07

23.5K 1.9K 76
                                    

by sirhayani

part of zhkansas

___

Mobil yang dikendarai Ghali melaju dengan kecepatan yang perlahan menurun. Pandangan Ghali berfokus pada jalanan di depannya. Beberapa mobil tak jauh di depannya perlahan berhenti karena lampu yang menyala merah, menunjukkan hitungan mundur di atas angka 30.

"Nanti lurus aja, Ghal. Bakery-nya di sebelah kiri." Amira memberi petunjuk kepada Ghali. Tatapannya yang tadi sempat terangkat untuk melihat jalan, kini kembali turun memandang layar perangkat tablet di tangannya.

"Yang mana, Ma?" tanya Ghali, bingung.

Amira kembali mengangkat pandangannya, memandang ke depan. "Jalan terus aja. Nah, itu! Toko yang ketiga."

Ghali mengangguk paham. Lampu merah mulai berganti warna dan kini sudah berganti ke warna hijau. Ghali segera melajukan mobil sedan yang dia kendarai menuju arah yang ditunjuk Amira, ke sebuah bangunan bertingkat tiga.

Setelah memarkirkan mobil, Ghali mengikuti mamanya turun dari mobil. Ghali menatap dan memperhatikan logo besar yang terpasang di depan toko, matanya menyipit. "Agatha's Bakery?" gumamnya.

Amira memandang Ghali dengan bingung. "Kenapa, Ghal?"

Ghali menggeleng. "Nggak apa-apa, Ma."

Mereka berjalan menuju pintu otomatis.

"Kamu duduk aja, ya. Mama nggak lama, kok," kata Amira lagi setelah melewati pintu dan melihat sekilas ke seluruh penjuru toko, mencari temannya yang sudah berjanji bertemu.

Ghali menuju ke meja di pojokan. Ada banyak pengunjung di dalam toko roti hingga membuatnya sedikit risi; beberapa membeli kue, beberapa lagi sedang menikmati menyantap aneka roti dan kue yang tersaji di dalam toko.

Baru beberapa menit duduk, Ghali sudah ingin cepat-cepat pergi dari sana. Dia tidak melihat ke mana tadi mamanya menghilang. Ghali mengetuk-ngetukkan jemarinya di atas meja, berusaha menghilangkan kebosanan. Pandangannya tertuju ke luar dinding kaca yang memperlihatkan kendaraan berlalu-lalang.

Suara tawa yang terdengar seiring masuknya beberapa orang ke dalam toko, membuat Ghali menoleh ke arah pintu. Tiga orang cewek masuk dengan tawa yang masih menggema. Salah satu dari mereka menempelkan telunjuk ke bibirnya, memberi tanda agar jangan berisik.

"Gue nyamperin Nyokap dulu, ya. Kalian boleh pesen apaan aja. Gratis," tukas Agatha dengan senyum lebar mengembang di wajahnya.

"Enak banget temenan sama anak yang punya toko. Gue sama Ivana ambil yang mahal-mahal nggak apa, kan?" Azrina melingkarkan lengannya ke belakang leher Ivana sambil tertawa kecil.

"Hari ini gratis, tapi besok-besok harus bayar, dua kali lipat," Agatha tertawa. Disambut wajah kecut kedua temannya.

Tatapan Ghali terus memperhatikan Agatha dan kedua temannya. Ghali sedikit terkejut melihat penampilan cewek itu yang terasa berbeda dari biasanya. Dia memang selalu melihat Agatha memakai seragam sekolahnya, sehingga penampilan Agatha dengan baju bebas terasa berbeda baginya. Agatha memakai kaos putih, sling bag berwarna putih, jumpsuit denim, dan sepatu kets abu-abu dengan kaos kaki semata kaki. Rambut panjangnya yang berwarna kecokelatan dibiarkan lepas, mencapai pinggang, membuat bagian bawah rambut yang sedikit bergelombang terayun-ayun ketika bergerak.

Ghali perlahan mengembus napas. Entah kenapa, tatapannya tidak bisa beralih dari sosok Agatha.

***

Our YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang