Part 5 : Kucinta Kau

7.3K 184 11
                                    

Setelah mencuci muka dan buang air kecil di toilet, aku kembali ke kamar tidurku. Tak disangka ternyata Kak Ilham sudah terlelap tidur. Dia nampak kelelahan, matanya terpejam dengan tangan memeluk guling. Aku sejenak memperhatikan dia, wajahnya yang tampan sungguh membuat siapa saja bisa tertarik, alisnya tebal, hidung mancung dan berkumis tipis khas cowok-cowok brondong, bibirnya tidak tipis tapi tidak terlalu tebal, pas banget kalau buat dikulum, warnanya juga kemerahan sangat mengundang syahwat untuk menjamahnya. Aku terus memperhatikan dia, aku masih tidak percaya, kalau remaja lelaki yang tidur terbaring di hadapanku ini adalah kekasihku. Entahlah ... apakah aku harus bangga atau aku harus menyesal karena memiliki ikatan cinta yang tidak normal ... Aku pusing dan sedih kalau memikirkannya ... daripada aku stress dan bingung, alangkah baiknya aku tidur saja.

Aku merebahkan diri di samping tubuh Kak Ilham, aku menutup pikiranku bersamaan dengan menutupnya kelopak mataku. Namun, baru saja sekejap aku memejamkan mata, tangan Kak Ilham sudah menyentuh tubuhku, dia memelukku dengan begitu eratnya hingga aku tak bisa bergerak.

''Aku mencintaimu, Bay ...'' bisik Kak Ilham tepat di lubang kupingku, kemudian dengan gesit bibirnya yang merona itu mengecup bagian bawah telinga dan juga tengkukku.

''Kamu belum tidur, Kak ...?'' ujarku.

''Belum, Bay ...'' sambut Kak Ilham.

''Aku pikir Kakak sudah tertidur ....''

''Bagaimana mungkin aku bisa tertidur saat berada di samping pacarku,'' ungkap Kak Ilham seraya mengecup bibirku dengan kecupan manja dan manis.

''Kak Ilham nakal ...'' gerutuku.

''Tapi kamu mau, 'kan?'' timpal Kak Ilham sembari mengecup bibirku lagi, dia melumat bibir bawahku dengan sangat lembut, tapi ganas. Kenyotannya membuat aku tak bisa bersuara.

''Ough ...'' Ciuman Kak Ilham membangkitkan birahiku, dengan sangat berani tangan Kak Ilham membelai leherku, kemudian dengan sigap dia mengusap-usap putingku yang masih tertutup kaos. Perlahan dia mencumbui aku seraya melepaskan satu per satu pakaianku, hingga menyisakan celana dalamku saja.

Tak mau kalah dengan aksi Kak Ilham, aku pun bergerak gesit membalas ciuman Kak Ilham dengan ciuman yang lebih liar dan lebih panas. Tanganku juga nakal menjamah seluruh bagian tubuh Kak Ilham yang tergolong sensitif seperti: leher, ketiak, puting dan perutnya. Lalu aku juga memberanikan diri untuk melepaskan pakaian Kak Ilham hingga cowok sexy ini hanya mengenakan cawatnya yang berwarna hitam transparan. Meskipun tertutup dan tertahan ketat oleh celana dalamnya, tapi aku bisa melihat cetakan bentuk ukuran alat vitalnya dengan jelas, apalagi saat ini kondisinya dalam keadaan tegang, sehingga nampak besar dan panjang.

Kak Ilham menubruk tubuhku bagai seekor macan yang menerkam mangsanya, kemudian dengan lidahnya yang basah dia menjilati tubuhku, mulai dari leher, lalu turun ke dadaku dan berputar-putar di wilayah lingkaran putingku. Untuk sekian lamanya dia mencecep dan menghisap putingku, hingga tubuhku ini bergidik berkali-kali seperti mendapatkan sengatan lebah madu, kemudian ujung lidah itu turun perlahan ke area perut, pusar dan terakhir di pubisku.

''Ough ...'' Kak Ilham hendak melorotkan celana dalamku dan ingin meraih organ pribadiku, saat itulah dengan refleks aku bangkit dari pembaringanku dan menepis tangan Kak Ilham agar dia menghentikan aksi binalnya itu.

''Jangan, Kak!" ungkapku tegas.

''Kenapa?'' Suara Kak Ilham terdengar kecewa.

''Maaf, Kak ... Bayu belum siap ...'' Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan cepat, lalu menjauhkan tubuhku dari tubuh Kak Ilham. Aku duduk di tepi ranjang dan menghadap ke atas. Entahlah, ada sesuatu yang mengganjal dalam pikiranku, tapi aku tidak tahu hal apakah itu.

H O r M O nTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang