keras untuk melepaskan dirinya. Tak mau dirinya dibawa oleh kedua orang itu.

"Jangan bawa aku pergi! Kumohon lepaskan aku!"

Jieun sudah merasa teriakannya sia-sia. Yang ada dipikirannya sekarang adalah ayahnya. Apa yang akan terjadi bila ayahnya tahu dirinya sedang dibawa pergi orang tak dikenal. Ia tidak bisa membayangakan bagaimana keadaan ayahnya.

Karena bayangan buruk tentang ayahnya, ia berusaha lagi untuk lepas dari jeratan dua orang itu.
Ia mencoba untuk menendang. Tapi gagal, karena tendangannya sangat lemah. Ia tak kehilangan akal ia menggigit tangan laki-laki di samping kanannya.

"ARRRGH... gadis sialan."

Laki-laki yang digigitnya itu melepasakan cengkeramannya. Sedangkan yang satunya menahan Jieun. Tapi Jieun memukul kepala laki-laki itu dengan tanganya sendiri. Tapi malah tangannya yang merasa sakit.

Kemudian ia menyadari apa yang telah di perbuatannya. Tidak. Jieun sama sekali tak pernah melakukan kekerasan. Bahkan dirinya sangat membenci dengan kekerasan. Tapi kini ia malah melakukakannya pada pria itu.

"Diamlah!"

Rambut Jieun telah di tarik kuat oleh orang di belakangnya.

"Aaaa..... lepaskan.!"

"Jangan lakukan hal yang tak berguna. "

Orang yang itu semakin kasar menarik rambut rambut Jieun hingga membuat kepalanya mendongak ke atas.

"Arrrrgh. Sakit...."

Rintihan yang ia keluarkan adalah suatu pelampiasan akan dirinya yang sedang kesakitan.
Melihat hal itu laki-laki yang membawa motor itu berhenti di dekat mereka.

"Kalian ini bodoh! Jangan sakiti dia! Berikan saja dia obat bius!"

Teriakan lantang itu menyadarkan kedua laki-laki berbadan besar itu. Salah satunya memgambil sapu tangan di kantung celananya. Dia langsung membekap hidung Jieun. Jieun terkejut saat orang itu membekapnya, ia kembali berontak. Tapi lama kelamaan ia malah merasa pusing. Tubuhnya terasa lemas, tenaganya seperti menghilang secara tiba-tiba.

Auditory HallucinationTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang