6.Keganjalan

45 10 4
                                    

Mereka telah sampai di kastil yang sedari tadi mereka tuju. Beribu pertanyaan tersimpan dalam benak Reva yang sulit ia ungkapkan.
Fero meminta Reva menunggu disebuah kamar yang terlihat sangat loyal baginya. Sedang orang orang berseragam seperti prajurit tadi mengikuti langkah Fero.

Reva mengedarkan pandangan kesegala sisi diruangan. Dilihatnya pernak pernik yang antik dan terlihat cukup mistis dimatanya.

Reva yang kewalahan menunggu kedatangan Fero akhirnya memutuskan untuk mencarinya.
Reva melangkahkan kakinya keluar kamar. Dilihatnya banyak prajurit diluar kamar dan sepanjang jalan.

"Siapa kau?"

Reva terkejut ," A-aku .."

"Apa kau penyusup? Siapa yang menyuruhmu?"

"Bukan,aku kesini bersama pak Fero. Tadi dia memintaku untuk menunggu di kamar ini." Tegasnya

"Fero? Siapa Fero? Disini tidak ada orang yang bernama Fero"

"Apa jangan jangan kau mata mata, ya? Ayo! Akan kubawa kaua kehadapan paduka raja." Ucap prajurit lain sambil menarik tangan Reva secara paksa.

"LEPASIN BEGO! GUE BUKAN PENYUSUP! GUE TEREAK NI YA!". ucap Reva sepanjang perjalanan.

"Apa yang dia bicarakan?" Tanya seorang prajurit.

"Aku juga tidak mengerti. Sudah! Jangan banyak bicara!"

Diseberang sana,seorang pria tengah diamuki oleh sang ayah. Karena pria yang tiba tiba meninggalkan istana tanpa sepengetahuan siapapun.
Fero,ya pria yang dimaksud adalah Fero.

Ayah Fero marah besar. Fero yang diutusnya sebagai pangeran penerus kerajaan yang sangat sedang dibutuhkan oleh rakyat tiba tiba menghilang begitu saja meninggalkan kewajibannya.

"Sekarang jelaskan pada ayahanda!"

"Aku.."

"LEPAS ANJIR! ANEH LU YA DIBILANGIN KAGAK NGARTI ,ANJIR!" Umpatan seorang gadis tiba tiba terdengar disudut sana.

Fero dan Ayahnya menoleh ke arah sumber suara. Kedua prajurit yang membawa gadis itu kemari menundukan kepalanya.

"Siapa dia?"

"Maaf paduka,kami menemukannya sedang berada di kamar pangeran."
Ucap seorang prajurit sambil menundukan kepalanya.

"Pangeran! Siapa dia?" Tanya ayah Fero. Yang ditanya termenung. Berusaha mencari alasan tentang hubungannya dengan Reva.

"Di-dia kekasihku,ayahanda. Lepaskan dia! Jangan sakiti dia!".

Kedua prajurit itupun melepaskan Reva. Reva terkejut dengan pernyataan Fero yang sama sekali tidak ia pahami. Ingin sekali Reva bertanya banyak hal padanya. Tapi Fero selalu mengisyaratkan Reva untuk diam.

"Benarkah? Mengapa penampilanya aneh? Dari negeri mana dia?" Tanya Ayah Fero mulai mengintimidasi.

"Dari Bumi."

###

Ina menggigit jari tangannya. Ia benar benar khawatir. 30 menit berlalu dan Fero serta Reva belum muncul ke permukaan juga.

Semua orang sedang menanti didepan kolam. Tidak ada yang berbicara sepatah katapun saat ini.

"Hueekkkk...Reva..jangan tinggalin gue...gu-gue gamau kehilangan lo ,va...hiks hiks hiks" Ina merengek.

"Na,jangan gini. Gue yakin,mereka pasti selamat. Percaya sama gue." Adit membawa Ina kedekapannya. Ina kini menagis didada Adit.

Adit tidak memperdulikan rasa tidak sukanya pada Ina. Ia membelai rambut Ina dengan raut wajah khawatir seperti yang lain.

###

"Pak! Apa apaan sih ngaku pacar saya? Saya bukan pacar bapak!"

"Diamlah! Ini demi keselamatan kita!"
Reva mengerutkan dahinya. Ia mendegus kesal pada pria disampingnya ini.

"Dari tadi saya tanya. Bapak gak jawab satupun pertanyaan dari saya. Serumit itukah dibandingkan dengan rumus MTK yang bapak ajar,jawabannya?"

Fero mendegus kesal. Gadis ini benar benar berisik sedari tadi. Ia ingin sekali menyumpalnya dengan kain agr tidak bisa berbicara lagi.

Fero menghela napasnya." Berbicara yang sopan!"

"Pak,saya capek. Pulang aja,yuk." Reva mengalihkan pembicaraannya.

"Kenapa? Gak betah disini? Kamu bisa jadi tuan puteri kalo masih mau tinggal disini." Goda Fero.

Reva benar benar kehilangan kesabaran. Sedari tadi ia berjalan mengelilngi kastil bersama Fero. Sambil melontarkan banyak pertanyaan yang mengganjal difikirannya.

Tentang dimanakah ini? Siapakah jati diri Fero yang sebenarnya? Mengapa ia bisa ada disini? Dan mengapa ia mengakui Reva sebangai kekasihnya.

"Gak! Saya kesal ke bapak. Bunuh saya,pak!."

"Kamu cantik ya,kalo lagi marah." Senyuman terukir di wajah Fero.

"Bapak jangan gombal! Saya masih normal,gak suka om om!" Ketus Reva.

"Gini ya kelakuan kamu diluar sekolah. Saya kasih nilai C buat kamu,mau?"

"Udah ah,pak. Saya capek. Pulang yuk."

Fero memandang langit yang sudah mulai menampakan sang senja.

"Besok lagi aja. Udah mau malem. Kita nginep semalam disini."

Hati Reva sungguh bergejolak. Prua disebelahnya ini sungguh menyebalkan. Kini ia hanya memasang ekspresi pasrah. Karena hanya Fero-lah yang bisa membawanya kembali pulang.

"Terus saya tidur dimana?"

"Dikamar saya"

Reva membelalakan matanya." Maksudnya sekamar sama bapak? Gamau saya pak. Saya mening tidur di kolong jembatan."

"Beneran? Yaudah kalo itu mau kamu."

Reva mendegus kesal.

#Malam hari

Reva benar benar diantar ke sebuah jembatan oleh Fero. Reva benar benar tidak menyangka pada Fero yang tega pada muridnya sendiri.

Jembatan itu yang terlihat cukup usang,berlumut,dan memiliki kesan mistis. Membuat Reva menelan saliva yang sedari tadi ia kumpulkan.

"Pak,kok bapak tega sih sama saya,"

"Kamu sendiri yang mau,"

"Yaudah pak,saya tinggal dikamar bapak yang tadi ,tapi bapak jangan sekamar sama saya, boleh kan pak?" Pinta Reva. Entah kenapa Reva memiliki perasaan sedikit takut pada Fero. Tapi,hanya Fero-lah yang bisa membawanya kembali pulang ke tempat kemping.

"Memang itu yang saya mau,"

"Lah,kok gak bilang dari taadi sih,kan kita gak perlu repot repot datang ke sini."

"Kamu gak nanya ke saya."

Reva mendegus kesal. Akhirnya mereka kembali ke istana. Reva tinggal dikamar Fero. Sedangkan Fero tidak tidur dan berjaga didepan pintu.

***

Fero menoleh kearah kamar dan melihat Reva sudah tertidur pulas. Ia lega karena berhasil tidak menjawab semua pertanyaan yang Reva lontarkan tadi.

Jika saja ia menjawabnya,maka Reva akan ketakutan berada di dekatnya. Dan Fero tidak mau itu sampai terjadi.

Tiba-tiba ada suara ketukan menandakan seseorang sedang menghampiri kemari. Fero terkejut dan mencari sumber suara, namun ia tidak mendapatkan siapapun di sana.

Saat ia masuk ke kamar..

"REVA!!!!"

Tbc dulu aja.
Thanks for read. Jangan lupa vote and comment oke

My Adventure in Magical World (Sedang Di Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang