24. End

712 39 5
                                    

"Jangan lari-lari, Vina!" Kata-kata tersebut berhasil menghentikan aksi lari-larian seorang anak perempuan yang saat ini mengerucutkan bibirnya.

"Aku emes cama ucinna, Nda lucuuu Pina mau gendongna." (Aku gemes sama kucingnya, Bunda lucuuu Vina mau gendongnya.)

"Iya Bunda tau, tapi kalau nanti kamu jatuh terus berdarah gimana? Kan sakit, Vina mau kaya gitu?"

Vina menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas perkataan sang bunda. Sedangkan wanita tersebut, yang ternyata adalah Ify hanya menggelengkan kepalanya dengan senyum yang tak luput dari bibirnya. Ify melangkah mendekati Vina yang hanya diam di tempat memperhatikan kucingnya yang saat ini berjalan ke luar rumah.

"Kamu boleh gemes sama kucing kamu, sayang tapi kamu juga enggak boleh terus-terusan main sama kucing. Kucingnya juga mau bebas main ke luar rumah lari-lari, manjat pohon. Kalau kamu mau main terus sama kucing, terus kapan coba kucingnya bisa bebas main sendiri. Kamu gak kasihan sama kucingnya."

Perkataan Ify membuat mata Vina berkaca-kaca ingin menangis. Ify yang bisa menebak reaksi anaknya pun langsung memeluknya sembari mengusap lembut rambut Vina.

"Pina ndak au, Nda. Antik ucin Pina edih ndak isa ain di lual gala-gala Pina. Telus ucinna malah, kalo ucinna malah Pina antik ndak ada emen." (Vina enggak mau, Bunda. Nanti kucing Vina sedih enggak bisa main di luar gara-gara Vina. Terus kucingnya marah, kalo kucingnya marah Vina nanti enggak ada temen.)

"Nah itu, Vina tau. Sekarang kita sarapan aja ya, pasti Ayah udah nungguin kita. Kucingnya biarin main dulu sekarang, nanti pasti pulang lagi. Oke sayang."

Vina mengganggukan kepala lalu memeluk Ify yang saat ini menggendongnya menuju meja makan untuk sarapan.

✴✴✴✴✴

"Wah, anak Ayah darimana ini? Pagi-pagi udah digendong sama Bunda aja. Sini-sini Ayah aja yang gendong, kasihan kalau Bunda yang gendong kamu terus."

Rio langsung mengambil alih Vina ke gendongannya, lalu memanggu gadis kecil kesayangannya.

"Ayo kita sarapan, nanti Ayah bisa kesiangan berangkat kerjanya."

Ify dengan telaten mengambilkan nasi dan lauk pauk ke piring suaminya hingga dirasa cukup.

"Pina mau makan dicuapin cama Unda aja, ndak mau cama Ayah." (Vina mau makan disuapin sama Bunda aja, enggak mau sama Ayah.)

"Kenapa gak mau disuapin sama Ayah?" Rio mengernyit bingung mendengar permintaan anaknya. Lalu ikut tersenyum karena melihat Vina tersenyum sampai memperlihatkan giginya yang masih belum tumbuh semua.

"Kalo Pina makan baleng Ayah, antik Ayah ndak celecai-celecai makanna, gala-gala cibuk nyuapin Pina. Jadi Pina mau dicuapin sama Unda aja." (Kalo Vina makan bareng Ayah, nanti Ayah enggak selesai-selesai makannya, gara-gara sibuk nyuapin Vina. Jadi Vina mau disuapin sama Bunda aja.)

Ify dan Rio tersenyum haru. Mereka berdua merasa sangat beruntung karena memiliki anak seperti Vina yang dapat mengerti kesibukan orang tuanya. Dengan penuh kasih sayang, Rio menghadiahi satu kecepan di pipi tembem Vina, begitu juga dengan Ify.

"Anak Ayah sama Bunda pengertian banget ya. Ya udah, Vina makan sama Bunda. Tapi inget, jangan nyusahin Bunda ya, sayang." Ucapan Rio dibalas anggukan oleh Vina dan akhirnya mereka sarapan dalam kehangat keluarga disetiap paginya.

✴✴✴✴✴

Ify dan Vina berada di depan rumah untuk mengantarkan Rio pergi ke kantor. Kegiatan yang sudah mereka lakukan semenjak mereka baru membina hubungan rumah tangga sampai sekarang mereka memiliki anak. Siapa saja yang melihatnya pasti akan merasa iri dengan keharmonisan yang dibina keluarga kecil ini.

Secret Book{✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang