Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan kesempatan hidup kedua bagi diriku. Aku berhasil selamat dari para preman yang menghadangku saat malam itu, yang membuatku harus kehilangan beberapa benda penting yang membatalkan kepergianku dari negeri ini.
Berkat Mbah Sumo dan beberapa kawannya sesama petani dan pekebun, malam itu Aku dapat selamat dari para preman. Aku memutuskan untuk tinggal di desa ini, membantu Mbah Sumo dan istrinya yang hanya hidup berdua saja.
Sehari-hari Aku habiskan waktuku untuk bertani dan berkebun membantu Mbah Sumo. Sampai akhirnya Pak Wetno yang ikut menolongku menemukan kembali tasku yang berisi dompet dan berkas - berkas penting yang dicuri oleh para preman yang kini telah mendekam di penjara.
Aku dapat mencari pekerjaan untuk membantu ekonomi Mbah Sumo dan Nek Marni. Mereka berdua bahkan sudah menganggap Aku anak mereka, sudah sepatutnya Aku membalas segala budi mereka, bukan?!. Aku mulai mencari kerja. Aku pun terus berusaha melupakan kehidupanku di kota dulu, melupakan orang-orang terpenting dalam hidupku.
Kini Aku memasuki sebuah perkantoran yang hanya ada satu di desa terpencil daerah Jawa Tengah ini. Aku mendengar kabar jika di kantor ini sedang membutuhkan sekretaris. Aku mungkin memang hanya lulusan SMA, namun pengalaman selama membantu Ayah di kantor dulu membuatku yakin melamar sebagai sekretaris manager disini. Aku memasuki gedung perkantoran tersebut menuju meja represionist.
"Assalamu'alaikum, permisi mbak. Saya ingin mengajukan lamaran kerja. Saya dengan kantor ini sedang membutuhkan sekretaris"ucap Ku kepada represionist dengan sopan dan senyum ramah.
"Ah iya mbak, boleh saya lihat lamarannya" Aku mengangguk dan menyerahkan lamaranku yang berisi segala berkas yang diminta.
"Mbak lulusan SMA saja?"Aku mengangguk mengiyakan.
"Baiklah mbak, untuk hasil seleksi berkasnya nanti akan dihubungi melalui surat dari perusahaan"ucap resepsionist tadi dengan senyum, namun Aku melihat tatapan merendahkan dimatanya.
"Baik mbak, terima kasih. Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam"
Aku memang hanya lulusan SMA saja. Apakah semua orang memandang rendah seorang lulusan SMA?, bahkan tante mary yang hanya lulusan SD mampu membuat restauran yang besar. Kenapa mereka bersikap seperti itu.... Aku tak suka dengan hal itu.
"Aduh... mama... hiks sakit, hiks"
Siapa yang menangis?, dari mana asal suara itu?. Aku mempertajam pendengaranku dan mengarahkanku ke belakang gedung perkantoran. Aku melihat seorang gadis kecil yang menangis memegangi kakinya yang terluka.
"Adik? Tenang ya..." ucapku setelah berada dihadapannya.
"Sakit... "rintih gadis tersebut. Aku mengangguk dan langsung menggendongnya.
"Kamu ikut mbak dulu ya, ke warung depan situ. Kita obati dulu lukamu. Setelah itu mbak bantu cari mama kamu ya...?!"Gadis kecil itu mengangguk sambil masih menangis pelan.
Sampai di depan warung sebrang kantor tadi, Aku membeli air, betadin, dan hansaplast. Aku mengobati luka pada kaki gadis kecil itu. Dan setelah semuanya siap. Aku tersenyum dan mengusap bekas air matanya.
"Makasih kakak"Aku tersenyum dan mengangguk.
"Nah... sekarang kita cari mamamu yuk"gadis kecil itu mengangguk. Saat kami beranjak bangun Seorang pria dengan setelan rapi berlari dari sebrang kantor menuju warung ini dengan pandangan khawatir. Entah kenapa Aku terpana melihat matanya yang berwarna cokelat terang.
"Dania!, Om khawatir. Kamu kemana saja, huh?!"pria tersebut langasung berkata dengan nada tinggi kepada anak yang tengah ku gandeng."dan kau siapa?, kau berniat menculik keponakanku, Aku akan melapor polisi!"Pria tersebut menarik gadis kecil hingga genggamanku terlepas lalu dia mengeluarkan handphonenya. namun, aku masih diam, lidahku kelu seketika.
"Om... kakak ini yang nolong Dania..."ucap gadis kecil yang kini menggandeng tanganku, membuatku kembali tersadar. Aku menarik nafasku lalu menenangkan pikiran buruk yang baru saja melintas dipikiranku.
"Maaf jika anda merasa khawatir, saya menemukan gadis kecil ini sendirian dalam keadaan luka. Saya membawanya kesini untuk mengbati lukanya. Saya berniat mencari ibu anak ini tapi anda tiba-tiba datang menuduh saya penculik"ucapKu tenang dan tegas
"Diana!!"teriak seorang wanita, wanita tersebut langsung memeluk gadis di sampingku.
"Mama.."ucap gadis itu. "Mama, kakak ini yang udah ngobatin luka diana dan nolongin diana"
"Makasih sudah menolong anak saya" Aku mengangguk menjawab ucapan wanita tersebut.
"Kakak!, kenapa kamu langsung percaya!, dia ingin menculik Diana"ucap Pria itu menatapku tidak suka.
"Ray!, ini tempat umum. Kita bisa bicarakan baik2 ditempat lain. Bisa kamu gak main bentak-bentak gak jelas!"ucap wanita tersebut dan membuat pria yang bernama ray tersebut langsung tenang.
Handphone ku tiba-tiba berdering. Aku segera mengambilnya dalam tas dan mengangkat panggilan tersebut yang ternyata dari mbah sumo.
"Assalamu'alaikum, ada apa mbah?"tanyaku
"Apa?!, sekarang nenek ada dimana?, kenapa bisa pingsan?"
"Ya sudah, Aku langsung ke puskesmas sekarang. Nenek yang tenang ya. Nenek sekarang sama siapa?..., hp nya kasih ke bu. Nining"
"Ibu, saya titip nenek dulu ya... maaf merepotkan, saya akan segera ke puskesmas""makasih ibu, saya tutup ya, assalamu'alaikum"
"Ada apa?"tanya Ibunya Dania.
"Maaf mbak, saya gak bisa membicarakan masalah ini sekarang. Saya harus ke puskesmas"ucapku berusaha tenang.
"Biar Ray saja yang mengantar kamu" Aku berusaha menolak begitu pula pria itu yang enggan menuruti keinginan kakaknya. Tapi perintah wanita itu tak terbantahkan sehingga kini aku berada di dalam mobil pria bernama ray.
Rasa khawatir membua fikiran masa laluku kembali terulang memenuhi kepalaku. Rasanya kepalaku sangat sakit. Aku menundukkan kepalaku pada dashboard mobil.
"Hei penculik! Kamu kenapa?!" Aku hanya diam, Aku takut...
"Hei!"panggil Ray kembali.
"Penculik?"mobil terhenti, dan aku merasakan seseorang memeluk tubuhku dan menenangkanku dengan kata-kata yang seperti dilakukan satria saat aku sedih. Aku menatap Ray dengan air mata yang menggenang. Aku kembali menunduk, dan entah sejak kapan air mataku terjatuh tanpa menimbulkan suara. Hanya pelukan Ray yang semakin erat.
Sampai akhirnya Aku tenang dan Ray kembali melajukan mobilnya menuju puskesmas. Aku merasa malu karena menangis dihadapan orang yang baru pertama kali ku kenal.
"Sudah sampai"ucap Ray yang langsung mematikan mesin mobilnya. Lalu keluar. Aku pun demikian langsung keluar dari mobil Ray.
"Makasih sudah mengantar saya, maaf merepotkan anda. Saya permisi Assalamu'alaikum" pamitku
"Eh... tunggu, saya antarkan kamu. Siapa tahu kamu berbohong jika kakekmu sakit" Aku terkejut mendengar hal tersebut. Tanpa memperdulikan Ray Aku langsung berlari memasuki UGD puskesmas. Aku menemukan nenek sedang di depan ruang UGD bersama Bu nining.
"Assalamu'alaikum, nenek..." nenek langsung menatapku dan beranjak memelukku erat."ush... mbah bakal baik-baik aja. Nenek tenang ya..."ucapku sambil memeluk nenek erat. Aku membimbing nenek untuk duduk kembali, lalu mengucapkan terima kasih kepada bu nuning yang sudah menemani nenek. Bu nining izin permizi pulang karena anaknya yang akan datang. Aku mengiyakan dan kembali mengucapkan maaf dan terima kasih, yang dibalas anggukan serta senyum ramah dari bu. Nuning.
Tak lama Bu. Nuning pergi, dokter keluar dari ruang mbah. Sumo. Namun Ray tiba menyuruhku duduk kembali, dan mengisyaratkan agar dia saja yang berbicara dengan dokter. Aku menolak namun dia malah memelototiku.
"Bisa dibicarakan di ruangan dokter saja?"tanya Ray kepada sang dokter, yang langsung diangguki. Mereka langsung melakah pergi meninggalkan ruangan Mbah. Aku penasaran bagaimana keadaan mbah, dan apa Aku dan nenek bisa melihat keadaannya sekarang?. Aku.... takut...
![](https://img.wattpad.com/cover/107450843-288-k461490.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Love You (Complete)
Romance#8Ray #4Ray #95 Complete #26Complete #300 happyending Aku mungkin berusaha melupakan dirimu, namun hatiku akan slalu berdebar saat bertemu denganmu. Karena aku masih mencintaimu seperti ucapku dahulu "I Love you till the end -Ransyah Putri Alisya Ra...