Bab 15 : Rindu

2.3K 106 0
                                    

Dua minggu telah berlalu, tiga hari yang lalu ransyah sudah diperbolehkan keluar dari rumah sakit. Dia memilih untuk tak kembali ke rumah dan memilih tinggal bersama nenek di desa. Hal itu membuat Rahman semakin merasa bersalah.

Hari ini Ransyah menghabiskan sehari-harinya dengan berkebun bersama nenek. Senyum kebahagian terlukis di wajahnya. Seusainya mereka kembali ke rumah dan memasak makanan dari sayuran dan buah hasil berkebun.

"Nek, ransyah ke kamar dahulu ya"ucap Ransyah yang diangguki oleh Nenek.

Dia segera menuju kamar dan mengambil cincin yang beberapa hari lalu diberikan oleh Azhrof sebagai permintaanya untuk meminangnya. Dia mengenakan cincin tersebut dan tersenyum menatap jarinya yang terpasang cincin indah tersebut.

Ransyah kembali kedapur dan memasak bersama nenek untuk menyiapkan makan siang. Hari ini azhrof mengatakan akan berkunjung dan makan siang di rumah. Sebab itu, mereka begitu semangat memasak.

"Alhamdulillah selesai..."ucap mereka bersamaan dengan senyum bahagia.

"Sudah, kau bersiaplah. Masa menyambut calon suami dengan penampilan begitu"ucap Nenek membuat ransyah memberenggut kesal.

"Iya nenekku...."jawab Ransyah membuat Nenek tertawa. Ransyah pun bersiap diri di kamarnya dan Nenek kembali menyiapkan beberapa camilan yang belum selesai dibuat. Hari yang begitu bahagia bagi mereka berdua.

                      ❤❤❤❤

Hari ini aku memutuskan berkunjung ke rumah nenek untuk menemui calon istriku. Ah... sungguh senang aku menyebutnya dengan panggilan itu. Aku mengendarai mobilku dengan kecepatan sedang dan tersenyum sepanjang perjalanan. Orang yang melihat mungkin akan menganggap diriku tak waras.

Tak lama akhirnya aku sampai di  gang menuju rumah nenek. Aku memarkirkan mobil di rumah pak kades dan memasuki gang yang cukup sempit sampai akhirnya menemukan sebuah kebon dan melewatinya. Bertemu sawah dan melihat rumah kecil disana. Aku segera melangkah menuju rumah tersebut.

"Assalamu'alaikum"salamKu sembari mengetuk pintu yang tertutup.

"Wa'alaikumussalam"sahutan dari dalam menjawab salamku.

Tak lama pintu pun terbuka menampikkan seorang gadis yang begitu cantik dengan balutan dress bunga selututnya. Terlihat begitu manis.

"Ah... silakan masuk"ucap Gadis itu. Aku melihat kegugupan dalam dirinya. Aku pun juga sama sepertinya. Jantung ini terus saja berdetak dengan kencang.

"Nenek mana?"tanya Ku memecah kesunyian.

"Nenek lagi salin baju abis berkebun tadi"jawabnya dengan masih menundukkan kepala."Kamu tadi naik apa kesini?"tanyanya

"Tentu dengan mobil, Aku ingin mengajakmu kesuatu tempat"jawabku membuat pipinya bersemu. Dia sungguh lucu. Mengapa aku tak menyadari hal ini dulu.

"Ransyah kedalam dulu ya... mau manggil nenek. Kamu ke dapur duluan saja"ucapnya bernjak berdiri menghindariku karena gugup.

"Kau akan meninggalkanku sendiri?"

"Enggak begitu azhrof... aku hanya akan memanggil nenek untuk segera salinnya karena kamu udah datang"sanggahnya menjawab pertanyaanku.

"Oh baiklah"

"Ya sudah"dia pun melangkah menuju kamar diujung dekat ruang tamu yang sangat kecil ini.

"Ransyah!"panggil Ku yang langsung membuatnya berhenti dan menatapku dengan tanya."aku kangen"lanjutku yang membuatnya menatapku terkejut dan menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya dan kembali berjalan menuju kamar nenek.

Aku bersyukur karena dia bersedia menerimaku. Aku sudah menceritakan segalanya tentang diriku. Saat itu hanya air mata rasa bersalah yang diberikannya. Aku pun memutuskan untuk segera memberikan cincin yang sudah lama kusimpan saat itu juga, dan kami sudah resmi bertunangan. Namun,..

"Ah... nak azhrof maaf membuat kamu menunggu"ucap Nenek yang tiba sudah ada dihadapanku. Aku pun berdiri dan mencium punggung tangannya.

"Gak kok nek, azhrof baru datang"

"Ransyah sudah ribut dari tadi subuh. Mengatakan bahwa kamu akan datang. Kami bahkan mengambil sayuran dan buah dari kebon tadi"jelas Nenek membuat ransyah menunduk malu.

"Maaf ngerepotin nenek karena kedatangan azhrof yang tiba-tiba"ucapku merasa bersalah.

"Tidak, nenek malah senang" sahut Nenek dengan senyum yang begitu tulus. Aku merasakan atmosfir yang sungguh berbeda ketika ke rumah ini. Atmosfir kebahagiaan yang tulus, kekeluargaan dan suka penuh cinta yang membuat nyaman.

"Udah ah... ayuk makan, siang sudah berlalu beberapa jam lalu"ucap Ransyah mengalihkan pembicaraan.

"Eh... kan belum adzan ashar nduk, berarti masih siang"jawab Nenek membuatku tersenyum melihat wajah ransyah yang cemberut.

"Haha... sudah yuk nek, kita makan. Azhrof gak sabar ingin mencicipi masakan calon istri azhrof"ucapku yang membuat Nenek tersenyum dan ransyah tertunduk malu dengan semburat merah di pipi putihnya.

"Kamu ini pintar sekali menggoda cucu nenek, ya sudah ayo makan. Nduk ambilkan makanan untuk nak azhrof"perintah Nenek yang langsung dianggukinya. Ransyah pun mengambil piringku yang masih kosong dan mengisinya dengan nasi dan beberapa lauk.

"Makasih"ucapku setelah menerima piring beserta isinya.

"Ya sudah, azhrof pimpin doa"ucapku setelah nenek dan ransyah sudah memiliki piring beserta isinya dihadapan mereka. Kami pun berdoa mengharap kebarokahan rizki kepada Allah. Lalu mulai memakan makan siang kami dengan diiringi perbincangan kecil.

Seusai makan, Aku memutuskan untuk membantu ransyah mencuci piring. Sedangkan Nenek masuk kedalam kamar untuk beristirahat karena kondisinya yang semakin menurun karena usia.

"Udah kamu duduk aja, biar aku yang cuci piringnya"tolak Ransyah ketika aku ikut berjongkok ingin membantunya mencuci piring.

"Bagaimana aku bisa duduk saja melihat kamu mencuci piring sebanyak ini sendirian"jawabKu menyanggah agar tetap diizinkan. Aku pun mulai membilas piring yang sudah disabuni oleh ransyah. Sampai lengan kemejaku sedikit basah karena terciprat air.

"Lengan kemejamu basah, biar aku saja"marah Ransyah berusaha merebut piring ditanganku.

"Enggak!"tolakku dan terus membilas piring. Ransyah yang kesal akhirnya malah pergi meninggalkan aku menyelesaikan membilas piring sendirian. Ya sudah nanti tinggal kubujuk dia kembali.

Akhirnya semua selesai. Aku yang tak terbiasa mencuci piring, membuat lengan kemejaku basah dan tubuhku penuh keringat ketika mengangkat piring yang sudah bersih kedalan dan menyusunnya di rak piring. Seusainya aku menuju ruang tamu untuk beristirahat. Ternyata pekerjaan rumah cukup melelahkan.

"Ini, ganti kemejamu dengan kemeja ini. Ini kemeja bekas kakek. Aku yakin ukurannya pas denganmu"Ransyah berdiri dihadapanku dengan kedua tangannya yang membawa sebuah kemeja biru mengarah kediriku. Aku pun menerimanya dan tersenyum kepadanya. Aku pun membuka kancing kemejaku untuk menggantinya.

"Azhrof!!"seru ransyah membuatku terkejut dan berhenti membuka kancing kemejaku. Posisinya pun kini sudah membelakangi diriku.

"Gantinya didalam kamar, jangan disini!"protesnya. Aku melihat telinganya sudah memerah. Ah... dasar kau azhrof. Main buka aja.

"Iya, maaf ya sayangku"ucapku entah keberanian dari mana memanggilnya dengan kata itu. Aku yang juga merasa malu menuju kamar mandi di dekat dapur dan berganti pakaian disana. Aku yakin wajahku memerah kali ini.

"Hontoni Baka!"seru Ransyah dengan bahasa yang tak kumengerti artinya. Ah... sudahlah. Aku akan mengajaknya jalan setelah ini agar kami tak canggung lagi. Kau memang bodoh azhrof'

Still Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang