11 - Hari-hari Tanpa Jisung

2.5K 429 25
                                    


[...]

[

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[...]



"Dek,"


"Apa,"



"Dek,"



"Apa sih, Mas?"


"Kamu mau bunuh burung merpati itu?"


Aku beralih menatap burung merpati di tanganku. Aku kaget, lantaran kepala burung itu hendak ku gunting. Tadinya aku mengambil beberapa sawi untuk burung ini makan, aku menggunting sawi-sawi itu sambil melamun dan rupanya aku salah ambil.

Aku menaruh burung merpati itu dan menyudahi acara memotong sawinya. Aku memasukkan segenggam sawi kedalam mangkuk makanan burung dan mengunci pintu kandang.


Aku berjalan menghampiri Mas Raihan yang duduk selonjoran dengan celana pendek nya.


"Gak dingin, Mas?" tanyaku. Mas Raihan menggeleng, "Adem, Dek."


"Kamu ngelamunin apa, sih? Jisung, ya?" tanyanya lagi. Aku jujur, jadi aku mengangguk. Mas Raihan mengangguk-angguk sambil menghela nafas.


"Jadi ceritanya kamu gak rela dia pulang?"


"Iya. Ih, Mas Raihan gak tau, sih,  rasanya ditinggal orang yang udah disayangin kaya keluarga sendiri," jawabmu sambil manyun.


"Halah, bucin dasar," ejek Mas Raihan sambil menepuk pipi ku.


Mas Raihan menghela nafasnya sebelum beralih memainkan tanah disekitaran tempatnya duduk. "Mas juga bucin, dek. Kaya kamu gini, ditinggal dia pindah ke sulawesi. Mas sampe pengen langsung terbang kesini rasanya," lanjut Raihan membuat atensi ku beralih ke lelaki jangkung berkulit putih disampingku ini.

"Tapi Mas jadi tau, kalo Mas harus bisa belajar merelakan dan mencoba ikhlas. Beneran dek, Mas sekarang bisa merelakan dia, walau dia gak bakal balik lagi ke ponpes," sambung Mas Raihan.

"Kamu masih enak, Jisung tetep bisa ngabarin kamu, kan, katanya? Lah, Mas sama dia lost contact. Apalagi selama di ponpes emang asrama perempuan dipisah sama asrama laki-laki. Jadi jarang banget ketemu, Mas bersyukur pernah ketemu sekali pas gak sengaja datang ke masjid. Dia lagi ngepel,"



Mas Raihan melempar tanah ditangannya, "Apasih malah galau gini. Masuk aja yok, mau maghrib."
Mas Raihan masuk duluan ke dalam rumah, lalu disusul aku.



Oke, aku akan coba merelakan seperti apa yang Mas Raihan bilang tadi. Toh, aku masih bisa kontak-kontakkan sama Jisung.



[...]




Aku sudah selesai solat isya dan sedang makan camilan di ruang tengah bersama Mas Raihan. Entah sudah berapa kali kami tertawa ngakak bahkan sampai terdengar menggema didalam rumah.



Ditengah-tengah aktivitas tertawa ini, handphone ku bergetar diatas meja. Aku meraih handphone itu susah payah karena sangking sakitnya perutku ini.



Aku membaca chat line itu dengan teliti sembari menghapus air mata yang keluar sedikit di ekor mataku.



"Ah aduh aduh aduh! Jangan dipukul kampret! Aduh eh sakit! Nih rasain, ku pukul balik," pekik Mas Raihan. Aku memukul-mukulnya brutal sangking senangnya. Setelah itu aku diam, membalas pesan itu terburu-buru. Tidak peduli dengan pukulan Mas Raihan.



"JISUNG NGIRIM KABAR, MAASSS!! WUUUUWWWW~" pekikku setelah membalas pesan Jisung. Handphoneku terjun bebas ke atas meja. Sementara itu Mas Raihan sudah memasang wajah masam karena terus-terusan aku pukuli.


Bunda dan Ayah sedang pergi, jadi kami bebas seperti dihutan. Bahkan Mas Raihan juga bisa kelepasan berkata kasar.



"Ya gak usah dipukul juga, bocah. Tau tau kamu tuh seneng, sini ku cubit dulu pipimu," ucap Mas Raihan dan langsung mencubiti pipiku sampai ditarik olehnya. Lalu ia kabur ke kamarnya sebelum aku mengamuk.


Amukkan ku terhenti saat handphoneku kembali bergetar. Cepat-cepat aku cek dan kembali mendapat chat dari Jisung.



Ya setidaknya rasa tidak rela didalam diriku sudah sepenuhnya hilang. Apalagi Jisung benar-benar menepati janjinya untuk selalu memberiku kabar.



[...]
















































































Han Jisung 🐹
20.16


|y/n!!!!
|Aku baru nyampe dorm nih, sumpah capek banget
|Begitu nyampe para member langsung ngerubungin, apalagi mereka ngeliat kardus mi instan yang kamu bawain
|Mau ketawa aja aku rasanya

Iya?|
Ih, istirahat Sung|
Perjalanannya lancar aja kan?|


|Lancar jaya
|Kamu ngapain?

Duet ketawa sama Mas Raihan nih|
Cuma dia udah balik ke kamarnya|
Ih masa aku dicubit, sampe merah nih|
Send a photo|


|Ututu
|Sini cium online
|Wkwk

Ih kamu tau ketawanya orang indo|
Bagus bagus|


|Iya, Raihan yang ngajarin

Istirahat sana Sung|
Baru nyampe juga, udah ngirim chat|


|Loh kan niatku baik, untuk menepati janji
|Supaya kamu gak khawatir

Iya iya|
Istirahat dulu sana, lanjut besok aja|
Oleh oleh dari bunda jangan lupa dimakan|
Dibagi sama yang lain, jangan diabisin sendiri|


|Bodo ah, aku abisin aja

Jangan pelit|
Kalo kamu kesini gak kubukain pintu|


|Iya ih becanda
|Yaudah aku beres-beres dulu ya
|Malam cantiknya Jisung!!

Jisung ya... |
Iya malam Jisung ndut|


|send a sticker

[...]

a/nSatu chapter lagi, habistu selesai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n
Satu chapter lagi, habistu selesai.

[1] ᴏɴᴇ ᴍᴏɴᴛʜ • ʜᴀɴ ᴊɪꜱᴜɴɢ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang