"Cat, Ketek."
"Eh tukang fotokopi."
"Ketek kucing."
"Tukang fotokopi minum kopi."
"Eh, aku ingin membeli baju yang berkamuflase, tapi aku tidak menemukannya di toko manapun."
"Baju itu berkamuflase, bagaimana cara melihatnya?"
"Clever Cat."
"Coffee, I have a fun fact. Hell is wallpapered with all your deleted selfies."
"It's not a fun fact. It's a terrible fact."
"Who cares?"
"Ehm. Apa itu larangan Pauli?"
"Larangan Pauli atau eksklusi Pauli menyatakan bahwa di dalam satu atom tidak boleh terdapat dua elektron dengan empat bilangan kuantum yang sama."
"Wa-wahh Cat, perkataanmu sama persis dengan yang ada di buku."
"Iya, karena aku lagi baca buku kimia. Lalu pertanyaanmu sesuai dengan halaman yang kubaca, Coffee."
"I am the real magician."
"Hello Limbad, i thought you never talk."
"Hoo masa?"
"..."
"Sepertinya kemarin aku belum 'Hoo masa?' padamu, Cat."
"Lupakan, itu tradisi jelek."
"Hoo masa?"
"..."
"Yah, jangan diam."
"Kalau kau bertanya sekali lagi, aku akan menutup-"
"Iya-iya. Grumpy Cat."
"Hoo masa?"
"..."
"Wah, pertanyaan ini mampu membungkam si kopi pahit."
"Hoo-"
"Cukup."
"Hehehe. Nnggg, Cat, kau lagi belajar ya?"
"Cuma baca-baca."
"Ish, belajar dong. Gimana mau jadi rangking satu paralel Aetna High School?"
"Dasar orang gila, mana bisa belajar kalau teleponan."
"Dasar Grumpy Cat, teleponan kok sama orang gila."
"Dasar orang gila, manusia kok di katain kucing."
"Dasar kucing garong-"
"Astaga!"
"Weh, kenapa tu?"
"..."
"Cat?"
"Paman Jimi? Yuhu, apa kau sudah pulang?"
"Kenapa, Cat?"
"Tadi pintu kamarku terbuka sendiri, Coffee..."
"Ohh, barang kali ada arwah lewat-"
"Coffee, aku bersumpah kalau kau berkata seperti itu lagi, aku akan memutuskan-"
"Aku tidak mau kita putus."
"Sakit jiwa."
"Hey, bagaimana kalau ada psychopath di rumahmu?"
"Coffee!"
"Ahaha, kucing ini ketakutan! Ulu ulu ulu."
"Huft."
"Cat, siapa Paman Jimi?"
"Tebak."
"Hmm, dia pamanmu?"
"Betul."
"Kau lagi sendirian di rumah?"
"Tolong jangan bicarakan hal itu, Coffee. Mari membicarakan hal yang menyenangkan."
"Oke, apa keluargamu menyenangkan?"
"Kenapa lawan bicaraku bodoh sekali."
"Apa salahku?"
"Apa keluargamu menyenangkan?"
"Tidak."
"Apa kau berpikir keluargaku menyenangkan?"
"Ohh okay Cat, sorry."
"My new family sucks."
"New?"
"Ummm well-"
"It's fine, Cat. I'm not living with my real family either."
"Eh? Bukan begitu juga. Sekarang ini, aku tinggal bersama keluarga pamanku. Dan kenapa aku membenci keluarga ini? Aku tidak membenci Paman Jimi ataupun istrinya sih, tapi sungguh, Coffee. Para sepupuku adalah mimpi buruk!"
"Jadi, lebih menyenangkan bersama mereka atau sendirian di rumah?"
"Itu pilihan yang sulit. Keburukannya setara."
"Yah, lebih baik bersamaku, Cat."
"Lebih baik mati!"
"Wah, ada arwah orang mati!"
"Coffee, shut up!"
"Ladies first!"
"You're sucks!"
"Thanks!"
"I hate you."
"Cat, restoran mana tempatmu bekerja?"
"Mau berkunjung?"
"Akan kubeli."
"The Lunch Room, tidak jauh dari Aetna. Kau tidak akan sanggup membelinya."
"Pemilik The Lunch Room, apa kau mengenal mereka?"
"Oh, tidak. Astaga, kau pemiliknya?"
"Kenapa kau begitu sok tahu?"
"Kalau begitu siapa?"
"Sepasang suami istri, yang memiliki seorang putri. Putri ini bersekolah di Aetna. Dia akan menjadi saingan beratmu, Cat."
"Hmm, I wonder how you get all the information, Coffee."
"Yea, and I wonder how to explain everything to you, Cat."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
a Coffee for a Cat
Teen Fiction[CERITA SEDANG DILANTARKAN] "Grumpy cat." "Dog!" "Don't call me dog, please. I'm more cute." "Coffee!" "Loh, kenapa kopi? Haus?" "I hate Coffee with all of my heart." (╯°□°)╯︵(\ .o.)\ Siapa gadis yang menelepon Elva pada tengah malam? Apa tujuannya...