07 - Boyfriendable sekali

2.9K 445 35
                                    



[...]

[

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[...]


Sebenarnya masuk sekolah hari ini gak ada faedahnya sama sekali, tau gini aku meliburkan diri. Dari tadi aku cuma tiduran di kelas, main hp, scroll explorer instagram, tiduran lagi. Gak ada kegiatan apapun, kecuali para kaum hawa dikelasku sibuk nonton drakor, ngedance padahal lagi puasa, karaokean, macem-macem.



Aku pun pindah jadi duduk di dekat jendela, ikut nimbrung sama temen-temenku yang sibuk cerita. Siapa tau aku terhibur dan gak merasa gabut.



"Jisung apa kabar ya? Kasian aku lama-lama, belum ada artikel baru kan tentang Jisung?"



Dari jauh aku dengar salah satu temanku, Rasya, bilang tentang Jisung. Aku diam sebentar lalu lanjut jalan lagi, mendudukkan diriku disebelah Rasya dan pura-pura sibuk dengan hp.

"Gatau, iya aku juga kasian. Aku sih cuma berharap semoga dia baik-baik aja, siapa tau udah pulang ke Korea gitu, kan?" jawab Nadia. Lalu, Rasya pun bicara lagi yang membuatku langsung menoleh padanya.


"y/n, tadi pagi kamu sama siapa? Pacar yaa??" tanyanya. Aku langsung mengelak, sementara teman-temanku sudah menghujamku dengan kalimat cie-cie laknat. "Ih enggak, itu.. Mas Raihan, dia ngantar aku sekolah," elakku.


Rasya langsung memicing, "Mas Raihan bukannya belum pulang ya?"


Aku tersentak kaget dan mencoba mengelaknya lagi, "Oh itu, anu.. dia dibolehin pulang lebih awal, gitu."



Nadia pun membalas, "Mas Raihan kok pake masker, ya? Tambah tinggi pula." Aku langsung panik, "Itu.. dia... jerawatan! Iya, jerawatan. Kalo tambah tinggi.. aku ngerasa dia tetep segitu-gitu aja."


Awalnya Nadia masih belum puas dengan jawabanku, namun aku terus meyakinkan kedua temanku ini jadi mereka tidak lagi membacot kalau itu bukan Mas Raihan. Mati aku kalau mereka tau itu Jisung. Untung aja Mas Raihan orangnya putih, jadi mereka gak sampai nanyain kaya, "Mas Raihan kok putihan drastis?"



Kami lanjut ngobrol-ngobrol sampai ngerasa bosan sendiri. Akhirnya satu persatu pada pulang-an, begitu juga aku, aku langsung telepon ke nomor telepon rumah dan diangkat sama Jisung.




"Jisung, jemput. Aku tunggu di depan gerbang," ucapku begitu ia angkat. Jisung hanya meng-iyakan lalu ia tutup teleponnya, setelah itu aku keluar kelas dan menunggu Jisung didepan gerbang sekolah.


























"Maaf, lama ya?" tanya Jisung begitu dia sampai. Aku menggeleng dan langsung mengajaknya pulang. Dusta sih, sebenernya aku nunggu dia udah 15 menitan.

"Deket sini ada taman, ya?" tanyanya lagi. Aku mengangguk dan bertanya, "Kenapa?"


Jisung pun menahan bahuku, "Boleh kesana? Sebentar aja." Aku diam sebentar, kemudian mengirimi bundaku pesan kalau aku sedang keluar mengajak Jisung jalan. Begitu dibolehkan, aku langsung mengajaknya ke taman.


"Kenapa mau kesini?" tanyaku. Jisung tidak menjawab, hanya menunduk menatapku sambil tersenyum. Selanjutnya ia meraih pergelangan tanganku yang syukurnya tertutupi lengan baju. Ia menggeretku ke sebuah kursi taman dengan bunga imitasi sebagai atapnya.

Aku pun mendudukkan diriku disitu begitu juga Jisung. Udah kaya orang pacaran, duduk berdua gini. Sumpah, suasananya canggung banget sekarang, baik aku atau Jisung ga ada yang ngomong. Aku sibuk ngeliatin jejeran tanaman ditengah taman sana, kalau Jisung... dia tidur. Untung ganteng kamu ya.



"Kamu ngajak kesini buat tidur?" tanyaku akhirnya sambil memukul lengannya. Jisung terbangun dan balik memukul lenganku, "Yang tidur siapa, sih? Aku gak tidur kok."

"Ya terus ngapain kesini, Han Jisung?" tanyaku jengah. Jisung tersenyum dari balik maskernya lalu beralih memencet kedua pipiku gemas, "Gak apa-apa, iseng soalnya tamannya cantik banget jadi keinget kamu."



Aku melepas tangan Jisung dari pipiku, menyentil punggung tangannya dan mengomelinya. "Yang ngajarin kamu gombal siapa, hah?! Aku geli dengernya," omelku.


Jisung cuma ketawa dan malah ngejek aku, "Kamu ngomel ya? Kok kaya anak kecil minta permen gitu sih? Utututu." Aku langsung diem dan males ladenin Jisung. Setelah itu aku beranjak pergi dan berjalan-jalan sendiri karena sempat melihat burung merpati yang berkeliaran bebas.



Begitu aku mendekati kawasan burung merpati itu, aku melihat bapak-bapak yang sedang memberinya makan. Aku pun bertanya apakah boleh ikut memberi makan burung itu. Beruntung bapak-bapaknya baik, beliau ngasih aku segenggam makanan burung dan memperbolehkan aku membantunya ngasih makan burung.


Aku sibuk sendiri dan gak jarang gemes sendiri juga kalau liat burung merpatinya jalan. Berakhir aku yang ketawa sendiri sampai diliatin anak kecil. Ditengah-tengah sibuk ngasih makan burung, aku langsung noleh karena dengar suara orang lagi motret sesuatu. Yang tadinya aku senyum langsung berubah drastis jadi datar banget, setelah ngeliat Jisung yang motret aku.




Dengan tidak berdosanya dia menyodorkan hpnya ke aku, "Ih anak siapa sih ketawa sendiri? Kamu kenal gak?"




Aku tidak meladeninya dan kembali memberi makan burung, berusaha tidak mempedulikan Jisung yang terus-terusan berbicara sendiri disampingku. "Kamu mau burung merpati itu gak? Ambil satu sana, bawa pulang habis itu kamu kasih makan lagi, ketawa sendiri, nanti aku foto buat kenang-kenangan," kata Jisung. Aku buru-buru melemparkan sisa makanan burung itu kearah kawanan burung merpati dan berjalan mendahului Jisung.



Tetapi akhirnya Jisung menyusulku juga dan memposisikan dirinya disampingku, membuatku terlihat tenggelam sekali.


"Maaf deh, kesel ya soalnya aku gombalin terus?" tanyanya, aku hanya mengangguk. "Yaudah gak aku gombalin lagi. Tapi aku gak bisa janji buat gak gombalin kamu selamanya, soalnya kamu gemesin banget kalo malu," sambungnya.


Aku tetep jalan dan gak peduli sama omongannya, walau mukaku udah kerasa panas.




"Apalagi kalo mukanya merah," sambungnya lagi. Aku berhenti, Jisung juga berhenti. "Serius, aku gak bercanda. Kamu gemesin kalo lagi malu, gimana? Aku udah cocok jadi pacar kamu gak?"


Setelah itu aku memukulnya brutal dan kutinggal pulang sendiri.



[...]

]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



a/n
Au dah ya, tambah absurd.

[1] ᴏɴᴇ ᴍᴏɴᴛʜ • ʜᴀɴ ᴊɪꜱᴜɴɢ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang