Bab 9 : kembalilah

2.7K 133 2
                                    

Aku tidak mengetahui siapa pria dihadapanku ini. Saat ini dia duduk tertunduk memikirkan sesuatu yang pasti berhubungan dengan ransyah. Keadaan ransyah yang sampai tak sadarkan diri setelah di periksa mba reina mengatakan bahwa ada trauma yang membuatnya takut melihat pria dihadapanku ini.

"Kenapa ransyah takut bertemu denganku?"ucap Pria itu. Aku pun hanya diam menatapnya. Siapapun dia yang kusimpulkan adalah dia pernah menyakiti ransyah.

"Apa yang terjadi?"tanya Pak Kades yang baru tiba dan tengah terdiam merasakan suasana tegang di rumah nenek.

"Pak kades, maaf sebelumnya. Siapa pria ini. Dia datang kesini untuk bertemu nenek dan ransyah. Tapi kehadirannya malah membuat suasana jadi seperti ini"jelas ku kepada pak kades. Pak kades terkejut akan penjelasanku yang terlihat jelas dimatanya.

"Dia satria, pemilik restaurant yang akan bekerja sama dengan saya untuk pengolahan bahan di kebun yang dikelola nenek"jawab Pak Kades.

Sekarang pertanyaannya adalah siapa pria ini dimata ransyah?

Aku menatap satria begitu tajam, namun dia hanya terdiam tertunduk. Aku sungguh gak sabar mengetahui siapa sebenarnya pria ini. Kenapa ransyah begitu tak ingin bertemu dengannya, dan yang terpenting adalah... masa lalu ransyah hingga membuatnya kabur dari kehidupan mewahnya.

Mungkin kalian berfikir Aku tak mengetahui apapun. Namun itu adalah kesalahannya. Saat ransyah melamar kerja dan aku melihat perbedaan pola pikir. Dia wanita cerdas walau hanya lulusan SMA, dia wanita pemberani dan wanita tangguh.
Aku mencari tahu mencari tahu mengenai dirinya dan mendapat banyak jawaban dari Dokter Zain yang mengaku sebagai kakak dari ransyah. Namun, dalam ceritanya tak ada sangkutan pria bernama satria. Satria adalah nama sahabat ransyah yang telah lama hilang tak ada kabar.

Apakah dia satria?

"Maafkan aku yang sebelumnya datang tiba-tiba dan membuatnya jadi seperti ini. Ransyah adalah sahabatku dari kecil"ucap Satria membuat kami menatapnya.

"Ok, stop gak perlu kau jelaskan lagi. Pak Kades, jika pembicaraan masalah bisnis ini ditunda lusa atau beberapa hari lagi apakah tak apa?"tanyaku menyarankan hal yang sedari kufikirkan.

"Ah, nda papa kok nak ray. Cuma nak satria ini jadinya mo gimana?"tanya Pak Kades

"Satria biar bicara sama ray aja pak, ini masalah internal ransyah. Semua sudah tau kalau ransyah pernah mengalami hal yang buruk hingga membuatnya kini menjadi bagian dari keluarga mbah. Saya akan membicarakannya dengan ransyah"jawabku dengan penuh penekanan agar pak kades mempercayai aku untuk menyelesaikan permasalahan ini.

"Iya, nanti saya juga akan menemani nak ray pak"lanjut Nenek yang paham akan situasi saat ini.

"Lalu nak ransyah nya dimana sekarang?"tanya Pak Kades

"Dia ada di kamar sedang istirahat pak"jawab Mba Reina yang datang tepat pada waktunya.

"Ya sudah jika memang begitu, Saya balik sekarang ya... maaf ya nak satria"ucap Pak Kades sekaligus memohon izin untuk balik. Kami mengangguk dan tersenyum.

"Iya, saya juga minta maaf ya pak"ucap Satria. 'Dia termasuk pria yang sopan'fikirku saat itu.

"BUNDA!!"jeritan Ransyah tepat saat setelah pak kades pulang membuat kami langsung berlari menuju kamarnya dan mendapati dirinya yang tak sadarkan dengan detak jantung yang berangsur melemah. Aku langsung menggendongnya menunu mobilku, dan mengendarainya menuju rumah sakit tanpa mendengarkan suara siapapun yang mencoba berbicara denganku. Hanya ransyah yang saat ini kufikirkan.

Sesampainya di rumah sakit, Aku segera membawa ransyah untuk diperiksa. Dokter Zain yang kebetulan baru keluar dari ruang UGD dan melihat ransyah yang baru ku baringkan di kasur pasien langsung diperiksa olehnya. Aku memperhatikannya tak ingin tertinggal apapun mengenai kondisinya.

"Suntikan epinefrin pada infusnya. Pakaikan selang oksigennya"perintah Zain yang langsung dilaksanakan oleh seluruh perawat disana.

"Detak jantungnya sudah normal, pindahkan dia keruangan dan jaga slalu kadar oksigennya" perawat yang diperintah Zain mengangguk dan langsung membawa bangkar menuju ruang rawat.

"Kau uruslah biaya kamarnya, ruang Melati B-1"ucap Zain kepadaku. Aku hanya terdiam menatapnya"dia akan baik-baik saja. Tenanglah dan lakukan yang bisa kau lakukan. Urusan perawatan itu tugas kami sebagai dokter dan perawat"lanjut Zain yang saat itu memahami keadaanku yang shock. Aku mengangguk setelah ditepuk olehnya.

Aku melangkahkan kakiku melakukan semua yang kubisa, mulai dari perawatan hingga pembiayaan keseluruhan. Handphone di kantung celanaku terus bergetar. Setelah mengurus semuanya aku langsung mengangkat panggilan yang tentu saja dari Mba Reina.

"Ransyah sudah ditangani. Kami di rumah sakit biasa, ruang Melati B-1"ucapku kepada mba reina melalui telfon.

"Ya sudah, ok aku tutup"ucapku yang langsung menutup panggilan tanpa mendengar jawaban darinya. Aku langsung berlari menuju ruang rawat ransyah dan menemukan dirinya sudah terpasang oksigen dan juga infus.

Aku menatap dirinya yang kini terbaring di atas kasur dalam keadaan tak sehat. Aku menggenggam tanganya berusaha menyalurkan ucapan semangat untuknya.

"Kau adalah orang pertama setelah ibu yang membuatku hampir jantungan. Ku mohon sadarlah segera... semua mengkhawatirkan mu"ucapku yang terus menciumi kedua punggung tangannya.

"Maaf mengganggumu, tapi ada yang harus kubicarakan denganmu di ruanganku"ucap seseorang membuatku terkejut seketika.

"Baiklah"jawabku yang langsung beranjak menuju ruangan Zain.

Sesampainya di ruangan zain, Dia mempersilahkanku untuk duduk dan mulai membuka satu lembar kertas berisikan hasil pemeriksaan pasiennya. Aku terus menunggunya berbicara membuatku sedikit kesal karena sudah 10 menit dia mendiamkanku.

"Ah... baiklah, ini hasil pemeriksaan ransyah"ucap Zain sembari menyodorkan papan jalar berisi selembar kertas bertuliskan keterangan hasil pemeriksaan milik ransyah.

"Ransyah memiliki riwayat jantung dan juga traumatik syndrome, ketika dia mengalami atau bertemu dengan seseorang yang berhubungan dengan sesuatu hal yang menyakitinya dia akan langsung shock. Riwayat jantungnya sangat berbahaya jika shock yang dialaminya membuat kinerja jantungnya meningkat. Itu akan menyebabkan serangan jantung seketika, dan jika kau telat mungkin nyawanya akan dalam bahaya"jelas Zain membuatku merasa semakin bingung. Bagaimana permasalahan trauma bisa terjadi padanya, dan info yang kudapat adalah keluarganya merupakan keluarga yang sehat dan tidak memiliki riwayat jantung.

"Aku tau kau semakin bingung. Begitu pun aku, ransyah adalah adikku walau bukan kandung. Tapi aku mengenal keluarga dn ibu ransyah yang telah wafat dengan sangat baik. Dan keluarganya tak ada yang memiliki riwayat jantung. Ini juga hal baru yang aku ketahui saat ini"lanjut Zain.

"Lalu bagaimana?"hanya pertanyaan itu yang mampu keluar dari mulutku.

"Untuk saat ini ransyah jangan bertemu dengan seluruh orang yang berhubungan dengan masa lalunya di perkotaan. Biar dia menjalani hidupnya dulu di desa ini. Cara ke dua, mencari apa yang membuatnya nyaman dan mampu memberi pengertian serta penjelasan agar dia tak terkejut akan jika bertemu dengan seseorang di masa lalunya ataupun hal yang berkaitan"

"Tapi kenapa denganmu dia tidak begitu?"tanyaku

"Karena aku tak ada dalam peristiwa saat apa yang membuatnya hingga trauma kembali"jawab Zain menunduk.

Ya, kami merasa bersalah karena tak mampu melindungi gadis lemah dibalik topeng bajanya yang terlihat kuat. Gadis yang entah kenapa memiliki hati yan begitu baik. Aku menghela nafas panjang berusaha menetralkan diriku dan memikirkan jalan apa yang harus kami pilih.

                       ❤❤❤

Hy guys... maaf ya yang ini slow update soalnya sudah 10 hari terakhir ramadhan. Semangat terus buat puasa dan ibadahnya...

Terima kasih untuk semua like dan comment kalian yang membuatku semangat 👊. Aku bakal usahai bisa update cepat. Namun, aku tak janji karena liburan bersama keluarga.

Salam buat keluarga kalian dan selamat berpuasa di 5/6 hari sebelum idhul fitri 😉. Selamat mudik dan hati-hati di jalan ya... 💕💕💕

Still Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang