Bab 8 : lelah

3K 135 1
                                    

Pagi yang sangat cerah. Usai melaksanakan sembahyang subuh. Aku memutuskan berjalan pagi selama lima belas menit. Aku mengajak gadis yang kini ada di sampingku dengan paksaan. Muka kantuknya masih tercetak, jalannya yang sempoyongan membuat hiburan tersendiri bagiku.

"Ray, pulang lah ke rumahmu. Kau mengganggu pagi liburku" kesal Gadis itu kepadaku.

"Kau harus olahraga. Apalagi kau sedang tak puasa, tenagamu lebih banyak. Jadi kalau aku kelelahan nanti kau bisa menggendongku"ucapKu membuatnya melemparkan kumpulan dedaunan yang selama perjalanan tadi dipetik olehnya.

"Terserahlah"pasrahnya.

Kami pun menyusuri kebun, dan sawah. Aku sangat ingin mengungkapkan perasaanku. Namun apakah ini waktu yang tepat. Belum genap ada setahun Aku mengenalnya. Apakah tak akan masalah?.

"Ransyah, aku ingin bertanya boleh?"izinku yang dibalas gumaman olehnya.

"Jika ada yang melamarmu apakah akan kamu terima?"tanyaku to the point. Dia menghentikan langkahnya sejenak dan menatapku sebentar lalu duduk dan menatap langit dengan begitu tenang.

"Tergantung"jawabnya. Aku hanya diam menunggu kelanjutannya"memangngya kenapa?"

"Kamu bahkan belum menjelaskan kenapa kamu menjawab tergantung"sungutku kesal karena dia malah balik bertanya membuatku makin gugup saja.

"Ya tentu harus dipikirkan dulu matang-matang, nenek dulu bahkan cerita waktu menerima mbah dia sholat istikharah dulu selama tiga malam"Aku masih belum paham penjelasannya.

"Aish... lain kali otak cerdasmu dibersihkan, lama terfokus pada dokumen sampai hal seperti itu aja gak paham"lanjutnya dengan menatapku jengkel, kenapa jadi dia yang marah. Siapa yang salah sih sebenarnya?.

"Sudahlah, Aku mau balik. Mesti bantu nenek berkebun sebelum mulai masuk kerja nanti"ucapnya menutup pembahasan akan hal yang sangat ingin ku tahu. Aku pun menahan dirinya untuk beranjak berdiri.

"Ish!, apa lagi?"

"Jawab aku, bersediakah kamu menikah denganku?"apa yang baru saja ku katakan. Dasar Ray bodoh sungutku mengutuk diriku sendiri yang sangat ceroboh saat ini. Ini karena dirinya yang membuatku gugup.

"Bodoh!, gak usah bercanda. Udahlah aku mau balik"jawabnya yang mampu mengatur kembali keterkejutannya menjadi tenang kembali.

"Aku serius"jawabku akan sungutannya yang mengatakan purpose ku hanya sebagai candaan. Aku rasanya ingin marah karena tanggapannya akan ucapanku.

"Ray, kamu aneh loh"

"Apa yang aneh ransyah, Aku tengah mengajukan lamaranku. Aku menunggu jawabanmu" ucapku menegaskan.

"Ray, Aku tak mengerti kenapa secara tiba-tiba kau melamarku. Apa kau sungguh-sungguh mengatakan itu?"tanya Ransyah membuat ku begitu bingung akan jawaban pertanyaannya. Aku...

"Aku pergi, yakinkan apa yg kau lakukan ini apakah sudah tepat atau tidak. Kalau pun tepat berikan aku waktu untuk memikirkannya"ucap Ransyah sebelum dia melangkah pergi menjauhiku.

Aku bingung, diriku mengatakan yang aku lakukan adalah benar. Namun pertanyaannya membuat sisi lain diriku meragukan apa yang telah kulakukan. Dia... seperti gadis yang tak dapat ku gapai.

                          ❤❤❤

Saat sampai kembali di rumah, nenek sudah bangun dari tidurnya. Dia langsung bersiap untuk ke ladang dan sawah. Aku pun segera menghampirinya dan membawa beberapa barang berat untuk berladang. Sesampainya disana nenek segera memotong rumput liar dan mengumpulkannya. Mengecheck seluruh tanaman. Aku membantunya hingga selesai lebih cepat. Tinggal memberi makan para kambing dan sapi. Aku pembawa rumput tadi yang sudah di kumpulkan di dalam karung ke alat pengolahan makanan yang otomatia mengalirkannya menuju kandang sapi dan kambing. Selesai itu, Aku membebaskan kambing dan sapi di sekitaran ladang agar tidak stress. Setelah dua jam, Aku mengembalikan mereka ke ladang dab berjalan pulang bersama nenek karena matahari hampir terik.

Sesampainya disana, Ray dan yang lainnya tengah beberes rumah membuat kami sebagai tuan rumah tak enak. Aku segera mengambil alih menyapu dan mengepel. Dania berbain bersama burung-burung di depan rumah. Mbak reina membantu nenek membersihkan jagung dan juga kentang yang tadi kami petik. Usai membersihkan rumah aku memutuskan untuk ke kebun belakang mengambil mangga dan juga apel.

Aku memanjat pohon dan berusaha memetik beberapa buah.

"Astagfirullah anak gadis!"seru Mba Reina terkejut dan khawatir. Aku membalasna dengan cengiran.

"Mba tangkep ya... klo jatuh kotor nanti"Aku langsung melempar dan mba reina dengan sigap menerima lemparanku.

Usai mengambil beberapa buah mangga dan apel. Aku segera turun dan sialnya aku terpeleset hingga jatuh terduduk. Aku meringis dan mereka semua malah tertawa menyebalkan.

"Hahaha... makannya jangan petakilan"nasehat Ray membantu ku bangun dari dudukku. Bokongku yang sakit membuatku meringis ketika berjalan memasuki rumah.

Mba reina dan Dania bercerita dengan semangat tentang diriku yang jatuh kepada nenek. Sampai akhirnya terdengar suara ketukan dari luar. Ray segera membuka pintu. Lalu ku dengar dari dalam dia mempersilahkan masuk tamu tersebut. Nenek segera menuju ruang tamu kecil rumahku. Aku meminta mba reina mambantuku untuk ke ruang tamu.

Aku melihat pria itu, pria yang selama ini kuhindari. Dia menatapku dengan terkejut. Aku tak tau harus berbuat apa, aku meminta mba reina untuk membawaku kembali masuk dan menuju kamar. Pria itu mengejarku dan menahanku tepat sebelum aku masuk.

"Kau kemana saja?, aku telah mencarimu kemana-mana. Syukurlah kau baik-baik saja. Ayo kita kembali ke rumah. Orang tuamu sangat mengkhawatirkanmu"ucap pria itu kepadaku. Tak terasa air mataku telah mengalir. Dengan suara pelan aku meminta mba reina membawaku masuk ke kamarku. Namun dia kembali menghalangi hingga Ray datang dan membawaku pergi setelah mendorong pria itu.

"Tenanglah, jika kau tak ingin bertemu dengannya aku akan berbicara dengannya. Sekarang biarkan aku menggendongmu masuk ke dalam kamar"tanpa persetuhuan dariku Ray pun langsung menggedongku dan mendudukkanku diatas dipan. Dia menghapus air mataku

"Aku akan segera kembali, kau bersama mba reina dulu ya. Aku tak tau hubunganmu dengan pria itu apa. Yang kutahu saat ini adalah kau menghindari pria itu. Maka aku akan mengabulkannya untuk saat ini"ucap Ray yang setelahnya langsung digantikan posisinya oleh mba reina. Dia melangka keluar menemui pria itu.

"Tenanglah, mba gak akan memintamu bercerita. Tapi mba mohon tenanglah, sangat sakit melihat tangismu"ucap Mba Reina yang memelukku dengan erat. Aku menangis keras dan aku tak tahu alasanku menangis kali ini karena apa. Aku begitu bingung akan diriku.

"Kakak tenang ya... ini dania bawain minum"ucap dania sembari menyodorkan segelas air putih untukku. Aku pun menerima dan meminumnya.

"Kau sudah tenang?"tanya mba reina yang kujawab dengan anggukan.

"Aku masih tak ingin bertemu dengannya. Dan bisakah mba meninggalkanku sendiri di kamar saja?"pintaku yang langsung diangguki oleh mba reina.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Kau memiliki aku dan yang lainnya"ucap mba reina sebelum meninggalkanku. Aku pun membaringkan diriku menerawang mencari alasan kenapa aku bersedih dan tak ingin bertemu dengannya. Air mataku mengalir dan aku menahan sekuat tenang agar tidak menimbulkan suara keras.

Aku ingin bertemu bunda saja...

Semua gelap dan menghilangkan seluruhnya. Aku seperti jatuh ke dalam gua yang begitu gelap dan menakutkan. Aku menjeritkan nama bunda berkali-kali namun tak ada jawaban hingga aku tak sadarkan diri.

Still Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang