Prolog

96K 4.6K 559
                                    


Prolog

___

Pintu gerbang masih tertutup rapat. Agatha turun dari mobil yang beberapa saat kemudian kembali melaju. Siswi berseragam putih abu-abu tersebut melirik jam tangannya yang berwarna putih. Memang masih terlalu pagi. Dia sengaja datang pagi karena hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggunya. Menjadi siswi SMA dan menjalani segala hal yang berhubungan dengan masa putih abu-abu selama tiga tahun ke depan.

Sekolah masih sepi ketika Agatha mendorong gerbang yang ternyata tidak terkunci. Di dekat pohon yang berjejer pada jalan utama, seorang petugas kebersihan tengah menyapu dedaunan, tubuhnya sedikit bungkuk karena rutinitas pekerjaan yang dilakukannya. Seorang pria tambun berseragam petugas keamanan berdiri siaga di dekat pos satpam. Satu orang guru berpakaian dinas sedang menelepon di koridor ruang guru. Agatha merupakan satu-satunya murid yang terlihat berjalan menuju koridor utama.

Agatha menghentikan langkahnya di depan papan pengumuman yang tak jauh dari ruangan Tata Usaha. Matanya menatap beberapa kertas yang tertempel di sana. Harapannya untuk bisa berada di kelas teratas pupus begitu melihat namanya tercetak di salah satu kertas.

"Sepuluh empat ...," gumam Agatha sambil menyelipkan anak rambutnya yang terayun menutupi pipi ke belakang telinga. Meskipun sudah mengetahui dia berada di kelas mana, Agatha masih berdiri dan membaca nama-nama lain yang ada di sana. Setidaknya dia ingin mengetahui—kalau bisa menghafal—nama teman-teman sekelasnya.

Agatha baru tersadar entah sejak kapan ada seseorang berdiri di sampingnya, ikut memandangi lembar pengumuman yang sama. Agatha menoleh untuk melihat siswa itu dengan lebih jelas.

Agatha terkesiap ketika siswa itu tiba-tiba saja menoleh ke arahnya, membuat mereka saling tatap. Mereka berdiri berdekatan, hingga lengan kemeja sekolah mereka saling bersentuhan, ujung sepatu mereka bahkan bisa bersentuhan jika salah satu sedikit bergerak. Tak ada yang mereka lakukan selain menatap satu sama lain. Sama-sama diam, mata hazel Agatha beradu pandang dengan manik hitam cerah siswa di sampingnya.

Sepersekian detik setelah adu pandang itu, keduanya bersamaan memalingkan wajah dan kembali menatap ke kertas di papan pengumuman. Agatha memasang earphone di telinga kiri. Kepalanya mengangguk-angguk pelan mengikuti alunan lagu yang terdengar di telinga. Bibirnya bergerak-gerak mengucapkan lirik tanpa suara.

Setelah merasa tak ada lagi yang perlu dibaca di papan pengumuman, Agatha siap beranjak pergi. Rencananya setelah ini, dia mau berkeliling sekolah, mumpung masih belum banyak siswa yang datang.

"Ghali!"

Belum terlalu jauh melangkahkan kaki, Agatha menoleh melihat ke arah sumber suara. Siswa yang tadi berdiri di sampingnya juga sudah pergi, berjalan menuju ke arah siswa yang tadi bersuara.

Agatha menatap lurus punggung siswa yang ditebaknya bernama Ghali itu. Sebuah ingatan muncul seketika mengulang nama tersebut di dalam hati. Dia kembali ke depan papan pengumuman, membaca sebuah nama yang tercetak persis di atas namanya.

23. Radhika Ghali.

24. Revaliane Agatha Anasti.

{ { {

An:

Halo!

Jadi, ini spin off dari True Stalker yang dari tahun lalu aku maksud. Masih ada beberapa part lagi bakalan aku post, seperti yang aku bilang selama ini dan baru kesampaian sekarang. Ceritanya sudah selesai kok, tinggal aku post sampai terbit.

Kisah Agatha dan Ghali yang sudah baca novel True Stalker pasti tahu (bagi yang sudah baca True stalker versi novel jangan berisik please.. wkwk) biar surprise bagi yang lain. Kalau belum baca True Stalker dan mau baca Our Years duluan, silakan..

Cerita ini berpusat di kelas X. Adiba belum ada di sini, nanti ada kok (di novel)

Gimana? Kangen tokoh siapa di True Stalker?

Karena cerita ini berbeda, tapi masih satu universe dengan True Stalker, berarti bakalan ada tokoh-tokoh baru muncul (teman-teman Agatha tentunya yang nggak diceritain di True Stalker waktu itu) dan beberapa tokoh di True Stalker nggak ada di Our Years (Diba dkk)

Semoga suka!

Dan selamat membaca.<3

Part selanjutnya besok? Lusa?

thanks for reading!

love,

sirhayani


Our YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang