6. Xuxi?

1.3K 274 56
                                    

Lucas melangkahkan kakinya di trotoar dengan pelan sambil memandang miris bunga di genggamannya. Bunga itu indah, tapi tidak dengan kisah cintanya.

Bagaimana bisa Jungwoo tiba-tiba dengan mudahnya memutuskan untuk mengakhiri hubungan mereka yang sudah berjalan lama. Namun dalam hatinya, Lucas yakin hal itu masih ada kaitannya dengan kejadian sebulan yang lalu. Ayah Jungwoo mungkin sudah tak mempercayainya untuk menjaga Jungwoo karena kecelakaan itu yang tak lain adalah akibat dari tingkah kekanakannya.

Lucas teringat senyuman manis Jungwoo yang membuatnya seketika ikut tersenyum. Namun, sesaat kemudian senyumnya memudar.

Tanpa sadar, tangannya meremat kasar buket bunga tersebut. Bunga cantik yang tadinya tersusun rapi dan indah, kini menjadi kusut karena ulahnya.

Ada tempat sampah yang terletak tak jauh dari sana. Dan mungkin disitulah tempat terakhir bunga itu berada.

Ia berharap bisa melupakan Jungwoo secepatnya dan mencari penggantinya -mungkin.

Ia berharap bisa melupakan Jungwoo secepatnya dan mencari penggantinya -mungkin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mark dan Haechan berjalan beriringan sambil bergurau. Entah apa yang mereka bicarakan hingga keduanya tertawa seakan tak memperdulikan tatapan orang-orang yang berpapasan dengan mereka.

"Perutku sakit karena terlalu keras tertawa." ucap Mark dengan tangan kirinya yang memegangi perutnya.

"Itu karena kau selalu tertawa saat aku berbicara."

Haechan mengambil tangan kiri Mark untuk digenggamnya.

"Kau tak sadar jika kau sedang membuat lelucon?" tanya Mark dengan tawa disela-sela ucapannya.

"Kau selalu berlebihan." Haechan memanyunkan bibirnya.

Keduanya kini memasuki toko es krim. Haechan sangat menginginkan es krim, jadi ia mengajak Mark untuk ikut kesini.

"Mau rasa apa?" tanya Haechan yang sedang melihat-lihat berbagai varian es krim.

"Hmm.." Mark terlihat berfikir.

"Green tea? Matcha?" tanya Haechan.

Mark berdecak, "Demi Tuhan, sesungguhnya itu rasa yang paling tidak ku sukai."

"Bagaimana dengan vanilla?" tanyanya lagi.

"Sepertinya tidak buruk."

"Apanya yang buruk?"

"Rasanya."

"Mana ada rasa es krim yang buruk? Belum bisa move on dari mantan itulah perasaan yang paling buruk." Haechan terkikik.

"Kau terlalu dewasa."

"Aku pernah bilang bahwa aku memang sudah dewasa." ucap Haechan sedikit meninggikan suaranya.

"Bahkan aku saja kalah denganmu. Aku tak pernah sekalipun berpacaran, sementara mantanmu sudah berjumlah puluhan." Muka mark dibuat sesedih mungkin.

Étranger ㅡ LumarkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang