HURTS ke-sembilan belas

913 60 0
                                    

19. Chelsea Benci

"Seharusnya aku yang berada di sana. Di sampingmu, memberi semangat, dan memelukmu erat ketika keberhasilanmu tiba. Bukannya dia, yang membuatku semakin cemburu."

****


Hari ini, hari terakhir Rizky latihan basket untuk pertandingannya besok. Setelah giat berlatih dengan tekun setiap hari selama seminggu terakhir, akhirnya saat-saat yang ditunggu telah tiba. Rizky sedang berlari menggiring bola untuk dimasukan ke dalam ring lawan saat ini. Ia menatap sekitarnya untuk memilih mengoper bola. Lalu ia mengopernya ke Vano, lalu memasukannya ke dalam ring. Semua bersorak. Terutama Chelsea yang duduk di tepi lapangan dengan botol minun dan handuk kecil milik Rizky.

Chelsea tersenyum dan sempat bersorak. Di seberang lapangan, duduk Aura yang merupakan pacar Arthur. Chelsea bisa melihat Aura juga bersorak sepertinya. Perbedaannya, mereka sudah saling memiliki, sedangkan Chelsea tidak.

"Istirahat dulu aja, guys. Udah bagus kalian," ucap Rizky di tengah lapangan. Sontak, tim basket langsung bubar ke tepi untuk beristirahat.

Rizky berjalan menuju tempat duduk Chelsea dengan keringat yang bercucuran. Bajunya basah dan bola basket ada di tangannya. Setelah dekat dengan Chelsea, Rizky tersenyum menyambutnya. "Capek?" tanya Rizky.

Chelsea terkekeh geli sambil menyodorkan air mineral dan handuk, lalu menggeser tempat duduknya. "Gue yang harusnya tanya sama lo, capek?"

Rizky menggeleng sebelum meneguk airnya. Chelsea tersenyum melihat kerja keras Rizky kali ini. Ia berharap, semoga cowok di sampingnya ini bisa mendapat juara dan membawa nama baik sekolah. Semoga juga ia bisa mendampinginya untuk tanding, walaupun ia akan telat.

"Oh iya," ujar Chelsea setelah Rizky selesai mengelap keringatnya. "Besok gue telat, ya? Kak Rafif minta ditemenin beli bunga buat Kak There,"

Rizky mengangguk. "Gak pa-pa, yang penting lo dateng ya?"

"Siap bos!" ucap Chelsea sembari memberi hormat pada Rizky. Keduanya terkekeh, lalu sibuk menatap lapangan.

Cuaca hari ini panas. Matahari terasa sangat menyengat dan tidak ada angin yang bersemilir. Rizky mengelap kembali wajahnya yang makin deras dengan keringat. Chelsea pun hanya bisa diam. Omong-omong, Rafif sudah jadian dengan There. Yah, walaupun tidak seromantis yang Chelsea bayangkan, kakaknya sudah berani menyatakan perasaannya. Genap seminggu yang lalu mereka berpacaran. Lalu, tanpa hujan dan petir, kakanya ingin merayakan seminggu mereka mempunyai status yang jelas.

Chelsea sempat melongo ketika kakaknya mengatakan keinginannya. Kakaknya tidak alay, kan? Chelsea tersenyum mengingat kejadian itu. "Lo kenapa, sih?" tanya Rizky yang heran ketika melihat cewek di sampingnya ini tersenyum sendiri.

Chelsea sadar akan lamunannya dan menoleh ke arah sahabatnya. "Gak pa-pa," ujarnya.  "Ngakak aja gitu, waktu inget Kak Rafif nembak Kak There,"

Rizky sempat ber-o ria. "Emang gimana nembaknya?"

"Katanya sih, dia pura-pura mati, trus Kak There dateng, trus di tembak, deh."

"Oh," jawab Rizky singkat. "Emang kalau yang romantis gimana?"

"Hm," Chelsea nampak berpikir. "Apa ya? Mungkin di kasih bunga, boneka, atau diajak ke tempat spesial gitu?"

Rizky mengangguk saja dan kembali meneguk minumannya sampai habis. "Emang kenapa?" Chelsea kembali bertanya.

"Siapa tahu, gue mau nembak cewek gitu,"

Tenggorokan Chelsea tercekat. Dadanya seperti kekurangan oksigen. Nembak? Siapa? Apa ada orang lain yang ingin Rizky nyatakan perasaannya? Sontak, Chelsea membeku di tempat.

LaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang