09. Masa Lalu

1.5K 54 2
                                    

---

"Kenapa kamu gak izin sekolah, kalo kamu sakit?." Raina dan Hesti kini berada dirumah Riki sepulang sekolah ia menuju ke rumah Riki.

Rumah besar, namun terlihat sepi. Hanya ada keberadaan Riki yang sedang berbaring di sofa panjang, dengan menyelimuti seluruh tubuhnya dan ditemani oleh Bibi-pembantu yang sedang sibuk berberes di dapur.

"Mama dan Papa aku sibuk kerja. Selalu pergi pagi sebelum aku bangun tidur dan pulang larut malam setelah aku tidur. Gak ada yang bisa menyempatkan waktu buat mengirim surat izin ke sekolah." kata Riki terlihat lemah. Bisa diketahui, Riki anak yang mandiri, jarang mendapat perhatian dari orang tuanya dikarenakan kesibukan mereka masing-masing. Hanya sang pembantu lah yang membantu dan menemani Riki.

"Kenapa kamu gak hubungin aku?."

"Tadi pagi aku belum sempat bangun pagi Rai. Aku bangun tidur terlalu siang, dan udah gak sempat hubungin kamu buat izinin aku."

"Sebenarnya lo sakit apa sih Ki?." tanya Hesti.

"Aku cuma kecapean, butuh waktu istirahat aja. Tapi setelah kalian datang, tubuh aku terasa segar kembali." Riki terkekeh.

"Hehe-Bagus deh."

Tiba-tiba saja, bibi datang membawa sepiring nasi dan lauk.

"Den, dimakan dulu makan siang nya." kata Bibi dengan ramah.

"Iya Bi. Makasih ya-" Riki menyambut piring itu.

"Sama-sama, Den."

"Kalian mau makan juga?." tanya Riki.

"Gak usah Ki-kita udah makan, tadi Raina bawa nasi goreng loh. Dan rasanya enak banget." kata Hesti sambil mengacungkan jempol nya.

Raina hanya membalas tersenyum samar. Mereka memang memakan nasi goreng yang tadi Raina bawa, walaupun hanya sisa setengah akibat jatuh tadi.

"Serius?! Raina yang buat?" tanya Riki.

"Iya dong Ki. Aku kan jago masak-" kata Raina terkekeh.

"Yah aku nyesel deh, gak bisa ngerasain masakan Raina." sesal Riki.

"Wah pokoknya lo nyesel deh, rasanya tuh enak banget." lagi-lagi Hesti membanggakan Raina.

"Biasa aja Ti." Raina tersenyum, Raina juga tau, Hesti berbicara seperti itu ingin menenangkan hati Raina. Dan Hesti berhasil membuat Raina tenang.

Seperti nya, Riki masih terlihat sangat lemah. Wajahnya pun masih terlihat pucat. Perlahan Raina mengambil piring makan Riki.

"Aku suapin yak?" tanya Raina sambil menyiapkan sesendok nasi.

Terlihat Riki tersenyum bersemangat. Perlahan Raina menyuapkan sesendok nasi ke dalam mulut Riki.

Aaamm...

Ntah apa yang dirasakan Riki saat ini, merasa bahagia kedua sahabat nya kini berada disamping nya, perhatian terhadapnya. Degub jantung bergetar lebih cepat dari biasanya ketika Raina kini menyuapkan makan untuknya.

"Ki lo mau minum? Biar gue ambilin ya?" Hesti juga bersemangat untuk memberikan perhatian kepada Riki. Ia bergegas mengambil segelas air putih dan memberikannya kepada Riki.

"Cepet sembuh ya Ki," kata Hesti ketika Riki sedang menenggak air minum.

Raina menggusar nafasnya perlahan. "Gak mau liat kamu lemah kayak gini Ki-" Riki menatap Raina dan Hesti bergantian, terlihat keduanya tulus menemani Riki.

"Suatu saat nanti, kamu akan kagum sama aku Rai. Karna nanti aku akan sekuat ultraman-" kata Riki terkekeh di akhir kalimat.

Raina dan Hesti tertawa mendengar perkataan Riki.

SENIORKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang