Saat aku berlari, Kak Ilham membuntuti aku dari belakang. Tiba di tempat parkiran, aku langsung mencari motor Kak Ilham, kemudian dengan gerak cepat aku membuka jok motornya. Entah, aku harus berekspresi apa, saat melihat hadiah kejutan dari Kak Ilham yang hanya sebuah rangkaian bunga tulip warna gading.
"Kak Ilham ngasih aku bunga lagi?" Aku mendongak ke arah Kak Ilham, dan cowok bertubuh jangkung ini cuma melebarkan senyuman terbaiknya.
"Kamu tidak suka dengan hadiahnya, Bay?" ujar Kak Ilham sambil mengangkat satu alisnya.
"A-aku suka, Kak ... terima kasih ya, Kak Ilham ..." timpalku buru-buru dengan memasang wajah bahagia, lalu aku menutup jok motor Kak Ilham dengan sangat hati-hati setelah mengambil rangkaian bunga itu dan menciumnya berkali-kali.
"Aku masih ada kejutan lagi buat kamu, Bay ..."
"Hah ... masih ada kejutan lagi Kak?''
Kak Ilham tersenyum dan mengangguk semangat.
"Sekarang kamu yang bawa motornya, ya! Aku akan beri hadiahnya sambil berjalan!" katanya.
Aku memandang raut wajah Kak Ilham dengan sangat dalam, aku tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya, sepertinya dia sangat menyukai teka-teki dan senang membuatku penasaran. Atas bujukan Kak Ilham, akhirnya aku menunggangi motor matic-nya itu. Setelah aku siap mengendarai kendaraan roda dua ini, Kak Ilham langsung meletakan pantatnya di jok belakang, tangannya dengan gesit melingkar di pinggangku, aku men-starter mesin motornya dan saat itulah tubuh Kak Ilham merapat ke tubuhku, ketika aku mulai menarik gas-nya semakin erat dekapan tangan Kak Ilham di pinggangku.
Dengan kecepatan pelan aku kemudikan kendaraan ini menyusuri jalanan halus yang sedikit lengang, karena pengunjung Pantai Ancol pada sore ini tidak terlalu banyak.
Aku masih tak bergeming, karena fokus menjalankan motor di jalanan umum, lalu setelah berjalan beberapa meter, tanpa aku sadari tangan Kak Ilham menyentuh tangan kiriku. Aku cuma diam dan membiarkan tangannya mengusap-usap manja punggung tanganku. Cukup lama dia meremas-remas jari jemariku, hingga aku merasa risih. Apalagi sesekali tangannya juga nakal mengelus-elus paha dan selangkanganku. Tapi sepertinya Kak Ilham cuek-cuek saja. Bahkan dengan penuh rasa ketulusan dia diam-diam memasangkan sebuah cincin berlian berwarna perak di jari manisku.
''Buat kekasihku ...'' ujar Kak Ilham mesra.
''Kak Ilham ... Kakak memberikan aku cincin?'' Aku terkejut sekaligus terharu, aku memandangi cincin ini yang berkilauan terkena cahaya lampu, rasanya tak percaya Kak Ilham menghadiahkan barang semewah ini, aku benar-benar termangu dengan pandangan mata yang berkaca-kaca.
''Iya, kamu pantas mendapatkannya, Bayu!''
''Oh, so sweet ... aku jadi merasa tersanjung, Kak!''
''Kamu suka dengan cincinnya, Bay?''
''Aku sangat suka, Kak ... ah, Kakak ... kamu bikin aku baper saja!''
''Ya ... karena aku tulus menyayangimu, Bay ...'' Kak Ilham menyandarkan kepalanya di punggungku. Aduh ... cowok ini bikin perasaanku terbang saja. Serasa terbawa ke langit ketujuh. Rasa gembira, malu, gugup, canggung bercampur jadi satu dalam suasana batin yang bahagia.
''Kak ... Kakak sangat baik kepadaku ... entahlah, dengan apa dan harus bagaimana aku membalas kebaikan Kakak ...''
''Aku tidak butuh dan mengharap balasan hadiah apa pun dari kamu, Bay ... dekat bersamamu saja aku sudah bahagia!''
Duh ... lagi-lagi, kata-kata yang keluar dari mulut Kak Ilham berhasil membuatku baper, rasanya aku adalah orang yang paling beruntung mendapatkan kasih sayang dari orang seperti Kak Ilham. Dia adalah cowok terbaik yang pernah aku kenal. Aaahh ... Kakak Ilham kamu membuatku menangis karena terharu.
''Bay ....''
''Iya, Kak ...''
''Aku boleh megang punyamu?''
''Maksud Kakak?''
Kak Ilham tak bersuara, yang beraksi hanya tangannya yang menyentuh dan meremas-remas wilayah pribadiku.
''Kak Ilham nakal!'' protesku sambil nyegir.
''Kan nakalnya cuma sama pacarnya sendiri ... bolehlah?''
''Hehehe ...''
Kak Ilham tertawa, dan aku juga.
Kenangan indah di Pantai Ancol senja itu, tak akan pernah aku lupakan sepanjang hidupku. Terima kasih Kak Ilham, terima kasih cinta.
~SEKIAN~
KAMU SEDANG MEMBACA
H O r M O n
Short StoryUntuk 13++ ''Tanyakan pada dirimu ... apakah kamu tidak memiliki rasa sedikit pun terhadapku?'' ujar Kak Ilham masih dengan nada geram. ''Jika benar kamu tidak mempunyai perasaan itu ... aku rela untuk mundur ... dan tidak akan mengganggumu lagi!''...