11. Started

521 33 0
                                    

   Seminggu berlalu sejak pertemuan terakhir Ify, Rio dan Iel, dan sejak saat itu juga Ify selalu di rumah. Menunggu kepulangan Sivia dari kerajaan dan Shilla yang sejak tiga hari terakhir belum juga pulang kerumah. Sebenarnya, Ify dan Sivia sangat mengkhawatirkan Shilla, tapi mereka berdua pun tidak bisa melalukan apa-apa.

   Ada sedikit rasa takut saat mereka keluar rumah terlalu lama. Keadaan disekit kerajaan mulai berubah. Langit yang dulu selalu cerah setiap harinya, kini mulai menggelap tertutup awan hitam. Belum ada alasan pasti kenapa hal ini bisa terjadi. Dan hal itulah yang membuat Ify dan Sivia lebih memilih tetap di dalam rumah selama tidak ada keperluan yang mengharuskan mereka keluar.

"Shilla kemana sebenernya? Kenapa dia tidak pulang-pulang, aku takut kalau terjadi sesuatu padanya, Ify." Sivia dan Ify sedang berada diruang tamu. Gelisah menunggu Shilla.

"Aku juga gak tau, Vi. Aku juga takut kalau dia kenapa-napa. Aku pingin cari dia, tapi aku juga takut mau keluar rumah." Ify mendesah berat memikirkan itu.

"Bagaimana kalau kita minta tolong saja pada Rio atau Iel? Mungkin mereka bisa membantu kita, Ify."ucap Sivia dengan nada semangat.

"Aku juga udah kepikiran hal itu. Tapi gimana aku mau minta tolong sama mereka, kalau merekanya aja gak pernah lagi dateng ke sini sejak seminggu yang lalu, Via." Ify jadi gemas sendiri dengan pemikiran Sivia.

"Ahhh... kau bener juga ya. Bagaimana kalau kita minta tolong saja pada Agni, meski kita tidak tau bagaimana dia yang sebenarnya, tapi dia selalu ada didekat mu bukan?"

   Kali ini pemikiran Sivia semakin gila menurut Ify.

"Terus gimana caranya kita minta tolong sama dia, kalau kita aja ga tau gimana dia dan di mana kebaradaan dia. Via, kamu ini buat aku jadi bener-bener gemes deh sama kamu."

"Ify, makanya kau dengarkan dulu penjelasan dari ku."

"Ya udah, sekarang kamu jelasin gimana maksudnya."

✴✴✴✴✴

   Ify sudah ada di luar rumah, sendirian untuk menjalankan ide yang dibuat oleh Sivia tadi.

"Agni, apa masih ada disini? Aku mohon kamu keluar dari tempat persembunyian kamu. Aku butuh seseorang untuk nemenin aku dirumah."

   Ya, sebenarnya Ify memang sendirian dirumah, karena malam ini Sivia sedang menginap di rumah temannya atas permintaannya pada Sivia. Dan inilah ide Sivia, meminta pada Agni untuk keluar dari dari tempat persembunyiannya dan menemaninya di rumah. Dengan begitu dia pasti bisa meminta tolong padanya untuk membantu mencari Shilla.

   Tak jauh dari tempat Ify berdiri, dia bisa meliahat seseorang berbaju hitan berjalan kearahnya. Entah itu Agni atau bukan, yang pasti Ify merasa ketakutan yang luar biasa. Dengan pelan dia memundurkan langkahnya seiring bertambah dekat orang tersebut.

"Kau tak perlu takut nona Alyssa, aku adalah Agni."

   Ify langsung bernafas lega setelah mengetahui orang itu adalah Agni, yang saat ini sudah berdiri didepannya.

"Jadi kamu yang namanya Agni. Syukurlah, kamu langsung dateng kesini begitu aku minta. Soalnya aku udah ketakutan kalau-kalau itu bukan kamu yang dateng." Ify mengakhirinya dengan tawa pelan.

"Ah, ayo kita masuk kedalem aja, aku bener-bener takut ada di luar terlalu lama."ajak Ify dengan menarik tangan Agni.

"Oh iya, kenalin nama aku Alyssa Fylaurendya. Kamu cukup panggil aku Ify, gak perlu pake nona. Aku kan cuma orang bisa."

"Nama saya Agnitaleria nona." Agni menyambut uluran tangan Ify dengan senyum tipisnya.

"Nama kamu bagus, Agni. Dan satu lagi, jangan panggil aku pake tambahan nona. Aku gak suka." Agni membalasnya hanya dengan menganggukkan kepalanya.

"Emmm... Agni, kamu gak keberatankan kalau aku minta kamu tinggal disini?" Ify merasa ragu kalau Agni mau tinggal di rumah Sivia. Entah kenapa dia jadi merasa tidak enak sendiri.

"Saya tidak merasa keberatan, justru saya merasa terhormat dan merasa membebani karena saya diminta tinggal disini."ya bagaimana pun juga dialah yang merasa tidak enak disini.

"Enggak, sama sekali enggak. Lagi pula, kalau kamu tinggal disini itu artinya kamu jadi lebih gampang untuk jaga aku, benarkan?"

   Agni tersenyum mendengar perkataan Ify, kerena apa yang dikatannya itu ada benernya juga. Dan dia tidak akan merasa sendirian lagi, kala harus menjaga Ify di setiap malam harinya.

"Emmm... Agni, sebenernya ada yang mau aku omongin ke kamu. Kamu keberatan enggak?"inilah saatnya Ify untuk bertanya pada Agni perihal untuk membantunya mencari Shilla yang tak kunjung pulang juga.

"Katakan saja, kau tak perlu sungkan untuk memintanya."

"Jadi gini, temen aku, Shilla. Dia udah tiga hari ini gak pulang kerumah, aku sama Via pingin cari dia tapi kita takut kalau mau keluar rumah cuma berdua. Jadi, apa kamu mau bantu aku untuk cari Shilla. Soalnya aku bener-bene khawatir sama keadaan dia."

   Agni jelas tau bahwa Ify sangat mencemaskan keadaan Shilla yang kini tampak sedih dengan mata sayunya yang terlihat dengan jelas.

"Tentu saja aku akan membantu untuk mencarinya. Tapi ku mohon, kau jangan pernah keluar sendirian kapan pun itu, Ify. Karena aku tidak mau kalau kau sampai kenapa-napa. Dan jika terjadi sesuatu pada mu, pangeran Rio pasti akan sangat kecewa terhadap ku."bagaimana pun, Agni akan selalu mengingat tugas utamanya untuk menjaga Ify.

"Makasih, Agni kamu emang orang yang baik. Tenang aja, aku pasti gak akan kepana-napa." Ify tersenyum lebar mendengar persetujuan Agni.

"Kalau gitu mendingan kita tidur sekarang, udah malem aku juga udah ngantuk."

✴✴✴✴✴

"Malam ini, aku akan membuat sedikit kekacauan dan sedikit bermain di istana, sebelum puncak pembalasan ku. Dan kau, Shilla. Tetaplah disini dan jangan pulang sebelum ku suruh! Kau mengerti bukan."

"Aku mengerti."setelah menjawab, Shilla langsung masuk kedalam rumah tua yang terlihat sangat menyeramkan itu.

   Sedangkan orang tersebut langsung pergi menuju istana dengan jubah panjangnya yang menutupi semua bagian wajah.

   Tepat didepan gerbang istana terdapat dua orang prajurit yang menghadangnya saat ingin masuk kedalam, namun belum sempat keduanya menyentuh dirinya mereka sudah lebih dulu jatuh dan tak sadarkan diri saat dia menatapnya.

   Entah sudah berapa banyak prajurit yang dibuatnya seperti itu sampai dia bisa masuk kedalam kamar tidur raja dan ratu yang sekarang tepat ada didepannya.

"Semua kebahagiaan yang selama ini kau rasakan akan segera hancur Deyment Edwerd."ucapnya cukup keras.

   Saat melihat keduanya terbangun dan terkejut atas kedatangannya, dia pun tersenyum sinis dibalik jubah yang dia gunakan.

"Siapa kau?"tanya Deyment.

"Bagaimana kau bisa melupakan ku, Deyment? Ah... tentu saja kau lupa pada ku, bagaimana kau bisa mengingatku sedangkan yang bisa kau ingat hanya orang yang sekarang menjadi istri mu."

"Apa maksud mu, katakan siapa kau sebenarnya? Atau akan ku panggilkan prajurit untuk membawa mu pergi dari sini."ucap Deyment dengan kemarahan yang ditahannya.

"Aku sudah muak dengan mu Deyment, terimalah pembalasan ku!"

   Dalam seketika sebilah pisau telah menembus tepat dibagian jantung Deyment dan menyebabkan dia langsung meninggal. Dan pisau itu dilemparkan oleh Titani Delinber orang yang selama ini memendam dendem terhadap kerajaan Selatan.

   Teranita, sang ratu pun langsung pingsan setelah melihat sang suami yang sudah tak bernyawa lagi tanpa sempat berteriak meminta tolong. Sedangkan Titani, tersenyum sangat puas dan menghilang dalam kegelapan.

✴✴✴✴✴

Bagian ini, aku kebingung banget mau buatnya, jadi mungkin agak gak nyambung😂
Comment ya, jadi sekiranya nanti bisa aku perbaiki lagi.

😅Minggu ini aku belum bisa post lagi karena ada halangan. Maaf banget ya...
.
.
.
.

Secret Book{✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang