"Bayu ... dengarkan aku!" Kak Ilham meraih tanganku dan membawaku duduk di atas ranjang UKS.
"Lihat mataku, Bay! Tatap baik-baik!" Kak Ilham menengokan wajahku ke wajahnya, "bila kamu mencintai aku, harusnya kamu percaya sama aku, Bay ..." lanjutnya.
Aku masih membisu dan menatap mata Kak Ilham. Sorotannya tajam dan bening, tak ada unsur kebohongan di dalam matanya itu.
"Aku hanya mencintaimu, Bay ..." Kak Ilham mengecup bibirku pelan, lalu melumatnya, namun aku tetap tak bergeming.
"Kamu masih tidak percaya ... kalau memang aku sudah membuatmu marah dan sedih ... aku minta maaf, Bay ... aku hanya ingin kamu tetap mempercayai aku ... aku mohon!" Kak Ilham tiba-tiba merunduk jongkok dan berlutut di kaki. Tentu saja sikapnya itu membuatku sangat terkejut dan heran.
"Kak Ilham ... jangan gitu, Kak! Ayolah jangan berlutut begini, aku jadi tidak enak ..." Akhirnya aku membuka suara, lalu mengangkat tangan Kak Ilham agar segera bangkit dan mau berdiri kembali. Kak Ilham tetap saja berlutut seperti seorang budak yang sedang menyembah majikannya.
"Ya, Kak ... aku percaya sama Kakak ..." Aku memaksa membangunkan Kak Ilham, dan akhirnya dia bangkit dari berlututnya, kemudian dengan sigap dia memeluk tubuhku, lalu menggulingkan tubuhku di atas kasur.
"Bayu ... satu menit aku bisa jatuh cinta sama kamu, tapi untuk melupakanmu, aku butuh waktu seumur hidupku ... aku sayang sama kamu, Bay!" Lagi-lagi Kak Ilham mencium bibirku. Dan aku pun membalas ciumannya, karena sejujurnya aku juga tak mau putus hubungan dengan dia.
***
Tanpa terasa sudah hampir dua tahun aku dan Kak Ilham menjalani hubungan pacaran sesama jenis. Hubungan cinta terlarang, namun sangat menyenangkan. Kak Ilham adalah pacar lelakiku yang pertama, dia yang mengajarkan aku tentang ketulusan dan kasih sayang yang utuh tanpa mengharap pamrih apa pun. Darinya juga aku bisa memahami apa itu cinta remaja, cinta yang berkembang, karena adanya pertumbuhan hormon sekunder yang hanya muncul di usia sekolah menengah. Bersama Kak Ilham aku jalani masa pacaran indah ini seperti layaknya pasangan remaja pada umumnya. Kami bersenang-senang dan berbagi cerita suka maupun duka, kami saling memberi dan menerima apa saja yang kami butuhkan, karena memang tujuan dari komitmen yang kami jalin ini sebenarnya untuk saling mendukung dan saling melengkapi satu sama lain guna meraih makna kebahagiaan yang sesungguhnya.
Entah ... sampai kapan hubungan macam ini akan bertahan, aku hanya ingin melewati ini dengan rasa suka atas dasar kebersamaan, hingga kelak kami terpisah karena kami harus memilih jalan masing-masing. Aku tahu suatu saat kami pasti akan mengakhiri kisah ini, karena bagaimanapun juga kisah kasih di antara kami harus pudar dan berganti dengan cerita baru yang lebih wajar, normal dan sempurna.
"Bayu ..."
"Ya, Kak Ilham ..."
Di suatu senja di tepian pantai Ancol, Jakarta Utara. Aku dan Kak Ilham duduk di batuan karang menghadap langit sore dengan latar belakang pemandangan matahari terbenam.
"Aku ada hadiah buat kamu, Bay ..." ujar Kak Ilham.
"Hadiah apa, Kak?''
"Hadiah khusus buat kita berdua, untuk merayakan anniversary jadian kita yang kedua.''
"Oh, ya ..."
Kak Ilham tersenyum sembari mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
"Aku ingin kamu menutup matamu terlebih dahulu, Bay!''
"Hah ... harus tutup mata ya, Kak?"
"Iya ... karena ini surprise buat kamu!"
"Baiklah ..." Aku memejamkan kedua mataku, kemudian Kak Ilham membuka telapak tanganku.
"Jangan buka matamu sebelum aku ijinkan kamu membuka mata ya, Bay ..."
"Oke, Kak ..." Aku menganggukan kepala, lalu tersenyum simpul sekaligus memendam rasa penasaran yang sangat tinggi. Aku jadi tidak sabar untuk mengetahui hadiah apa yang hendak Kak Ilham berikan kepadaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
H O r M O n
Short StoryUntuk 13++ ''Tanyakan pada dirimu ... apakah kamu tidak memiliki rasa sedikit pun terhadapku?'' ujar Kak Ilham masih dengan nada geram. ''Jika benar kamu tidak mempunyai perasaan itu ... aku rela untuk mundur ... dan tidak akan mengganggumu lagi!''...