Made Up

450 34 0
                                    

Berlari,

Hal yang hanya bisa dilakukan seorang pengecut, aku akui diriku pengecut. Aku hanya bisa menangis dan menghindar. Aku terus lari dari kenyataan. Perasaanku campur aduk, aku bingung, sedih, kecewa.

"JIMIN!"

Aku menoleh ke belakang, dan dia mengejarku. Wajahnya seperti mengkhawatirkanku. Wajah yang sama saat Dia meninggalkanku. Saat itu dunia terasa berbeda bagiku. Mungkin karena aku bertemu dengannya, tetapi aku harus kembali ke kenyataan bahwa dia milik Gyeongmin.

"Jimin" Hyung menggenggam tanganku erat.

Apa yang kau lakukan hyung, bukankah kau pacarnya Gyeongmin? Kau harus kembali padanya, bukannya bersamaku. Aku menangkis tangannya, tapi dia tetap menggenggam tanganku. Tanpa sadar air mataku keluar. Ya, aku menangis lagi.

"Hyung, kau cukup bahagia dengannya. Aku tak perlu lebih, melihatmu tersenyum cukup bagiku." Hyung tetap tak melepaskan genggamannya. Dia tetap menggenggam walau tak mengucapkan sepatah katapun.

"Jimin, aku minta maaf. Telah meninggalkanmu waktu itu. Aku merasa jika aku meninggalkanmu, kau akan mendapatkan hidup lebih baik. Tapi aku rasa tidak. Mari kita bicara."

Sekarang kami berada di sebuah kafe. Kami berada di tempat duduk sebelah kaca. Aku dan hyung saling berhadapan, dan Gyeongmin berada disebelahnya.

"Jimin-ah, aku tak tau jika kau adalah kekasih kakakku. Aku minta maaf sebelumnya jika menyinggungmu." Tunggu, bukankah hyung itu pacarnya? Apa ini, aku tak mengerti.

"Jimin, kau sudah bertemu dengan adikku rupanya. Kau mungkin salah paham, mengira jika dia pacarku. Tapi dia adalah adikku. Aku harap kau tak salah paham lagi." Hyung menggenggam tanganku erat. Aku tak ingin kehilangan kamu lagi Jimin. Aku akan menjagamu.

bukankah ini rasanya terlalu cepat,

"Hyung, aku ingin bicara berdua bersamamu. Bisakah kau ke rumahku sekarang? Maafkan aku Gyeongmin, tapi ini adalah masalah pribadi." Aku tanpa pikir panjang langsung bersiap siap untuk pulang.

"Aku mengerti Jimin-ah. Aku akan mengunggumu di apartment oppa, sampai jumpa." Aku berpisah dengan Gyeongmin.

Dalam perjalanan, aku tak bicara apapun padanya. Aku hanya memegang erat tali Moon dan Fee. Sudah 4 blok kami berjalan dan taka da pembicaraan apapun. Saat masuk di lift aku memandangnya yang daritadi hanya menunduk penuh rasa bersalah. Sesampainya di apartment aku membawa Moon dan Fee ke kamar anjing.

Kemudian aku duduk di sofa bersama hyung. Kami tak mengucapkan sepatah katapun, suasananya sunyi. Akupun memulai pembicaraan.

"Hyung, sebenarnya kau kemana? Tahukah kau seberapa stressnya aku saat kau pergi? Aku merasa sendiri, bahkan hidupku ini terasa tak berguna. Aku-" Aku memalingkan wajahku dan berajak pergi dari sofa yang kutempati. Aku berjalan ke kamarku, dan apa yang kutemukan? Dia sama sekali tak mengikutiku. Apa aku ini terlalu naif?

Aku kemudian berbaring di kasur dan mencoba mencerna apa yang terjadi. Bukankah aku mengharapkannya kembali? Dan Gyeongminpun bukanlah pacarnya melainkan adiknya. Tetapi mengapa masih ada rasa yang mengganjal di hatiku? Apa yang salah? Bukankah harusnya aku senang? Tanpa sadar aku tertidur.

Saat bangun, aku menatap langit langit. Kemudian aku melihat jam. Tertunjuk jam 5.30 di jam dinding. Masih sangat pagi bagiku. Aku kembali tidur dan tiba tiba meningat

'HYUNG'

Aku baru ingat, dia masih di rumahku. Tanpa selimut. Bahkan aku tak menyalakan penghangat di ruang tamu. Aku tau seberapa dingin Oxford ketika malam.

Aku berlari kearah ruang tamu dan menemukan dia terbaring di sofa. Dia Nampak kedinginan. Aku mengambil selimutku di kamar dan meletakkannya di meja ruang tamu. Aku entah mengapa tak bisa mendekatinya. Aku menyalakan penghangat ruangan dan mulai memasak. Aku membuat ginger tea untuknya. Lalu membuat salad untuk sarapan kami. Selagi menunggu matangnya air untuk ginger tea, aku memberi makan Moon dan Fee.

Saat aku kembali, aku melihatnya bangun dari tidurnya dan memanggilku.

"Jiminie"

"Ya hyung? Maaf aku meninggalkanmu semalam, bahkan tak memberimu selimut." Aku mengambil selimut dan membungkus tubuhnya dengan selimut.

"Hyung minta maaf telah meninggalkanmu, bisakah kita mengulang semuanya dari awal? Aku saat itu terdiam." Aku melihatnya kembali dan-

"Marilah kita ulang hyung. Perkenalkan namaku Jimin." Dengan senyum yang merekah, aku bersedia mengulangnya. Aku tak ingin kita bertengkar atau berpisah lagi.

Saat itu hyung memelukku, "Terimakasih Jimin. Aku Namjoon. Kuharap kita akan terus bersama."

"Iya hyung"

_____________________________________

Ini pelampiasan dari stress ditimpa UAS. Pengen nulis banyak karena udah lama ngga update. janji update tapi nanti keluarnya pendek doang. Nggaenak sama readers juga. Biasanya aku nulis waktu tertekan atau sedih, karena imajinasiku bisa lebih luas dibanding mood happy. Ini end dari konfliknya ya, jadi mulai sekarang akan muncul daily lifenya mereka. Tapi bakal muncul konflik konflik baru yang bikin author sendiri pusing bikin plotnya. //karena emang author suka yang banyak konflik biar ngga gampang end :'

dah ya,, eh menurut para readers terhormat. sering update tapi pendek (300-400 kata) atau jarang update tapi langsung bejibun katanya (600+)? ntar komen ya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 26, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fate (My Little Student)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang