Neira, itu namanya. Anak perempuan yang kujumpa kemarin sore. Neira, teman pertamaku di tempat ini. Ya, aku baru saja pindah ke kota ini. Nenek mengajakku untuk tinggal bersamanya.
Nenekku janda 65 tahun. Ia ditinggal mati tenggelam oleh suaminya. Nenek membawaku bersamanya setelah ibuku mati gantung diri. Ya ibuku, tubuhnya kutemukan tergantung di pintu kamar tidurnya.
⏺⏺
Kemarin sore, aku berjumpa dengan seorang anak perempuan. Kala itu aku kabur dari rumah nenekku. Aku tak betah tinggal di kota ini.
Bayang-bayang akan ibuku selalu memanggilku untuk pulang ke rumah lamaku. Saat aku lelah berlari menjauh dari rumah nenek, kulihat ada seongok kursi kayu tertancap ke bumi dibawah pohon rindang. Kudekati kursi itu. Lebarnya kira-kira cukup untuk empat orang dewasa. Kuputuskan untuk berhenti sejenak disitu.
Hujan pun mulai turun bersama turunnya air mata di pipiku. Aku menangis, kenapa aku ditinggal mati ibuku.
⏺⏺
Selagi aku sibuk dengan ratapanku, tiba-tiba aku dikejutkan dengan orang yang duduk disebelahku. Aku tak menyadari kehadirannya. Kutatap dirinya. Ternyata dia seorang anak perempuan.
Kupandangi dirinya dengan teliti. Aku belum pernah bertemu dengannya. Kulihat, dia sedang memegang sebuah alat musik. Aku kira itu sebuah biola. Sedang asyiknya aku memandangnya, dia mulai berbicara padaku, “kamu kok nangis”?. Aku hanya diam membantu. Lalu, dia coba mendekatiku. Kali ini, dia persis disampingku. “aku Neira”, itu katanya.
Aku tak kuasa menoleh kepadanya. Aku hanya bisa menunduk menatap tanah.
⏺⏺
Hampir lima menit aku diam tanpa bicara. Neira, dia terus menatapku. Perlahan tapi pasti, kucoba lagi tatap wajahnya. Bola mata besarnya seolah olah ingin bicara padaku. Dia bertanya sekali lagi, “kamu kenapa”. Kali ini kucoba untuk menjawab, “tak apa”.
Belum sempat bibirku menutup lagi, dia membalas “kalau tak mengapa, kenapa menangis”?. Aku tak menjawab langsung. Kucoba susun kata-kataku. “ibuku mati”. Tapi kalimat singkat itu yang keluar. Kulihat dia sedikit terkejut. Dia juga menggigit bagian bawah bibirnya. “kamu disini sama siapa”?, dia bicara. Kujawab singkat dan jelas, “nenek”. “trus mana dia”?.
Aku merasa seperti diintrogasi olehnya. “aku kabur dari rumahnya”, jawabku. Neira diam sejenak. Seolah-olah dia sedang memikirkan sesuatu.
⏺⏺
"Ayo kerumahku”. Itu kata yang keluar dari bibir tipisnya. Aku terkejut. Dia baru saja kenal denganku, tapi entah apa yang dia pikirkan, dia mengajakku pulang kerumahnya. “bagaimana?”, tanyamu lagi.
Lalu kujawab dengan apa yang sesuia dengan apa yang kupikirkan saat itu, “aku makannya banyak”. Neira tertawa. Aku heran kenapa dia tertawa. Apakah ada yang lucu?, pikirku. Neira berhenti tertawa dan berkata, “tak apa, akupun sama denganmu”.
Diulurkannya tangan kanannya padaku. Apakah ini serius?, tanyaku dalam hati. Tak sempat aku menerima uluran tanggannya, nenekku datang.
⏺⏺
Ah nenek, gumamku. Tak sempat kuperkenalkan namaku pada neira, nenek membawaku pulang kerumahnya. Tapi sebelum hilang wajah neira dari pandangaku, kulihat dia tersenyum padaku.
Apakah ini akhir untuk pertemuan kita yang singkat ini?. Aku tak tau. Aku berharap semoga Tuhan mempertemukan kita lagi.
🅰🅰🅰
KAMU SEDANG MEMBACA
Andai Engkau Tau
Historia CortaBuku ini berisi sekumpulan cerita pendek yang berhubungan dengan cinta. Penulis dibuku ini melihat cinta dari sisi gelapnya. Bahwasanya cinta tak selalu berjalan dan berakhir dengan bahagia. Cinta itu kadang kejam, jika kau tak indah dan gemerlap, m...