16. Flashback

446 30 0
                                    


"Rasanya aku sangat lelah berjalan dari istana untuk sampai ke rumah.
Padahal jaraknya tidak terlalu jauh." keluh Sivia.

"Itu kaunya saja yang lemah. Haha..." Agni menertawakan Sivia yang saat ini cemberut karena perkataannya.

"Eh... sepertinya pintu rumah terbuka. Kira-kira siapa yang datang?"

Sivia dan Agni langsung saling menatap satu sama lain, hingga akhirnya mereka menganggukan kepala secara bersama sampai akhirnya berlari untuk melihat siapa yang ada didalam rumah.
Namun, ketika baru saja sampai didepan pintu, mereka sudah kejutkan dengan keadaan Ify yang tergeletak tak berdaya.

"IFY." teriak serempak Sivia dan Agni.

"Ify, bangun Fy. Ya ampun, Agni lihat tangannya." Sivia memperlihatkan tangan Ify yang terluka cukup parah dan masih mengeluarkan darah.

"Sebaiknya kita bawa Ify kekamar sekarang dan mengobati lukanya. Ayo!" setelah mendengar perkata Agni, mereka berdua mengangkat tubuh Ify dan meletakkannya diatas kasur. Agni langsung berlalu ke dapur untuk mengambil air dan lainnya. Sedangkan Sivia, duduk disamping Ify dan menatap Ify nanar.

"Ify, sebenarnya apa yang terjadi pada mu. Kenapa kau bisa sampai seperti ini."

Agni datang dengan membawa wadah kecil dan obat-obatan herbal. Dengan telaten dia membersihkan luka Ify dengan hingga selesai. Dia kembali keluar kamar untuk meletakkan semua peralatan yang sudah digunakannya.

"Sebenarnya apa yang terjadi dengan Ify? Kenapa dia bisa sampai terluka dan tak sadarkan diri didepan pintu rumah? Ini sungguh membingungkan, dan satu lagi. Dimana Shilla malam-malam seperti ini. Bagaimana dia bisa meninggalkan Ify sendiri dirumah." Agni yang merasa kesal akhirnya melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang bahkan tidak ada yang tau apa jawabnnya antara dia dan Sivia.

"Agni, bisakah kau diam. Sebanyak apa pun pertanyaan mu, satu pun tidak akan ada jawabannya. Sekarang yang harus kita pentingkan adalah keadaan Ify." Sivia mencoba tenang dengan keadaan yang terjadi saat ini.

"Hah... baiklah Siv..."

"IFY."

Ucapan Agni terpotong karena suara teriakan Shilla yang saat ini sudah berada didepan pintu kamar Ify.

"Ya ampun. Kenapa Ify bisa sampai seperti ini?" tanya Shilla panik.

"Kami tidak tau bagaimana kejadiannya.
Shilla, kenapa kau pergi malam-malam? Dan apa kau tau saat Ify pulang tadi?" tanya beruntut Agni.

"Maaf, aku keluar malam karena ingin menghirup udara sejenak.
Aku tau saat Ify pulang. Dan keadaannya masih baik-baik saja sampai aku meninggalkannya pergi." jelas Shilla dengan raut jawah bersalah.

"Tak apa.
Tapi ku mohon, jangan pergi sendiri atau meninggalkan Ify dirumah sendirian apa lagi saat malam seperti ini. Kau mengerti Shilla?" ucap Sivia sembari mengelus pundak Shilla pelan.

"Sebaiknya sekarang kita istirahat karena sudah malam. Masalah ini kita bicarakan besok bersama dengan pangeran Rio."

Shilla dan Sivia menganggukan kepalanya memdengar perkataan Agni. Dan setelahnya mereka istirahat.
Namun, sebelum semua tenggelam dalam mimpi, sebuah senyum sinis tercipta dari bibir salah seorang dari mereka bertiga.

✴✴✴✴✴

Flashback

Arghhhhhhhh.....

Ify beriak kencang karena merasakan sakit ditangannya. Dalam sekejap darah mengalir deras. Keseimbangannya goyah karena sakit yang dirasanya hingga akhirnya Ify jatuh terduduk.

"Bagaimana? Apakah sakit Alyssa?
Ini belum ada apa-apanya, tunggulah beberapa hari lagi sampai permainan ku dimulai." ucap orang itu.

"Siapa kamu? Kenapa... kenapa kamu tau nama ku? Arghh..." Ify merintih karena sakit yang semakin menjadi-jadi.

"Sudah ku katakan, kau tak perlu tau siapa aku. Cukup aku yang tau siapa kau sebenarnya. Selamat menikmati rasa sakit itu. Dan bersiaplah untuk menerima yang lebih sakit daripada yang kau rasakan saat ini."

Setelahnya orang itu pergi meninggalkan Ify yang merasakan sakit dan mulai kehilangan kesadarannya di depan pintu rumah.

"Sia...pa saja to...long ak...aku." rintih Ify sebelum semuanya gelap karena dia tak sadarkan diri.

✴✴✴✴✴

"Jadi begitulah kejadiannya." Ify telah menceritakan semua yang dialaminya tadi malam pada Sivia, Agni, Shilla, Rio dan Iel setelah mereka semua berkumpul.

Pagi tadi, Sivia pergi sendiri ke istana untuk memberi tau Rio dan Iel tentang kejadian yang dialami Ify. Dan setelahnya mereka pergi kerumah Sivia untuk meminta penjelasan dari Ify. Dan sekarang semua sudah tau bagaimana kejadiannya. Namun, masih terbersit berbagai pertanyaan yang bersemayam dipikiran mereka semua.

"Ify, apa kau tau bagaimana wajah dari orang itu? Atau apakah selama disini kau pernah membuat masalah pada seseorang? Hingga membuat orang itu sakit hati dan balik mencelakaimu." tanya Rio.

"Aku gak tau gimana muka dia. Dia pakai jubah panjang juga topi yang nutupin mukanya, jadi gak keliatan.
Aku juga gak pernah buat masalah selama aku ada disini. Keluar rumah juga rajang. Kalau pun keluar, pasti sama sama kamu, Yo. Kalau enggak Sivia, Agni, atau pun Shilla. Selebihnya aku gak pernah keluar-keluar kemana pun." Ify menjawab pertanyaan Rio dengan rinci tanpa kebohongan yang dibuat-buat.

"Bisakah kalian semua keluar?
Ada hal yang harus ku bicarakan berdua dengan Ify!"

Mendengar perkataan Rio, mereka semua keluar dari kamar meninggalkan Rio dan Ify yang membutuhkan privasi.
Rio yang melihat pintu sudah ditutup oleh Iel yang keluar terakhir, dia langsung mengalihkan pandangannya pada Ify.

"Setelah aku mendengar cerita mu, Ify. Aku merasa itu sungguh tidak masuk akal. Tanpa alasan yang jelas, mengapa orang itu bisa mengetaui nama mu, bahkan sampai melukai mu sampai seperti ini.
Aku jadi merasa curiga tentang orang itu, apa kau berfikiran yang sama seperti ku tentang orang itu?"

Rio dan Ify saling menatap, berbicara lewat mata.

"Apa jangan-jangan dia adalah...."

"Ya! Itu bisa saja. Karena sangat tidak masuk akal ada orang yang mengenal mu padahal kau adalah orang baru disini. Dan bagaimana pula dia tau tentang mu?"
Rio mulai merasa pusing memikirkan hal tersebut.

"Apa kamu ingat Rio, yang nenek itu bilang? Jangan dulu sama orang-orang disekitar kita, karena bisa saja dia adalah salah satu dari musuh kita."

"Hem... kau benar Ify. Tapi siapakah kira-kita orang itu?"

Mereka saling diam, menatap kearah luar jendela kamar dengan otak yang berpikiran pada satu arah. Seketika mereka saling berpandangan dengan mata terbelalak.

"Atau jangan-jangan orang itu adalah...."
ucap Rio dan Ify berbarengan dengan kalimat yang menggantung.

"TIDAK MUNGKIN ITU....!"

✴✴✴✴✴

Hai semua...
Aku udah up lagi ya, tadinya aku mau up besok, tapi gak jadi karena takut males ku kambuh lagi😅😅 Maka dari itu aku up malem ini.

Maaf kalau ada typonya😶
Buat yang penasaran tunggu part selanjutnya ya😉😉
Jangan lupa vote and comment bagian mana pun yang kalian mau.
Terima kasih😄
{21~01~2019}
.
.
.
.

Secret Book{✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang