04 - Sweet Guy

3.8K 526 72
                                    

[...]

[

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[...]

"Jisung," panggilku di ambang pintu kamarnya. Jisung yang sedang memainkan handphonenya itu lantas bangun dan menoleh ke arahku, "Ya?"


Aku masuk dan duduk ditepi kasurnya, "Do you wanna go along with me? To theatre, i'm gonna watch some movies," ajakku.

"Right now?" tanyanya, aku mengangguk. Setelahnya aku disuruh menunggunya dibawah.

Setelah Jisung turun, aku segera mengajaknya keluar dan mengunci pintu. Lalu mulai keluar dari gang dan menaiki sebuah angkot.

Hari ini cukup terik, tapi beruntung angkot yang kami naiki cukup sepi jadi tidak terasa sesak.

"What is this? This is like a car, but very unique," kata Jisung. Aku pun memberitahunya, "It is an angkot. Ya, you are right, it's like a car."

Setelahnya Jisung kembali diam sampai di depan jembatan penyebrangan jalan. Aku mengajaknya turun dan tak lupa membayar angkot. Selanjutnya aku berjalan menaiki tangga dan menyebrang lewat jembatan penyebrangan, dengan Jisung yang mengikutiku dibelakang.

Aku berhenti dan membuat Jisung juga ikut berhenti, "What are you doing behind me? Come on, just walk beside me."


Jisung terkekeh pelan dan langsung ikut berjalan disampingku. Begitu sampai didepan pintu masuk, Jisung segera membukanya dan membiarkanku masuk duluan.

"Uhm, sweet guy~" ejekku sambil menepuk lengannya. Jisung hanya terkekeh dan mengelak, "No, i'm not sweet guy, i'm squirrel," katanya sambil tersenyum dibalik maskernya.


Aku hanya memutar bola mata, "Whatever." Selanjutnya aku masuk ke dalam bioskop, memperhatikan jajaran poster film baru-baru ini.


Lalu kepalaku menoleh ke arah Jisung yang berdiri dibelakangku, "What does film do you like?" tanyaku. Jisung bergumam, "Um, i like horror movie. Do you like too?"

Aku mengangguk dan menyuruhnya memilih film apa yang akan ditonton. Setelah dapat, aku memesan tiket dan membelikan paket snack untuk Jisung.

"Aren't you feels hot when you should wear those black mask?" tanyaku sambil ikut duduk disampingnya. Jisung menggeleng, "No, i'm usual."

Aku mengangguk mengerti. Kemudian Jisung juga bertanya padaku, "How about you? Are you usual too to wear hijab?"

Aku mengangguk, "Ya, i'm usual too. It's duty for muslim people, especially for girl." Jisung mengangguk paham. Selanjutnya aku mengajaknya masuk ke studio karena film sudah hampir mulai.

[...]

95 menit berlalu, film yang kami tonton pun selesai. Dengan muka biasa, Jisung keluar dari studio, diikuti aku dibelakangnya.

"Aren't you scared?" tanyaku. Jisung menggeleng, berbeda denganku yang mendengar backsound aneh sudah tutup mata dan telinga duluan.

"You are so cute, haha," ejeknya sambil menertawakanku. Aku pura-pura kesal dan memukul lengannya, karena aku cuma sampai dadanya doang.

"I'm kidding, so... what's next?" tanyanya. Aku melihat jam di pergelangan tanganku, pukul setengah 4 sore, "Aren't you hungry?"

Jisung mengangguk, lalu aku mengajaknya singgah di tempat makan sebentar untuk membiarkan ia makan. Tapi spontan Jisung menolak, "No no, i will eat at home. You are puasa now, right?" katanya.

"Ya, but no problem. You must eat, come on go in," ajakku paksa. Jisung masih diam, enggan masuk ke dalam restoran yang kumaksud. Selanjutnya ia meraih lengan bajuku, menahanku supaya tidak memaksanya untuk masuk kesana.


"Let's go home, i will eat at home. Please, hear me now," mohonnya. Aku terpaksa mengangguk dan mengajaknya pulang, melewati jembatan penyebrangan dan menunggu angkot lewat.

Suara gemuruh menandakan akan turun hujan tiba-tiba terdengar, langit yang tadinya cerah sekarang berubah menjadi agak kelabu. Angin juga berhembus cukup kencang. Ya, perubahan cuaca yang cukup drastis ini sudah biasa terjadi disini. Jadi jangan kaget kalau tiba-tiba turun hujan atau tiba-tiba jadi sangat terik.


"Aren't you cold?" tanya Jisung. Aku menggeleng, "No, i'm okay."

"Let's go to stopping place, rain is go down," ajakku sambil berjalan duluan. Namun hujan keburu turun dengan derasnya, membuat aku harus melindungi kepalaku dengan punggung tangan.

Jalanan juga jadi licin, kalau lari nanti aku tergelincir.


"Don't be stupid, close by me. Let's run slowly, be carefull," suara rendah Jisung menginterupsi telingaku, kurasakan sikunya dibahuku agar tetap mendekat dengannya, jangan lupakan jaketnya yang ia jadikan payung.


Sampai di halte, aku menepuk lengan bajuku yang sedikit basah, begitu juga Jisung. Ia mengibaskan jaketnya yang cukup basah itu, lalu ikut berdiri disampingku. Halte lumayan ramai oleh orang-orang yang terjebak hujan dan kehujanan.

"Are you very wet?" tanyanya. Aku hanya tersenyum dan menggeleng, "No, how about you?"

Jisung mengendikkan bahunya, "A bit wet."

Setelahnya kami diam karena hujan semakin deras, dingin pula, apalagi kami berdiri paling depan. Tidak kebagian tempat di belakang.

"Shit,"

Aku mendengar Jisung menggumam, dan setelahnya ia memposisikan dirinya didepanku sambil menghadap ke arahku.


Bisa ku lihat sedikit, ada mobil yang lewat dan ban nya melewati genangan air, hampir membuatku basah kuyup kalau Jisung tidak langsung berdiri didepanku.

"Are you okay?" tanyanya.


Aku langsung mengangguk dan melihatnya tidak percaya. Lidahku kelu, mau protes pun tidak bisa.


"I'm okay, it's okay. Don't panic with me because i'm very wet and cold," katanya sambil beranjak pindah ke sampingku.

[...]

a/nBodo amat ah saya baper sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n
Bodo amat ah saya baper sendiri.

[1] ᴏɴᴇ ᴍᴏɴᴛʜ • ʜᴀɴ ᴊɪꜱᴜɴɢ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang