Kelas ini seakan sepi tak berpenghuni.
Tetapi tak masalah, toh itu yang aku inginkan. Sunyi,sepi,dan tenang.
Ntahlah,
Sepertinya keadaan telah membuatku terbiasa dengan kesunyian.
Serasa damai dan tenang.
Tanpa adanya perusuh dan pembuat keributan.Ya,siapa lagi kalau bukan lelaki brengsek yang mengataiku bisu.
Dan akhirnya hari ini ia memakan perkataannya sendiri. Bisu?.Hari ini ia tak banyak bicara,tidak juga menganguku,terserah aku tak peduli.
Tetapi disela waktu sepertinya dia ingin berbicara padaku,aku tak menangapi lalu pergi.
Dia pun mengatupkan kembali mulutnya yang hendak bersuara itu.
Dan itu amat sangat membuatku senang.Perusuh keheningan kelas sebenarnya bukan dia saja. Masih ada teman-teman Deon yang selalu saja membuat onar,seakan tak terbiasa melihat kepala sukunya yang tiba-tiba menjadi pendiam.
Mereka mulai memekik mengatai Deon mulai tidak waras.Sadarkah mereka bahwa mereka lah yang benar-benar gila melakukan hal yang tidak penting seperti itu?
Deon tak juga menangapi.
Tak bersemangat sama sekali.
Ia malah meletakan kepalanya ke meja dan tertidur.Mungkinkah perkataanku kemarin yang membuatnya menjadi aneh seperti ini?
Loh,tapi kan dia memang aneh.
Bukankah keadaan yang seperti ini yang aku inginkan?Jam istirahat aku habiskan dengan membaca buku di sebuah bangku yang menghadap lapangan basket.
Terlihat beberapa siswa yang mengejar bola yang dipantulkan-pantulkan itu,semuanya terlihat ceria sambil sesekali tertawa dengan gembiranya. ntah apa yang seakan lucu dan membuat mereka tertawa seperti itu.Aku tak memalingkan penglihatan ku dari buku dipangkuanku.
Hingga seorang siswi duduk disebelah ku sambil mengangkat telpon."Ya pak, setelah pulang sekolah nanti saya pasti langsung bekerja".
"...."
"Baik pak akan saya usahakan".
Aku melihat ekspresi di wajah gadis itu seperti tidak senang. setelah memutuskan sambungan telpon itu wajahnya berubah masam,hingga mendengus kesal sepertinya.
Aku sendiri merasa penasaran dengan apa yang diperbincangkan gadis yang sepertinya seangkatan denganku ini melalui telepon. Tentang pekerjaan?
Dengan ragu aku memberanikan diri mempertanyakan hal itu padanya.
"Kamu bekerja sepulang sekolah?"
Gadis itu kemudian melihat ke arahku dan menyipitkan kedua matanya.
Aku jadi tak enak hati dengan tatapan nya terhadapku."Kamu nguping pembicaraan ku,?"
Aku menjadi salah tingkah mendengar pertanyaan nya yang seakan menyudutkan aku.
"Oh maaf,tapi aku tak sengaja mendengar perbincangan mu tadi. sebelumya perkenalkan aku Melisa"
Aku mengulurkan tangan kananku dihadapannya. Dengan ragu ia menjabat tanganku dan berkata.
"Aku Dara,kelas XII IIS 1. Kamu?
"Ternyata benar kita seangkatan,meskipun jurusannya berbeda. kelasku XII MIPA 2"
Ia mengangguk paham. Sungguh aku tak menduga ternyata gadis ini tidaklah sombong,ia ramah dan sepertinya pengertian.
"Kalau boleh tau,kamu bekerja dimana?"
"Oh,itu..aku bekerja di Restoran Aska.
Aku bekerja sebagai pelayan disana"Sepertinya dia mulai tak enak hati membicarakan pekerjaannya ini. Suaranya terdengar samar.
Dara menunduk dan memandangi ujung sepatunya. Mungkinkah dia malu mengatakannya?"Kamu bekerja paruh waktu?"
Dara mengangguk.
"Iya,sepulang sekolah aku langsung bekerja."
Sesaat kemudian aku terdiam,
Darapun terdiam. Mulai mencerna pemikiran masing-masing diantara kami.
Beberapa saat kemudian aku memutuskan untuk berbicara memecah keheningan."Apa masih ada lowongan pekerjaan yang mau menerima pekerja paruh waktu lagi disana?"
Dara mulai menatapku dengan heran.
"Kenapa?,jika masih ada aku ingin bekerja juga disana"
Tiba-tiba Dara mulai tertawa lepas.
Tawa yang seakan membuat suasana diantara kami mulai ramai.
Aku menatapnya dengan penuh keheranan. Apa perkataan ku itu terdengar lucu baginya?."Orang seperti kamu mau bekerja paruh waktu sepertiku?"
Dara mulai membuka suara dengan tawa yang berusaha ia tahan.
"Iya,memangnya apa yang salah denganku?"
Sungguh aku sangat heran melihat tingkah Dara yang terlihat konyol.
"Hahahha,tidak ada yang salah denganmu. Tapi dengan pekerjaannya. Bukankah kamu orang kaya,jadi jika soal pekerjaan lebih baik kamu nggk usah main-main.
Kerja itu gak sesantai dan semudah main gadget dirumah."Aku hanya berdiam diri sambil menatapnya dengan tajam.
Hingga tawanya perlahan mulai terhenti."Aku orang kaya? Dari mana kamu bisa berkesimpulan seperti itu?"
Dara tampak berfikir sesaat sebelum menjawab pertanyaan ku.
"Dari penampilan mu tidak pantas terlihat seperti orang miskin.
Wajahmu juga tak mencerminkan jika kamu orang susah"Aku tersenyum mendengar celotehan gadis di hadapanku ini.
Aku tertarik dengan cara berfikir nya yang ajaib. Alasan yang dia lontarkan terdengar konyol,tapi aku suka."Memangnya segampang itu menilai seseorang dari penampilannya?.
Dara,jika aku kaya. Aku juga tidak mau susah payah mencari pekerjaan.
Itu semua aku lakukan karna aku juga butuh makan.""Bagaimana dengan keluargamu?"
Aku terdiam mencerna pertanyaan Dara.
"Aku tinggal sendirian"
Jawabku sambil menunduk.
"Ups,maaf sepertinya aku menyingung sesuatu yang sepertinya tidak kau suka untuk dibahas"
Aku menggeleng sambil tersenyum simpul.
"Gak papa. Jadi,bagaimana?
Apa restoran itu masih membutuhkan pekarja?""Tentang itu,aku gak tau karna aku hanya seorang pelayan di sana.
Jika kamu memang mau,kamu bisa mendatangi bosku untuk melamar pekerjaan itu. Restoran itu gak terlalu jauh kok dari sekolah. Nanti aku temani kamu menghadap bos ku""Benarkah?. Dara aku sangat berterimakasih padamu. "
Aku sangat senang dengan peluang yang sangat aku harapkan ini.
Aku tersenyum bahagia.
Dan betapa beruntungnya aku hari ini bisa dipertemukan dengan gadis baik seperti Dara.Vote and coment please😄
KAMU SEDANG MEMBACA
sweet smile
Teen Fictionsebuah senyuman manis yang menenangkan itu perlahan pudar,ketika kesendirian hadir menemani sang gadis berlesung pipi itu. tak banyak yang mengetahui tentang luka itu, luka yang tertoreh dengan sempurna di lubuk hati yang perlahan mulai beku diselim...