Antonim

43 3 0
                                    

Sudah beberapa menit berlalu setelah bel pulang berbunyi.
Aku masih saja mengerut kan kening,berdiri didepan gerbang sekolah berusaha sabar menunggu mas Yuda datang.
Ntahlah menunggu perlahan membuatku merasa jengkel.

Tapi aku tidak boleh menyalahkan kondisi.toh,aku hanya menumpang dengan tetangga ku yang mungkin mempunyai  kepentingan yang lebih penting ketimbang diriku.

"Kamu Melisa ya?,yang tadi aku kira milea?"

Aku menoleh ke si sumber suara.
Lelaki itu lagi,ntah sejak kapan berdiri disampingku.Dengan cengiran diwajahnya, yang membuatku serasa ingin sekali menjambaknya.
Terlihat bodoh memang.
Tapi,Biarkan saja jika dia memang benar-benar bodoh seperti yang ku kira,aku tak peduli.

Aku tetap terdiam dan memperhatikan jalanan di depanku lagi.

"Nama gue Deon,"

Dan kali ini dia mengulurkan tangan di hadapanku.aku sangat malas untuk menjabat tangannya jadi aku biarkan saja,Hingga tangan itu turun perlahan.

"Aku melisa"

aku harap dengan aku memberikan jawaban atas pertanyaan tak penting itu membuatnya pergi.
Tetapi ternyata tidak,dia tetap berdiri disampingku.pertanyaan bodoh yang bahkan dia sendiri tau jawabannya.
Dasar Manusia aneh,dan.. Aiiish,menyebalkan sekali dia!.

"Lu nunggu jemputan?"

Oh Astaga,
Tak mengerti kah dia dari sikapku yang mengisyaratkan supaya dia segera pergi.

Aku terdiam,sangat disayangkan membuang-buang waktu untuk meladeni makhluk seperti dia.

"Lu bisu ya?"

Pertanyaan nya kali ini membuatku mengepalkan kedua tanganku.
Aku menoleh kearahnya dengan rasa teramat kesal.
Ya,siapa yang tidak kesal mendengar seseorang yang tidak tau asal-usul nya yang mengatakan..
Apa katanya tadi?
Aku bisu?...

Aku mengeraskan rahang ku dengan kuat.sungguh aku mulai muak dengan
Sikap laki-laki sok pintar yang selalu menawarkan perdebatan kepadaku.

"Apa?bisu?
Eh,cowok belagu!.
Denger ya,aku gak cacat,aku gak bisu.
Tetapi aku rasa lebih baik begitu daripada meladeni orang seperti kamu.Gak guna dan gak penting".

Aku merasakan suara ku yang tiba-tiba meninggi.ya, sehingga membuat tak sedikit pasang mata melihat ke arahku.

Dan semua ini gara-gara makhluk aneh,menyebalkan seperti dia.
Siapa tadi namanya?
Deon?
Aku sangat tidak menyukai nama itu untuk pertama kalinya adalah saat sekarang ini!

Suara klakson motor menyadarkan aku untuk berhenti bertatapan dengan lelaki yang sama sekali tak kusukai ini.
Aku mengalihkan pandangan melihat
Mas Yuda yang menghampiriku dangan motornya.

"Maaf ya Mel,saya tadi ada sedikit kegiatan tambahan diluar kampus kamu jadi kelamaan nunggu ya?"
Ucap mas Yuda terlihat cemas.
Aku hanya tersenyum simpul.

"Melisa gak papa mas."

Aku mengenakan helm dan menaiki motor mas Yuda.Aku memutar bola mataku seakan tak peduli melihat Deon yang masih saja berdiri mematung melihatku hingga aku benar-benar pergi.

***

"Assalamu'alaikum"
Ucapku setelah memasuki rumah Tante Rosa.

"Walaikumsalam"

Aku menghampiri dapur tempat Tante Rosa berada.

"Melisa,kamu bisa bantu Tante sekarang kan?,sebenarnya pesanan kue buat Minggu ini gak banyak.ntahlah Tante juga kesulitan sekarang buat dapetin pelanggan".

Perkataan Tante Rosa seakan membuat semangat ku mulai menurun.jika,tante Rosa tidak dapat mempekerjakan ku lagi untuk membantunya membuat pesanan kue,lalu bagaimana dengan keuangan ku yang semakin menipis.
Tidak  bisa dipungkiri bahwa aku harus terbiasa hidup terlatih untuk bisa bekerja sekaligus belajar.
Tapi mau bagaimana lagi.
Tante Rosa sudah banyak membantu semua kesulitan ku.kurasa aku harus lebih mandiri lagi mulai sekarang.

Sedangkan berharap pada Om Albert adalah sesuatu yang tak meyakinkan lagi.semenjak terdengar kabar ayah meninggal.om Albert pun menghilang.
Jangankan mengunjungi kekediamanku,gaji bibi Asi pembantu yang diutus untuk tinggal bersama denganku pun tidak kunjung diberikan.
Alhasil,bi Asi pun meninggalkanku sendirian.aku tau sebenarnya bi Asi tidak tega meninggalkan ku sendiri,
Tetapi keluarganya sangat membutuhkan nya.
Ya,begitu sangat penting nya keluarga yang dipikirkannya.
Dan Betapa indahnya jika hal tersebut berlaku pada hidupku lagi.

Aku meremas-remas adonan kue dengan kasar,tampa sadar pikiranku sudah tak berada diruang ini lagi.
Aku sibuk memikirkan apa yang akan aku lakukan jika tak memperoleh lagi pekerjaan kedepannya.

"Melisa"

Aku menoleh ke samping kiri.
Dan merasakan sesuatu teroles dengan sempurna di pipi kiri ku.
Aku mendengus sebal.
Melihat mas Yuda tertawa bangga melihat adonan tepung yang tepat sasaran mengenai pipiku.

"Mas Yuda.."
Dengusku kesal,sambil memukul tangannya.

"Melisa dari tadi bengong aja,mas pikir karna Melisa belum mandi.
Jadi mas bedakin".

Mas Yuda tertawa lebih keras.
Sepertinya ia sangat terhibur dengan penampilan ku sekarang yang terlihat berantakan.
Aku tersenyum melihat senyumannya yang mengembang,tanpa sadar perlahan aku mulai mengikuti tertawa nya mas Yuda.

Aku tertawa?
Iya hal yang sudah sangat asing lagi bagiku.tetapi dia manusia di hadapanku ini,ntahlah.
Melihat senyumannya itu sulit untuk menahan diri untuk tidak ikut tersenyum.
Menyenangkan sekali berada didekat dia.


Please votement😊

sweet smileTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang