Polaroid (1)

466 59 6
                                    

"Hyung!" Aku hanya bisa berlari menujunya berharap menemukan senyumnya yang sangat kurindukan.

Aku memegang tangannya, dan dia menoleh padaku.
.
.
.
.
Dia bukan hyungku

Saat itu juga aku meminta maaf padanya. Sepertinya sosoknya akan terus membayangiku. Aku memerlukannya.

"Maaf, aku terlalu cinta padamu hyung, sampai aku melupakan dunia ini"

Yang kubisa hanya memandang langit, berharap pada Tuhan untuk cepat mempertemukanku dengannya.

Tanpa sadar aku menabrak seseorang dan aku pun terjatuh. Saat itu entah mengapa rasa haru rinduku akannya sangat meluap aku terus menangis dan hanya bisa menangis. Aku seketika melupakan tempat dan waktu pikiranku sungguh dipenuhi olehnya aku hanya mencintainya.

Orang yang ku tabrak membantuku berdiri dan mengajakku ke cafe untuk membuatku tenang.

"Kamu mau minum apa? Bagaimana jika americano?" Tanya orang itu dengan nada lembut.

Hanya sebuah anggukan yang bisa kujawab. Dan setelah itu dia memilih sebuah meja di salah satu sudut dan memulai pembicaraan denganku.

"Apa kau ada masalah? Jika kau ingin cerita, aku akan mendengarkan ceritamu" hanya ini yang dia ucapkan. Entah mengapa aku merasa aku perlu cerita dengannya.

"Aku mencari pacarku, aku sangat merindukannya kuharap kita akan bertemu segera disini." Satu kalimat itu sangat menjelaskan keadaanku sekarang.

"Kau tahu? Aku pergi merantau disini. Sekarang pacarku sedang menungguku di tempat asalku. Aku juga mengerti rasanya, jika jauh dari orang yang dicintai." Entah mengapa saat itu aku merasa, bahwa aku tidak sendiri. Ada orang yang mengalami nasib yang sama denganku. Jujur saja, aku senang.

"Oh iya, kampung halamanku ada di korea. Kalau kamu?" Pertanyaan yang sedikit mengkagetkanku.

"Aku juga berasal dari korea" [menggunakan bahasa korea]

"Wah, kita mungkin bisa bertemu lagi di korea. Ngomong ngomong, siapa namamu?" Tanyanya.

"Namaku Park Jimin" kataku dengan sedikit bersemangat karena merasa lega.

"Nama yang bagus Park Jimin-ssi. Namaku Kim Gyeongmin. Salam kenal"

"Salam kenal juga Gyeongmin-ah"

Kami berbincang sembari meminum americano. Perlahan lahan aku melupakan rasa sedihku padanya dan mengambil sisi positif darinya.

Aku mendengarkan cerita dari Gyeongmin dan ternyata dia memiliki masalah yang lebih rumit daripadaku. Aku menyarankannya untuk menginap di salah satu kamar gedung apartmenku yang harganya lebih murah daripada tempat tinggalnya sekarang, walau jauh dari tengah kota.

Kami terus melanjutkan pembicaraan kami sembari berjalan jalan di trotoar jalan. Kami berbagi cerita dan berbagi solusi. Cerita kami terhenti saat di sebuah jalan besar.

"Jimin-ssi, apartmenku lewat sini. Jadi kita harus berpisah disini." Rasanya sedikit sedih saat mendengar kata itu.

"Baiklah Gyeongmin-ah, sampai jumpa!" Kataku sembari melambaikan tangan padanya.

Hari itu aku berjalan jalan di pertokoan sekitar apartmenku. Ada banyak sekali toko, tapi perhatianku tertuju pada sebuah toko yang menjual barang barang antik. Kulihat etalase dari luar terdapat perhiasan, lampu , dan beberapa barang antik lainnya. Aku melihat nama toko itu, namanya "134340 el plutón antigüedad."

*kring*

Aku memasuki toko itu dan melihat lihat beberapa barang antik. Terdapat beberapa barang dengan nuansa kerajaan inggris pada jaman dulu. Aku menghabiskan waktu cukup lama dalam toko itu dan aku tertarik pada satu barang. Kamera polaroid yang kulihat masih tampak bagus dan disebelahnya terdapat kertas polaroid.

"Halo tuan, tuan ingin membeli apa?" Tanya seorang pria yang sudah cukup tua, penjaga toko itu.

"Saya ingin membeli kamera ini beserta polaroidnya tuan." Sambil menunjuk kearah sudut ruangan.

"Baiklah tuan." Dia segera mengambil kamera beserta polaroidnya. Lalu memulai percakapan singkat denganku. "Tuan, apakah tuan turis disini?"

"Ya, saya seorang turis disini. Saya kemari untuk berkuliah disini." Jelasku singkat.

"Ini ada hadiah untuk tuan. Setidaknya untuk kenang kenangan dari toko ini." Katanya sambil memberikan sepasang cincin perak. "Ini adalah kepercayaan keluarga saya tuan, jika dua orang memakai cincin ini maka hubungan mereka akan abadi. Terimalah tuan."

"Terimakasih atas hadiahnya." Sambil kulihat nama yang ada di bajunya, dan mengatakan namanya dengan tersenyum "Tuan plutón." Lalu aku pergi meninggalkan toko antik itu.

Saat berjalan pulang aku melihat seorang nenek ingin menyebrang jalan. Akupun membantu nenek itu.

Saat aku membantu nenek itu menyebrang jalan ada sebuah truk besar melaju dengan cepat. Saat truk itu mendekati kami, saat itu aku mendorong nenek itu.
.
.
.
Hanya itulah yang kuingat.

Aku bangun entah dimana. Tempat yang sangat indah. Penuh bunga dan sangat luas. Euforia yang kurasakan sungguh nyata. Aku berlari menuju sebuah rumah dan dalam rumah itu terdapat seseorang yang kucintai. Euforia itu seolah perlahan menghilang.

"Jimin-ah, kemarilah." Aku menurut dan duduk di sebelahnya.

"Hyung, kau dimana? Aku merindukanmu?."

"Kita akan bertemu. Segera." Hanya kata itu yang dia ucapkan.

Tiba tiba kegelapan datang padaku. Hanya gelap yang kulihat. Rasa sedih, khawatir, dan takut menyelimutiku. Aku tak tahu apa yang terjadi padaku. Aku sangat takut dan merasa sendiri. Aku merasa bahwa aku sangat kesepian.

Aku mendengar sesuatu. Walau samar.
"Pendarahannya cukup berat."
"Kita perlu melakukan oprasi secepatnya"
"Bagaimana biayanya?"
"Aku menemukan kontak dari hpnya yang bisa dihubungi."
"Masalah biaya nanti saja. Segeralah kita lakukan oprasi padanya.

Samar, namun semakin lama semakin jelas. Aku mulai melihat atap putih. Dan aku berusaha berkomunikasi dengan dokter.

Saat dokter melihatku akupun mengatakan "tae-hyu-ngh ad-a di ox-forh." Setelah itu aku merasa tak kuat lagi untuk bicara bahkan bergerak.

Setelah itu semuanya gelap.

Fate (My Little Student)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang