Polaroid (2)

310 50 9
                                    

Saat aku sadar, aku mendapatkan Taehyung dan Jungkook berada di samping kasur. Rasanya tubuhku sangat berat. Dan aku mulai mengatakan sesuatu. "Ta-e, ko-ookh."

"Jimin, kau sudah sadar?" Tae memegang tangan kiriku erat dan melihatku dengan tatapan penuh kekhawatiran.

*tok..tok..tok*

Meski samar aku melihat seseorang masuk ke ruanganku dengan jaket putih. 'Mugkin itu dokter.' Batinku.

"Tuan Park, bagaimana keadaanmu?"

"Le-mas, dokh" mengatakan 2 kata itu saja sudah membuatku lelah. Aku sangat malu pada diriku. Aku tidak ingin kedua adikku ini melihatku seperti ini.

"Tuan Park, sebaiknya anda beristirahat terlebih dahulu mengingat kondisi anda sekarang." Itulah kata dokter itu, aku merasa aku juga perlu banyak istirahat. "Tuan Jeon dan tuan Kim, mohon tidak terlalu sering datang menjenguk tuan Park agar kesehatannya cepat pulih."

Setelah itu dokter itu keluar dari ruanganku. Aku merasa sedikit sedih dengan kalimat terakhirnya. Disini aku tidak memiliki teman lain. Hanya Taehyung dan Jungkook yang mengenalku disini. Aku akan merasa kesepian tanpa mereka.

"Jiminie, ini barang barangmu. Aku sudah memasukkan beberapa pakaian dan kebutuhan lainnya dalam tas ini. Jika kau mencari sesuatu, carilah disini."

"Terimakasih Tae, kau sangat baik padaku. Aku harap aku akan segera sembuh."

Lalu Taehyung dan Jungkook pun keluar. Aku sendirian di ruang yang sangat besar ini. Suara terdengar sangat jelas. Aku bisa mendengar suara detik dari jam dinding di depanku, juga suara air infus yang menetes.

Semakin aku menjalani hidup, aku merasa banyak kemalangan yang datang padaku. Aku juga merasa bahwa hidupku seperti siklus yang berulang ulang. Aku mulai lelah dengan hidupku sendiri.

Aku hanya meratapi nasibku sembari memandang ke arah jam dinding di depanku.
'Apakah akan ada akhir yang bahagia dalam hidupku ini?'
Hanya itu yang aku pikikirkan di ruang besar itu.

Tak terasa waktu sudah berjalan sampai pukul 6 sore. Aku mendengar ketukan pintu dan ada seorang perawat masuk membawa makan malam untukku.

"Tuan, mohon dimakan. Makanlah anda tidak makan siang tadi." Kata seorang perawat padaku sambil menyiapkan meja dan mendudukkan posisi kasur. Dia menaruh makanan diatas meja dan meninggalkan ruangan. Tak lupa dengan senyuman tipis saat akan keluar dari ruangan.

Saat kulihat, hanya sayur, daging, dan telur yang ada di meja. Tak lupa dengan secangkir teh dan buah anggur di sampingnya. Aku mulai meminum teh itu dan memakan sesuap dari makanan-makanan tersebut.

'Pahit', hanya itu yang dapat kurasakan. Makanan ini benar benar menyiksaku.

Aku menghabiskan sebagian dari makanan itu. Saat perawat datang, dia membereskan makanan yang tersisa dan mengapresiasiku karena memakannya walau setengah.

Tiba-tiba perawat itu memberiku satu bunga mawar yang berwarna putih. "Tuan, seseorang menghadiahkanmu ini." Sambil memberi sebucket bunga dengan sebuah kartu di tengah bunga.

Halo Jimin Park,
Kuharap kau ingat aku. Aku mendengar jika kamu mengalami kemalangan. Maaf aku tidak dapat datang langsung padamu. Aku hanya dapat mengirimkan bucket bunga ini padamu. Semoga cepat sembuh Jimin-ssi.

Dari Gyeongmin Kim

'Ah, kau baik sekali kau Gyeongmin.' Itu yang kupikirkan saat membaca kartu pada bucket bunga itu.

Aku menyukai bunga mawar yang berwarna putih. Menurutku itu adalah lambang ketulusan. Aku senang memiliki teman sepertinya. Kuharap aku bisa bertemu dengannya segera.

Fate (My Little Student)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang