Bab 10 : kebenaran satria

2.9K 135 2
                                    

Menjauhi dunia tempat hidupmu. Berlari kencang dalam kondisi lumpuh. Bermimpi tanpa arah tujuan. Apakah hal itu mungkin??, tentu tidak! Seseorang yang waras akan memilih jalan terbaik dalam hidup, bukan jalan yang mustahil untuk dilalui. Lalu? Ada pada kondisi apa diriku saat ini?. Mengarungi perjalan baru yang melibatkan begitu banyak orang menderita. Berdiri tegap melawan arus yang berlawanan. Berlari maju dengan slalu melihat ke belakang.

"Akankah kau tidur terus??"suara seseorang yang terus-menerus memenuhi pikiranku. Memangnya aku tertidur berapa lama?, pikirku saat itu.

"Ray, kau ini... Ransyah sebentar lagi juga akan sadar. Baru ditinggal tidur sehari kau sudah uring-uringan"lanjut sahutan lainnya. Aku pun berusaha membuka mataku dan melihat seorang pria yang menatapku dengan senang. Dia langsung menekan tombol di sampingku entah untuk apa.

"Alhamdulillah... minumlah dulu"ucap Ray yang langsung membantuku bangun dan membantuku untuk meminum segelas air putih. Badanku yang begitu lemas membuatku menerima semua perlakuannya.

"Apa yang terjadi padaku?" tanyaku

"Tidak terjadi apapun, sebentar lagi zain akan datang"jawab Ray tak memuaskan.

"Kau tenanglah... tidak terjadi apapun"lanjut Mba Reina. Tiba-tiba sekelebat kejadian beberapa waktu yang lalu memenuhi pikiranku. Satria... hanya nama itu yang membuatku langsung tertunduk.

"Dimana satria?"tanyaku pada ray membuatnya langsung menatapku khawatir"aku akan baik-baik saja, dimana ia sekarang?"tanyaku kembali membuatnya mendengus pasrah.

"Dia ada di luar"jawab Ray "kumohon biar kau diperiksa Zain dulu, baru aku akan mengizinkannya masuk menemuimu jika zain mengizinkan"lanjut Ray yang membuatku mengangguk patuh. Pasti aku telah sangat membuatnya khawatir.

Ray pun segera menekan tombol pemanggil perawat dan mengatakan kepada si penerima agar zain segera menuju ruanganku karena diriku sudah sadar. Tak menunggu lama seorang pria langsung membuka pintu dengan kasar membuatku sedikit terkejut. Mba Reina dan Nenek mengelus dada mengurangi gejolak keterkejutan.

"Ransyah... sekarang bagaimana keadaanmu?, ada yang sakit?, apa kepala mu sakit?"tanya Kak Zain kepadaku.

"Gak ada yang sakit, semuanya baik-baik aja. Ransyah gak merasakan sakit apapun"jawabku.

"Bagaimana mungkin, kau pingsan hampir seharian"sahut Ray membuatku menatapnya dengan jengkel.

"Aku beneran baik-baik aja kak zain, aku cuma mau bicara sama Satria. Kau pasti khawatir dengan kondisi jantung ransyah kan?, ransyah punya penyakit ini karena ada hal yang belum bisa ransyah ceritakan ke kakak. Tapi ransyah benar sudah baik. Bisa panggil satria masuk dan menyuruh semuanya keluar kak?"pintaku kepada kak zain yang langsung diangguki olehnya.

"Kau yakin akan baik-baik saja?"tanya Kak Zain. Aku mengangguk yakin kepadanya. Dia pun melangkah keluar setelahnya dan pria yang kucari sejak tadi memasuki kamar rawatku dan melihatku dengan tatapan bersalah.

"Kemarilah, kau pasti sudah mendapatkan donor mata kan?!, jadi tentu kau sudah bisa melangkah kesampingku tampa harus dibantu, kan?!"ucapku. Dia pun paham akan kata-kataku dan segera menghampiriku.

"Maaf"satu kata yang diucapkan satria saat berdiri disampingku yang berbaring tanpa bisa berusaha bangun.

"Apa yang perlu dimaafkan?" tanyaku

"Maaf..."ucapnya lagi dan air mata mengalir dari kedua mata indah baru miliknya.

"Ceritakan padaku keseluruhan kejadian yang menimpamu saat pergi dulu. Aku akan mendengarkannya"ucap sekaligus pintaku kepadanya. Satria pun menceritakan segalanya mulai saat dia pergi bersama keluarganya ke luar negeri hingga kecelakaan yang terjadi terhadap dirinya.

Still Love You (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang