11

27.2K 1.8K 72
                                    


___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Ghali menuju ke bangku panjang di lorong sekolah dan duduk di sana. Dia bergeser memberi tempat untuk Agatha duduk di sebelahnya.

"Mau ngomongin apaan?" tanya Agatha sambil menatap Ghali. Beberapa murid melewati mereka yang sedang saling tatap.

"Handphone lo kapan dibenerin?" tanya Ghali. Sedetik kemudian dia mengumpat dalam hati. Bego! Kenapa gue malah nanya gitu?

Sebenarnya yang ingin Ghali tanyakan adalah tentang tugas kelompok mereka. Namun, entah kenapa begitu berhadapan dengan Agatha, yang muncul di benaknya justru tentang ponsel Agatha yang tidak sengaja dirusaknya.

Agatha menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga dan tersenyum. Dia mengangkat ponselnya ke depan wajah Ghali, memperlihatkan layar ponsel yang sudah kembali mulus tanpa jejak retak karena pernah terjatuh. "Udah gue bawa ke tempat servis handphone. Untung bisa gue ambil cepet. Mau nanya itu doang?" Agatha mengernyitkan dahi.

"Iya, eh, enggak," ucap Ghali gugup karena berusaha untuk tidak salah bicara lagi. "Oh iya, masalah yang kemarin jadinya gimana?"

"Masalah yang mana?"

"Kerjain tugas?"

"Oh, itu," Agatha menyelipkan lagi anak rambutnya ke belakang telinga. Ghali diam-diam menyadari satu kebiasaan yang sudah beberapa kali Agatha lakukan itu.

"Gue bingung juga, sih. Mungkin waktunya cuma malam. Soalnya nggak lama lagi ada tanding basket dan gue jadi panitianya. Jadi, kemungkinannya kita chatting aja lewat LINE? Di atas jam tujuh atau delapan, habis makan malam. Tergantung lo juga sih, jam segitu udah bebas atau belum?" tanya Agatha.

Ghali menggeleng pelan. "Gue nggak ngapa-ngapain kok jam segitu," ujarnya. "Atau, di rumah gue aja?"

"Eh?" Agatha menatap Ghali dengan terkejut. "Di rumah lo? Malem-malem?"

Ghali mengangguk.

Agatha masih menatap Ghali. "Nyokap lo lagi di Jogja, 'kan?"

Ghali menegakkan tubuh, mengerti maksud perkataan Agatha. "Iya, Nyokap emang masih di Jogja. Kalau lo mikir gue mau rencanain sesuatu hal yang berbahaya buat lo, lupain. Gue nggak seberengsek itu sebagai cowok. Atau, lo ajak aja temen-temen lo buat ngawal." Ghali memperhatikan beberapa murid yang lalu-lalang.

Agatha tertawa canggung. "Gue nggak mikir gitu, kok." Cuma kaget aja dia tiba-tiba nawarin kayak gitu, lanjut Agatha dalam hati.

"Lo risi?"

"Risi?"

"Risi ngerjain tugas berdua aja sama gue."

Agatha mengerutkan kening lalu menggeleng dengan cepat. "Ah, enggak, enggak."

Ghali memperhatikan Agatha yang tampak canggung. Sebenarnya ia mengusulkan mengerjakan tugas di rumahnya karena malas mengetik kata-kata yang panjang. Selain itu, dia juga terpikir tentang ucapan mamanya tentang Agatha dan Ghali yang sempat bertemu ketika masih kecil. Ghali ingin menanyakan tentang itu kepada Agatha, tapi dia tidak tahu bagaimana cara memulainya.

Our YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang