Prolog

47 2 0
                                    


ASYA AFILA

BUKKKK!!! "Aduh" Rintihku sembari memegang lututku yang memerah akibat benturan dengan batu yang tidak sengaja kusandung tadi. Sambil merintih kesakitan, kulanjutkan berlari menuju bangku kosong di pojok taman tersebut.

Aku tidak ingin siapapun, aku tidak ingin dunia melihatku sebagai gadis lemah. Seperti yang kamu tahu, aku sedang bersembunyi dari dunia.

Pertengkaran Bunda dan Ayah tadi sangat menyeramkan. Aku yang baru pulang dari sekolah berharap disambut dengan kasih sayang, ternyata semua berkebalikan dengan harapanku. Aku bahkan belum sempat menggantin baju seragam ku, aku tidak peduli orang-orang melihatku sebagai anak kecil depresi yang menangis sendirian di taman.

Yang kuinginkan saat ini hanya lenyap dari dunia.

Aku melihat sekeliling, banyak orang berlalu lalang bahagia menikmati hidupnya. Aku iri pada mereka. Rasanya aku ingin menangis saja.

Aku Asya Afila berseragam merah putih tengah menangis di taman.

Di sela-sela tangisanku yang semakin menjadi. Bahuku seperti ada yang memegang. Kudongakkan kepalaku keatas. Dari pupil mataku yang sedikit buram, terlihat samar-samar wanita paruh baya seumuran Bunda.

"Kamu sendirian, Nak?" Tanya wanita itu dengan penuh perhatian.
Tanganku saling bertautan gemetar, mataku menerawang sekeliling.
Tetap ramai.

"Iya, Tante" ucapku takut-takut.

Rupanya wanita ini memahami gestur tubuhku yang ketakutan sehingga beliau tersenyum.
Senyumnya menyejukkan, Aku suka.

"Nama kamu siapa?"

"Asya"

"Kamu udah makan?"

Aku menggeleng.

Wanita yang tidak kuketahui namanya itu pun meraih pergelangan tanganku, menggenggamnya dan menariknya berjalan menuju suatu tempat di tengah taman. Terdapat seperti perkumpulan keluarga yang memang sengaja meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Ada tikar, makanan, minuman. Otak kecilku menangkap bahwa mereka sedang piknik.

"Dia siapa, Ma" tanya seorang anak lelaki sebayaku yang berasal dari arah samping dari tempatku berdiri kepada wanita yang menggenggam tanganku.

Mama. Oh mungkin dia anak dari wanita ini.

Dia menatapku heran lalu menatap Mama-nya meminta penjelasan.

"Dia teman baru kamu, sayang. Kenalan gih"

Tangan anak laki laki itu lalu menjulur ke arahku sambil berkata " Aku Aren, Kamu siapa?"

"Aku Asya"

Kukira dia termasuk anak laki-laki sombong yang sulit berteman seperti anak kebanyakan. Ternyata dugaan ku salah.

"Lutut kamu kenapa?" Tunjuknya pada lutut ku yang memerah. "Luka?"

Aku melihat luka ku lalu memegangnya.

"Aw" rintihku.

"Sakit?."

"Enggak kok, gapapa."

Dia menaikkan satu alisnya tidak percaya dengan ucapan ku.

"Tunggu sini ya."

Anak laki-laki itu berlari ke depan seperti mengambil sesuatu. Aku melihat sekelilingku. Tampak rasa kekeluargaan yang hangat. Lagi-lagi aku teringat dengan kejadian sepulang sekolah tadi yang tidak ingin kuingat kembali.

"Pakai ini."

Aku menoleh, melihat barang pemberian Aren, sebuah Hansaplast.

Aku tersenyum mengangguk. "Makasih."

"Sini aku pakein."

Tangannya bergerak membuka hansaplast lalu memakaikan tepat di luka ku.

"Makasih." ucapku sekali lagi.

Dia mengangguk "sama-sama."

Selepas itu, Tante yang belum kuketahui namanya bersama Aren mengajakku bergabung untuk makan bersama.

Rupanya hari ini Tuhan sedang menghiburku melalui Tante dan juga-

-Aren

***

Hello, ini cerita pertama aku. Semoga suka dengan 459 kata untuk hari ini.

How To Change #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang