LDR

31 2 0
                                    

“Aku di rumah”.

Itu balasan yang aku tulis saat membalas direct message kekasihku di salah satu media sosial. Tak biasanya hari ini dia nyinyir bertanya. Jika aku hitung, mungkin dia hampir mengirimiku pesan tiga kali dalam hitungan satu menit per hari.

Ada apa dengan dirinya?. Apakah dia tak percaya padaku lagi?. Ding!!... kan, apa aku bilang, pesannya masuk lagi. Malas aku membukanya. Aku putuskan untuk lihat pesannya nanti.

🌎🌎🌎

Namaku Dion. Aku sudah memiliki seorang kekasih. Nama dia Ranti. Kami berpacaran hampir enam tahun.

Pertama kali kita bertemu adalah saat diriku melihat-lihat dereten buku-buku di salah satu toko buku besar di kotaku.

Saat itu aku sedang bingung untuk pilih buku apa yang akan aku beli. Ketika aku sudah temukan buku yang akan aku beli, tiba-tiba dari belakang, munculah seorang perempuan yang tak aku kenal mengambil buku yang sama denganku.

Tangan kami bertemu dan saling memegang buku tersebut. Aku pandangi dia. Dia pun juga sama. Mata kami lama bertemu satu sama lain. Drama sinetron sekali kan?, tapi itu kenyataan yang terjadi.

Pada akhirnya aku relakan buku yang akan aku beli kepadanya, karena tak pantas bagi lelaki berebut dengan perempuan. Disaat kami akan berpisah, aku sempatkan meminta nomor telepon genggamnya. Untuk apa?, aku memintanya untuk nantinya jika dia sudah selesai baca buku itu, aku ingin meminjam untuk dibaca.

Pertama dia sempat ragu untuk memberitahu nomor telepon genggamnya. Dia lama diam dan berpikir. Sesekali dia pandangi aku dari ujung kaki sampai kepala. Mungkinkah dia curiga kepadaku?.

Tapi pada akhirnya, nomor telepon genggamnya tersimpan indah di dalam kontak telepon genggamku,dan dari sinilah cerita ini dimulai.

🌎🌎🌎

Sudah seminggu berlalu sejak aku pertama kali bertemu dengan Ranti, perempuan yang aku temui di toko buku. Aku sengaja menunggu satu minggu untuk mulai berani mengirim pesan padanya.

Aku pikir seminggu adalah waktu yang cukup untuk menamatkan satu buah buku. Aku sempat ragu untuk menulis kalimat apa yang akan aku kirim padanya. Apakah Ranti masih mengingatku?.

Akhirnya aku putuskan untuk menulis seperti ini, “Hai Ranti, masih ingat  aku”?. Aku tekan tombol send di telepon genggam pintarku. My job is done.

Satu, dua, tiga, empat, sepuluh menit berlalu. Aku belum juga dapat balasan dari Ranti. Apakah dia tak ingat  padaku? atau apakah dia tak ingin pinjamkan bukunya padaku. Banyak pikiran negatif akan dirinya berputar di kepalaku.

Saat aku berpikir sudah selesai dengan Ranti, tiba-tiba telepon genggam pintarku berbunyi. Bunyinya seperti ini, “Ding”. Aku coba periksa telepon genggamku. Ada pesan masuk dan itu dari Ranti. Dia membalas pesanku dengan, “Hai juga Dion”. Dia mengingatku.

Jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Hidupku terasa seperti mendapat durian runtuh. Dan cerita ini berlanjut dari balasan pesan tentang buku sampai nantinya kami bersatu.

🌎🌎🌎

Aku dan Ranti akhirnya berpacaran. Hubungan antara kami sudah hampir dua tahun. selama dua tahun ini, hubungan kami berjalan dengan sangat baik.

Aku pun sudah mengetahui segala hal tentang Ranti seperti makanan kesukaannya, penyanyi favorit, ukuran sepatu, hal yang membuat dia  mudah tersenyum, dan bahkan hal-hal yang dia benci pada diriku.

Aku hafal itu semua luar dan dalam. Tak ada satupun rahasia antara kami, karena kami sudah beerjanji untuk menceritakan segala macam hal tetang kami. Itu semua membuat hubungan kami jauh dari kata pertengkaran.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andai Engkau TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang