10. Dugaan

11 2 0
                                    

Gue suka kok dicemburuin, asal yang cemburu itu lo.

****


AKHIRNYA Aku bisa bernafas lega ketika pak joni lekas keluar dari kelas selepas memberikan ulangan kimia yang menguras tenaga.

Kini aku menyenderkan kepala ke bangku dengan kedua mataku tertutup sementara Elina yang duduk di sebelahku menghembuskan napas panjangnya berkali-kali melepaskan semua beban yang ditanggungnya selama dua jam berkutat dengan sepuluh soal ulangan yang tidak bisa dibilang mudah. Vinny yang duduk dibelakangku pun hanya bisa meletakkan kepalanya ke meja setelah berteriak keras tepat setelah kaki pak joni melangkah keluar pintu kelas.

"Asli deh ini gue fiks remidi!." Ujar Vinny dibelakangku yang mungkin posisinya masih sama karena suaranya terdengar tidak jelas.

"Yaelah emang kapan sih lo gak remidi." jawab Elina yang hanya dibalas Vinny dengan dengkuran pelan.

"Sya, lo bisa gak tadi?." tanya Elina.

"Pakek nanya lagi lo!." Asli itu bukan aku yang jawab tapi cewek dibelakang ku.

"Kayaknya untuk kimia kali ini, gue remidi deh." jawabku ragu-ragu. Dari sepuluh soal tadi aku memang hanya bisa menjawab 3 soal yang yakin, 4 ragu-ragu dan sisanya memakai rumus dal dil dul alias ngasal.

Mata Elina membelalak "Lah lo aja yang otaknya encer cemas apalagi gue yang hanya rempahan tembakau."

Vinny yang melihat ketidak warasan Elina tidak menunggu lama langsung menoyor kepala Elina.

"Ya gimana lagi, emang gue gak bisa."

"Kok lo jadi lembek gini sih, biasanya kan lo yang nomor satu dalam masalah nyemangatin soal pelajaran." kata Elina

"Gue denger-denger lo bukannya deket sama kak Rendo." Ucap Vinny

Aku menghendikkan bahu acuh "Biasa aja sih."

"Biasa-biasa, tau-tau udah jadian. Basi lo!." kali ini Elina yang berujar.

"Kenapa lo gak minta bantuan kak Rendo aja sih, buat belajar bareng gitu." ujar Vinny.

"Boleh tuh, entar belajarnya di rumah gue aja, kak Rendo kan sepupu gue."

Aku mengangkat kepalaku dari bangku dan menegakkan diri. Kemudian menatap kedua temanku bergantian.

"Boleh juga tuh, boleh deh kapan-kapan gue gue coba minta bantuan sama Rendo, kali aja dia mau." ucapku dengan senyum tipis bertengger.

Elina memicingkan matanya ke arahku saat menangkap gelagat mencurigakan dariku "Lo sering chattingan ya sama kak Rendo."

Aku tidak tahu apa yang terjadi oleh tubuhku, ketika aku merasa pipiku langsung bersemu merah digoda oleh Elina.

"Kok merah sih." tunjuk Vinny yang saat ini sudah duduk manis mengambil tempat disebelah kiri ku.

"Apaan sih gue gak pernah chat sama dia, orang nomornya aja gak punya"

Aku berbohong, sebenarnya sejak Rendo bilang kepadaku untuk meminta nomorku kepada Elina, besoknya dia langsung mengirim pesan memberitahu kalau ini nomornya dan  sejak itu pula setiap malam kami selalu berkirim pesan.

Jadi malu.

"Gue sering tuh nangkep basah kak Rendo senyum-senyum gak jelas sambil liat handphone. Pasti itu lo ya, soalnya kapan hari dia minta nomor lo ke gue."

Aku tidak tahu lagi ekspresi yang kukeluarkan saat ini semalu apa ketika dua temanku terang-terangan menggodaku.

"Bisa aja kan itu bukan gue, gebetannya kali." ucapku ragu-ragu.

How To Change #wattys2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang