7. Berdua

16 2 0
                                    

"Hidup lo terlalu abu-abu, makanya perlu gue warnain sedikit biar lebih indah"

***

Telingaku rasanya ngilu. Bagaimana tidak? Bayangkan saja sepanjang kira-kira empat puluh menit perjalanan dalam mobil ini sudah 10 lagu diputar oleh laki-laki pemegang stir disebalahku. Dan lagu yang diputar itu adalah lagu bergenre rock. Selama lagu diputar pun tidak henti-hentinya mulutnya itu ikut bernyanyi. Membuat telingaku semakin sakit saja.

Ini semua gara-gara Elina. Kalau saja Elina tidak jahil menyuruh laki-laki ini untuk mengantar ku pasti aku tidak berada disini bersama manusia stress.

"Bisa diganti gak lagunya? Atau kalau gak  mulut manis lo itu bisa diem sebentar gak?" tanyaku dengan nada ketus disertai lirikan jahanam.

Dia terkekeh "Sebentar itu berapa lama? Satu detik? Dua detik?"

Aku melotot ke arahnya. Gila satu ruangan dengan cowok ini memang bisa menyulut emosi kalau kita tidak pandai-pandai mengendalikannya.

Kupilih mengedarkan pandangan ke arah jendela dibandingan harus meladeni cowok tidak waras, gak jelas, yang sialnya berada disebelahku saat ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kupilih mengedarkan pandangan ke arah jendela dibandingan harus meladeni cowok tidak waras, gak jelas, yang sialnya berada disebelahku saat ini.

Tapi rasanya laki-laki ini memang tidak pernah bisa memberikanku ketenanangan sedikit pun. Tangan jahilnya itu seenaknya saja menoel-noel pipiku kemudian menyubitnya seperti squisy. Padahal pipiku ini tidak bisa dikategorikan cubby. Malah terkesan tirus. Jadi dicubit seperti itu tentunya sakit kan.

"Apaan sih." sungutku seraya mengusir tangannya dari pipiku.

"Jutek amat." ledeknya.

Kata-katanya itu hanya ku balas dengan decakan bibir saja. Aku sudah terlalu malas untuk meladeni sikap kekanak-kanakannya.

Setelah lama saling diam dalam perjalanan. Kulihat mobil yang dikendarai oleh Rendo ini berjalan ke arah yang berlawanan dengan arah rumahku yang sudah ku beritahu padanya tadi. Dari pertigaan sini harusnya jika menuju ke komplek perumahan tempat tinggalku itu belok ke kanan, tapi ini malah belok kiri.

"Eh eh lo mau bawa gue kemana? Rumah gue ke arah sana Ren." Teriakku sambil memukul lengannya.

"Diam aja deh."

"Lo mau culik gue ya." tanganku menunjuk ke arahnya.

"Mau banget diculik?."

Aku mendelik.

"Lagian gue culik cewek kerempeng kayak lo gini. Mana ada yang mau neng?."

"Nang neng nang neng, sejak kapan gue nikah sama abang lo."

"Sejak kapan gue punya abang?"

"Tau deh."

Percakapan berakhir karena mobil tiba-tiba berhenti. Kuamati pemandangan sekelilingku. Terlihat danau yang indah di tengah taman yang rindang. Benar-benar suasana yang nyaman. Rupanya cowok ini membawaku ke tempat sini, tapi mau ngapain dia emangnya.

How To Change #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang