Rahasia

42 10 2
                                    

Keadaan Keisya mulai membaik.

Akan tetapi dibalik baiknya keadaan Keisya, ada sesuatu yang membuat kekhawatiran mereka yang ada disana makin bertambah.
.


.


.



.



Kegelapan melingkupi seluruh pandangan Keisya.


Ia tersesat.


Memutari badan hanya untuk mencari secercah cahaya.

Nihil.


Tidak ada yang ia temukan.

Tidak ada seorang pun disana.


Keisya mencoba untuk meminta bantuan.

Akan tetapi suaranya tidak bisa menembus tenggorokannya.


Apakah ia bisu pikirnya.


Sesaat ia mulai lelah.


Ia terduduk.

Menangis dalam diam.


Akan tetapi, samar-samar ia mendengar suara.


Apakah itu Daniel!

Dalam hati ia berteriak memanggil Daniel.


Keisya pun berusaha berdiri dari keterpurukannya.

Enyahlah.


Enyahlah perasaan takut.


Keisya masih memutari tempat itu.

Anehnya.


Tidak ada siapapun disana.


Keisya pun mulai kelelahan.

Ia mulai mendengar suara lagi.


Tapi kali ini mulai jelas.


"Keisya! Keisya, i'm sorry. Don't leave me" Raung sedih suara tersebut menyayat hati Keisya.



.


.


.


.


.


Keisya pun terbangun dan seluruh pakaiannya basah dikarenakan keringat.


Itu ternyata hanya mimpi.


Keisya bernafas lega.


Akan tetapi...


Pikirannya berkecamuk.


Membayangkan lelaki yang memanggilnya dengan kerinduan dan penyesalan yang sangat.


Siapa lelaki itu.

Keisya seperti mengenalnya.

Itu bukan Daniel.

Yah, apa itu George?


Bukan. Keisya menggelengkan kepalanya.

Itu bukan George.

Lalu siapa lelaki itu?


Ada hubungan apa diantara mereka?


Suara itu membuat kerinduan tak bertuan.



.


.


.


.


.



"Kak Keisyaaaaaaa!" Keisya terlonjak kaget mendengar suara cemprengnya Vierra.


Vierra hanya tersenyum manis tanpa merasa bersalah kepada orang yang ia teriaki.

"Dasar bocah cabe." Keisya pun memeluk Vierra beserta bocah-bocah lainnya.

"Kami Merindukanmu kak." Ucap Tiara jujur.

"Apa kau baik-baik saja sekarang?" Tambahnya lagi.

Keisya hanya mengangguk mengiyakan akan tetapi didalam hati tidak yakin.

"Baiklah. Daripada kita berdiam seperti ini, lebih baik kita mendengarkan sambungan cerita dari kakak Keisya." Ucap Vierra bijak.

Keisya hanya menggelengkan kepalanya.

heart two love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang