Jalan Jalan

1K 121 3
                                    

Disini Namjoon.

Aku bangun sekitar jam 6.30 p.m dan Jimin terbangun juga. Aku menempelkan tanganku padanya memastikan sakit demamnya. Panasnya sudah agak mereda.

"Hyung akan pulang?" Tanya Jimin yang masih mengusap matanya.

"Iya sayang, setelah ini hyung akan menemui guru sekolahanmu unuk memastikan nilaimu meningkat atau tidak." Jawabku sambil mengelus rambut Jimin.

"Hati hati ya hyung." Kata Jimin sambil melemparkan kecupannya pada pipiku.

"Tentu Jiminie." Jawabku dengan senyum. Lalu mencium bibir Jimin.

Setelah itu aku pulang ke rumahku menggunakan kereta. Aku masih memikirkan Jimin. Sebenarnya aku tak rela Jimin pergi meninggalkanku bersama orang lain, tapi itulah kehidupan normal yang seharusnya bagi orang orang yang seperti Jimin.

Esoknya jadwal pagiku kosong, dan Jimin sudah sembuh. Dia masih ijin hari ini karena anjuran dokter, kemudian Jimin memintaku untuk ke rumahnya.

Aku datang ke rumah Jimin dengan pakaian casual dan tak membawa tas pelajaran yang isinya buku buku tebal. Hanya tas kecil yang kubawa.

"Selamat pagi tuan Namjoon." Kata sang pelayan ramah padaku.

"Selamat pagi juga." Jawabku dengan senyuman.

"Apakah tuan muda memanggil anda?" Tanya pelayan memastikan.

"Iya, Jimin memanggilku. Apakah demamnya naik lagi?" Tanyaku pada pelayan khawatir.

"Tidak tuan. Tuan muda sudah sembuh." Kata pelayan itu membuatku lega dan segera ke kemar Jimin.

*knock knock knock*

"Pagi Jiminie." Kataku sambil membuka pintu.

"Ah.. Hyung, kau mengagetkanku." Kata Jimin yang baru akan mengganti bajunya. Jimin yang hanya memakai handuk membuatku berpikir tidak tidak dengannya.

"Hmm, kenapa kau memanggilku sayang?" Tanyaku sambil memeluk Jimin.

"Ayo kita jalan jalan hyung. Aku sangat bosan." Pinta Jimin sambil mulai mengambil pakaian dan mulai memakainya.

"Sayang, kau kan baru sembuh. Bagaimana jika sakit lagi?" Kataku tak ingin Jimin kembali sakit.

"Tak apa hyung, aku baik baik saja. Tak perlu kau khawatir." Kata Jimin hanya ingin membuatku tenang.

Kami menyiapkan diri dan kemudian pergi dengan kereta. Sesampainya di stasiun tujuan, aku pergi dengan Jimin ke taman bermain.

Sesampainya disana aku membayar tiket untuk Jimin dan aku. Kami bermain banyak permainan. Membeli permen kapas, ice cream, bahkan mencetak foto.

Kami sangat bahagia sampai sampai matahari hampir terbenam. Aku segera menyadari itu dan meminta Jimin untuk pulang. Kami makan malam di tempat makan pinggir jalan karena Jimin bosan dengan sesuatu yang terlalu berkelas. Jimin memintaku menemaninya ke mall sebentar untuk mencari kamera polaroid. Tak sengaja kami malahan belanja disana.

Tak terasa sudah jam 9.30 p.m dan sudah tak ada lagi kereta. Kami menginap di hotel dengan kamar yang memiliki 2 king size bed. Aku tak berniat menyentuh Jimin karena aku tahu bahwa dia amat lelah.

"Hyung." Panggil Jimin.

"Apa sayang?" Kataku dengan mata yang sudah tertutup.

"Bolehkah aku tidur di ranjangnya hyung?"tanyanya sambil duduk di kasurnya.

"Tentu boleh sayang. Malam ini aku tak kan melakukan hal itu padamu, aku tahu kau pasti lelah." Kataku sambil menarik Jimin ke kasur lalu memeluknya.

"Malam hyung. I love you." Kata Jimin dengan muka agak merah.

"Love you too, honey." Jawabku dengan memeluk Jimin lebih erat.

Bersambung...

Terbit setiap sabtu.

Fate (My Little Student)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang