08. Surat

611 39 0
                                    


   Seperti biasa, pagi ini Sivia pergi ke istana, Ify dirumah dan tentu saja Shilla juga dirumah.

"Ah... aku bosen setiap hari di rumah kalau Sivia pergi ke istana. Dan mulai sekarang kamu juga pasti sering ngerasa bosen gara-gara harus dirumah terus, Shill." Ify dan Shilla berada diruang tamu.

"Kau terlalu berlebihan, Ify." Shilla menjawab pernyataan Ify dan diakhiri dengan kekehan.

"Kamu bilang gitu karena belum tau rasanya. Coba aja kalau aku di Jakarta, kalau bosen gitu seenggaknya masih bisa nonton TV. Nah disini, mana ada TV. Oh iya, ngomong-ngomong TV aku jadi inget sama ponselku. Kenapa gak kebawa gitu, jadi kalau aku bosen masih ada yang aku mainin disini. Hahhhh...." Ify mengeluh dalam hati, kenapa dia tidak membawa ponselnya, lalu apa kabarnya ponselnya sekarang. Ditinggal berminggu-minggu tanpa diberi makan? Sudah bisa dipastikan akan mati.

"Kamu mau kemana, Shill?" Ify langsung bertanya saat melihat Shilla yang beranjak dari duduknya.

"Aku ada urusan dengan seseorang. Kau tidak apa-apakan kalau dirumah sendirian, Ify?" Shilla menghentikan langkahnya tak jauh dari tempat Ify duduk.

"Wah...
Kamu hebat juga ya, Shill. Baru aja satu hari disini, tapi udah dapet kenalan aja. Aku yang udah lama disini aja belum punya kenalan selain Sivia, Rio,dan Iel. Emangnya kamu mau ketemu sama siapa? Aku boleh ikut gak, bosen dirumah sendirian. Lagian supaya aku kenal orang baru disini."

"Eh... jangan ya, Ify. Dia itu bukan orang suka pada orang baru seperti kamu. Aku takut kalau dia gak suka kalau kau ikut dengan aku. Dia juga bukan orang yang ramah, kalau dia tidak suka dengan orang itu, sifatnya bisa sangat tidak bersahabat dengan kita. Jadi lebih baik kau dirumah saja ya." Shilla terlihat gugup saat menjawab permintaan Ify dan terkesan menolak.

"Seperti itu ya? Oke kalalu gitu, aku dirumah aja. Tidur mungkin lebih baik kalau aku memang bosen." Sebenarnya, Ify sedikit curiga dengan Shilla yang gugup. Kenapa dia harus gugup cuma jawab kaya gitu, mana kesannya maksa lagi. Ify bertanya dalam hati tentang Shilla. Menurutnya juga, Shilla termasuk dalam orang yang misterius karena sangat sulit untuk bisa bercerita dengannya, yang kalau ditanya apa-apa terkesan menutup-nutupi.

✴✴✴✴✴

   Shilla sampai ditengah hutan. Dia berdiri dibalik pohon dengan mata yang mengawasi sekitarnya. Mencari seseorang yang tak kunjung dia temukan.

"Bagaimana, Shilla? Apa rencana pertama kita sudah kau lakukan?"suara itu berhasil mengalihkan pandangan Shilla menuju asal suara.

"Tentu saja sudah."

"Bagus sekali. Jangan sampai ada yang curiga dengan apa yang kau lalukan, aku tak mau semua rencana ini gagal. Dan kalau sampai kau melakukan satu saja kesalahan maka kau akan merasakan penyesalannya, Shilla." Shilla menghembuskan nafasnya setengah mendengar jawaban dari lawan bicaranya.

"Itu tidak akan terjadi. Bunda tenang saja, tak perlu khawatir."sedangkan orang yang dipanggil Bunda itu hanya berdehem kecil. Wajahnya yang tertutupi jubah panjang yang hampir menutupi seluruh wajahnya yang membuat Shilla dan semua orang tidak akan bisa mengetahui bagaimana rupa wajah orang tersebut.

"Kirimkan ini untuk Putra Mahkota tersayang itu, Shilla. Jangan sampai ada yang tau kalau kau masuk kedalam istana. Lakukan hal itu tepat tengah malam supaya lebih mudah melakukannya."orang itu memberikan kotak kecil pada Shilla dan langsung berlalu pergi tanpa jejak.

"Aku pasti akan melakukannya." Shilla langsung berlalu pergi kembali kedesa dengan langkah tergesa-gesa dan berusaha untuk tidak terlihat oleh siapa pun.

✴✴✴✴✴

   Ify dan Sivia sudah larut dalam mimpi indah mereka masing-masing, tapi tidak untuk Shilla. Justru inilah saat yang tepat untuknya beraksi, melaksanakan tugas yang telah diberikan padanya. Saat ini, dia sudah siap untuk melaksanakan tugas itu. Dengan gerakan yang sangat halus, dia membuaka pintu depan dan berjalan dengan hati-hati menuju istana.
Dengan jubah panjang yang digunakannya yang hanya bisa menutupi sampai mata.

Secret Book{✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang