Kutu Buku

74 4 0
                                    

Perkenalkan, aku seekor kutu. Kutu yang bagi sebagian orang hanyalah hama penganggu. Mungkin lebih tepatnya sebuah parasit yang tak layak hidup dibumi. Kecil, hitam, dan bau  lekat dengan namaku.

Aku ini seekor kutu. Rumahku di buku. Aku tak pilih-pilh buku,  mulai dari buku  pelajaran, buku  novel percintaan, sampai buku  resep makanan. Hampir semua jenis buku pernah ku singgahi dan tinggali, karena aku seekor kutu buku.

⏺⏺

Sampai siang ini, sudah lebih dari 20 manusia datang mengunjungi rumahku. Aku tak tau kenapa mereka seolah olah  ingin menjamah  rumahku. Lalu kulihat nama  rumahku, “Apa itu Jatuh cinta”. Apa mungkin  ini penyebabnya?, entahlah akupun tak mau tau. Aku benci manusia. Aku merasa mereka makhluk yang tak punya hati. Mereka seenaknya saja merusak rumah-rumah kami, kutu buku.

Kemarin, saat aku sedang bermain bersama tiga kawan kutuku di halaman 14 rumahku. Tiba-tiba saja manusia itu melipat rumahku. Satu temanku mati karena lipatannya. Tanpa rasa bersalah, manusia itu pergi tak tau kemana.karena itu, aku benci manusia.

⏺⏺

Hari ini kuputuskan untuk dirumah saja. Aku baru saja pindah ke rumah baru. Dari 350 halaman di dalam rumahku, kupilih angka 22.  Tak ada yang spesial dengan angka 22.

Hanya saja, semakin awal halaman yang kupilih, semakin sering juga aku bertemu dengan manusia. Saat ini, aku ingin sekali bertemu  manusia. Akan kupandangi wajah wajah mereka yang angkuh dan tak punya hati itu.

⏺⏺

Manusia pertama datang. Dia seorang perempuan muda. Kira-kira umurnya 17 belas tahun. Rambutnya lurus panjang. Dia memakai kaca mata. Satu yang membuatku heran akan dia, ada pagar besi yang terpasang di giginya. Manusia memang makhluk yang bodoh gumamku.

Satu persatu halaman rumahku dia buka. Sampai di halaman 22, kulihat dia terhenti sejenak. Kulihat ada semacam bongkahan air tergenang di bola matanya. Apa dia menangis?. Apa dia melihatku yang hina ini?. Itu pasti tidak mungkin.

Aku penasaran. Kucoba cari tau apa yang tertulis di halaman ini. Tak sempatku membaca satu huruf pun, perempuan itu menutup paksa rumahku. Hampir mati terhimpit aku dibuatnya. Dasar perempuan gila, gusarku.

⏺⏺

Tak butuh waktu lama, manusia kedua datang berkunjung. Kali ini akan kumanfaatkan waktuku. Dia seorang laki laki. Kumis tipis tergolek pasrah di wajahnya. Rambutnya tersisir rapi. Sesekali dia berbisik. Kupikir, apakah dia ingin mengajakku  bicara?. Aku tak sudi.

Setelah beberapa menit, sampailah dia dihadapanku. Tak seperti wanita sebelumya. Laki laki ini seolah tak ada ekpresi apapun di wajahnya. Raut muka datar terpampang jelas di wajahnya.

Ini semua membuatku semakin penasaran. Ada tulisan apa dihalaman ini. Aku coba untuk berbalik membacanya. Tak sempat ku berbalik, kurasakan rumahku bergoyang. Aku pun jatuh ke lantai dingin. Dasar laki-laki bengis, bentakku. Kulihat laki laki itu mengangkat rumahku tanpa pamit.

⏺⏺

Butuh waktu lama bagiku untuk kembali ke rumahku. Ku usahakan kembali ke halaman  22 tadi. Dengan penuh perjuangan, akhirnya aku sampai juga. Kali ini tak akan aku lewatkan lagi untuk membaca halaman ini.

Tiba tiba perutku terasa sakit sekali. Perutku seperti ada yang menusuk nusuk. Apa ini karna aku terjatuh tadi?. Kucoba untuk menahannya saja.

Sedang aku menahan sakit, datanglah manusia ketiga. Dia seorang laki-laki. Rambutnya tersisir rapi dengan belahan tengah. Kacamata besar terpasang paksa di wajahnya. Dia aneh, pikirku.

Kancing atas bajunya terpasang. Ini membuatnya tambah aneh. Dia membuka satu persatu halaman dengan perlahan. Sampai di halaman 22, dia tertawa terbahak bahak. Giginya kuning berkilauan. Aku jijik memandangnya. Tanpa pikir panjang lagi, aku menoleh hendak membaca halaman buku ini. Tiba-tiba, kulihat kertas halaman mulai bergerak kearahku.

Tak sempatku lari, kertas menghimpit tubuh kecilku. Tak sampai disitu, rumahku di tutup paksa. Perutku pecah. Kupikir ini akhir hidupku. Jiwa ku seolah olah akan terbang. Dan akupun mati membawa rasa penasaran akan halaman 22. 

........siang ini, seekor kutu betina mati terhimpit kertas lipatan. Dia mati membawa anak anak didalam perutnya. Sungguh malang nasib si kutu. Mati karna ulah manusia yang suka melipat kertas halaman.

                                         Halaman 22.

🎦🎦🎦

Andai Engkau TauTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang