Bel tanda istirahat berdentang.
Semua siswa berhamburan keluar dari ruang kelasnya masing-masing. Namun, aku belum beranjak dari tempat dudukku, karena hari ini Kak Ilham tidak datang menghampiri aku, dia lagi sibuk latihan bermain bola basket bersama team-nya. Latihan itu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi turnamen pertandingan bola basket antar sekolah, yang akan diselenggarakan pada minggu depan. Sehingga siang ini aku merasa sangat malas untuk meninggalkan kelasku.
''Bayu ... tumben masih betah di dalam kelas, Bro ... tidak keluar?'' tegur Rico; teman sebangkuku.
''Iyaa, males banget, Ric ...'' jawabku.
''Malas kenapa, sih? Biasanya Lo paling semangat kalo denger bel istirahat berbunyi, Lo langsung kabur!''
''Tidak apa-apa, sih ... males aja!''
''Ya, udah ... Kalo gituh, mendingan Lo temenin Gue aja, yuk!"
''Emang Lo mau ke mana, Ric?"
''Udah ikut gue aja!'' Rico menarik tanganku dan menyeret tubuhku, lalu dengan setengah memaksa dia membawaku ke sebuah tempat. Di mana di tempat tersebut ada beberapa orang yang sedang mengerjakan sesuatu.
''Rico ... ini ruangan apa?'' tanyaku.
''Ruang mading ...'' jawab Rico singkat.
''Terus ... Lo mau ngapain ke sini?''
''Gue mau nyumbang puisi ...''
''Emangnya Lo bisa nulis puisi?''
''Bisa, dong ...'' Rico bergaya sok sombong.
"Hmmm ..."
Aku dan Rico hendak masuk ke ruang tersebut, namun pas di depan pintu, kami berpapasan dengan seorang cewek yang penampilannya keren banget. Wajahnya cantik dengan bentuk lonjong, pembawaannya centil dan juga anggun. Rambutnya panjang, tinggi semampai dengan kulit putih cerah seperti orang jepang. Aku dan Rico mendadak terpana dengan wujud cewek yang satu itu. Namun, cewek ini terlihat angkuh, dia hanya melirik sekejap, kemudian berlalu tanpa meninggalkan kesan yang ramah.
''Siapa sih, cewek itu?'' tanyaku sambil memperhatikan perempuan itu yang berjalan lenggak-lenggok bak seorang peragawati.
''Oktavia Angela Kitty ... dia anak kelas XI ... sekretaris OSIS sekaligus salah satu pengurus mading, gimana cantik 'kan, dia?" jawab Rico, nampaknya dia tahu betul tentang anak cewek itu.
''Cantik, seeh ... tapi kelihatannya agak sombong!'' timpalku.
''Gue ngefans lho, sama doi ... cewek terseksi seantero sekolah ini."
''Buat apa sexy? Kalau attitude-nya minus ...''
''Emang Lo tidak suka sama tipe cewek seperti dia, Bro?''
''Kalau fisik sih, bolehlah ... tapi lihat dong perilakunya ... udah kayak seleb aja! Kalo Gue sih, udah gue coret dari daftar cewek idaman gue."
''Cieee ...'' Rico menanggapi penilaianku dengan senyum mengejek.
''Ekh ... hmmm!'' celutuk seseorang berdehem kepada kami, sehingga kami pun mengalihkan perhatian kami pada orang itu, "ada apa kalian kemari?'' lanjut cowok ini bertanya dengan nada ketus.
''Gue mau nyumbang puisi, Kak ... buat Mading!'' jawab Rico langsung sambil cengar-cengir.
''Oh ... mau nyumbang puisi ...'' timpal cowok pendek dan tambun itu, ''mana puisinya?'' imbuhnya.
''Eee ... sebentar, Kak!'' Rico mengeluarkan secarik kertas dari saku celananya, ''mmm ... ini, Kak!'' lanjut Rico seraya menyerahkan kertas itu ke tangan cowok berkulit gelap di hadapan kami ini.
''Oke ... puisinya kami tampung dulu, ya ...'' ujar cowok yang gayanya seperti pegawai salon ini dengan lembut.
''Ya, Kak ... terima kasih!'' timpal Rico.
''Sama-sama, hehehe ...'' Cowok itu tersenyum lebar memamerkan gigi berbehelnya. Melihat tingkah kocak cowok gendut ini, aku dan Rico jadi saling berpandangan dengan mimik yang nyengir, kemudian dengan cepat kita berdua mengambil langkah seribu meninggalkan cowok itu yang berdiri genit dengan gaya sok imutnya.
***
''Lihat itu, Bay!'' Jari telunjuk Rico mengarah ke lapangan basket, mataku turut mengikuti ke mana arah jari Rico. ''Itu 'kan, Kak Oktavia?'' lanjut Rico yang memperhatikan jelas cewek yang berada di antara tim pemain basket.
''Iya, benar ... dia, Kak Okta!'' sahutku, ''ngapain dia di sana ... ganjen banget!'' imbuhku.
''Kurasa dia menemui cowokya ...'' ujar Rico.
''Lo tahu siapa cowoknya Kak Okta, Ric?''
''Menurut gosip yang Gw dengar sih, dia itu pacaran sama Kak Ilham ...''
''Kak Ilham?'' Aku terkejut dengan mengernyitkan jidat.
''Iya ... cowok yang sedang ngobrol dengan dia sekarang itu ...''
Aku mengarahkan pandanganku ke tengah lapangan basket, dan memang benar di sana aku melihat Kak Okta sedang berbincang dengan Kak Ilham, tak tahu apa yang sedang mereka berdua bicarakan, mereka nampak akrab dan terlihat sangat gembira. Keduanya saling tersenyum dengan ekspresi penuh sukacita.
''Bayu ... Lo kenal Kak Ilham, 'kan?''
''Ya ... Gw kenal, dia pembimbing gw di kegiatan PMR ... tapi Gw tidak tahu, kalau Kak Ilham pacaran sama Kak Okta!''
Mataku terus memperhatikan dua makhluk itu di lapangan basket. Entah, mengapa aku merasa jelouse melihat kedekatan mereka berdua, apalagi sikap Kak Okta yang memperlihatkan genit-genit manja di depan Kak Ilham, rasanya aku kepengen samperin cewek itu dan menggamparnya. Tapi itu tidak mungkin, aku tidak akan bertindak sekonyol itu.
''Bay ... Lo tidak apa-apa, 'kan?'' ungkap Rico sambil menarik tanganku.
''Gw ... tidak apa-apa?'' sahutku masih menatap ke arah lapangan.
''Tapi ... Gw perhatiin, kok Lo sepertinya tidak suka dengan mereka?''
''Gw sudah bilang 'kan ... kalau Gw tidak suka lihat attitude Kak Okta, lihat saja sikapnya kecentilan kalau di depan cowok tampan ...''
''Heyy ... Lo tidak sedang cemburu 'kan, Bay?"
''Gw ... cemburu? Ngapain Gw cemburu ... lagipula Gw cemburu sama siapa?'' timpalku.
''Kalau Gw, mah ... cemburu Bay, kenapa gak ada cewek se-sexy Kak Okta yang suka sama Gw ...''
''Ohh ... itu mah derita Lo, Ric!" Aku ngeloyor meninggalkan Rico.
''Bay ... tunggu!'' Rico mengejarku.
Aku berlarian kecil menuju ke kelasku, pikiranku agak kalut, apa yang dikatakan Rico ada benarnya juga, aku sebenarnya memang lagi cemburu, tapi cemburuku karena ada seorang cewek yang dekat sama Kak Ilham, aku tidak tahu mengapa ada perasaan tidak nyaman begini, apa benar Kak Ilham berpacaran dengan Kak Okta? Jika benar demikian, mengapa Kak Ilham tak pernah cerita kalau mereka berdua berpacaran? Kenapa musti disembunyikan dariku? Aku sungguh tidak mengerti, bagaimana ada kecemburuan di batinku, mengapa aku tidak rela kalau Kak Ilham memiliki hubungan spesial dengan perempuan. Apakah aku benar-benar memiliki rasa cinta yang besar terhadap Kak Ilham sehingga aku tidak ingin dia mempunyai perasaan cinta dengan orang lain.
__Oh ... kenapa aku jadi tidak rasional begini, cintaku yang tumbuh subur ini rupanya telah membutakan matahatiku ... aku tidak ingin kehilangan Kak Ilham.
KAMU SEDANG MEMBACA
H O r M O n
Short StoryUntuk 13++ ''Tanyakan pada dirimu ... apakah kamu tidak memiliki rasa sedikit pun terhadapku?'' ujar Kak Ilham masih dengan nada geram. ''Jika benar kamu tidak mempunyai perasaan itu ... aku rela untuk mundur ... dan tidak akan mengganggumu lagi!''...