"Hello, Tom Cat."
"What's up, Coffee?"
"No insult?"
"Hmm. 'Coffee' is the worst insult a human can get."
"That means you're not bad enough, Cat."
"Kau ingin aku jadi jahat? Kukira kau ingin aku jadi ketua OSIS dan juara umum. Dasar cairan pahit gelap beracun yang tidak seharusnya dikonsumsi makhluk hidup."
"Hahaha, itu dia Cat."
"Hehe, menghinamu rasanya lumayan juga."
"For your information, people who use sarcasm tend to be better at solving problems."
"Wow, aku harus mempertajam sifat sarkastikku."
"Calon ketua OSIS Aetna High School harus pandai memecahkan masalah."
"Terimakasih untuk pelayanan tanpa sengaja ini, Coffee."
"Kalau kau butuh sesuatu untuk dihina, aku selalu siap sedia."
"Sungguh orang aneh."
"Ayolah, itu hinaan terbaikmu? Mana unsur sarkasnya?"
"Sungguh pria tidak ada kerjaan yang pelit, kejam, dan tidak jelas asal usulnya. Tidak sopan, sombong, angkuh, tidak rajin menabung-"
"I appreciate that. Thanks, Cat."
"Sepertinya kau ingin memperbanyak dosaku, Coff --Selamat datang, Hagai. Kau darimana saja?"
"Cat?"
"Hagai, apa kau baik-baik saja?"
"..."
"Hagai, ada apa dengan wajahmu?"
"..."
"Hagai, kurasa kau harus pulang dan mengobati dirimu. Biar aku saja yang bekerja."
"..."
"Tidak apa, Hagai. Huh, dasar keras kepala."
"Umm-"
"Coffee, kenapa semua pria begitu keras kepala?"
"Tidakkah kau sadar bahwa kau sangat keras kepala untuk membeli The Hound Of The Baskervilles itu."
"Apa mungkin aku ini pria?"
"Itu menjijikan, sungguh."
"Hahaha, jangan-jangan aku adalah banci Thailand!"
"Cat..."
"Oops, Coffee, aku berteriak terlalu keras --Hehe, hanya bergurau, Smee!"
"Smee, I know that guy."
"Eh? You know him?"
"Yea-"
"How?"
"Eh"
"Kenapa kau bisa mengenalnya? Ya, dia memang pria tua yang sangat baik-"
"No, I don't know who the hell is Smee."
"Kau berbohong ya?"
"Jangan menuduh!"
"Kau pernah datang ke The Lunch Room?"
"Tidak!"
"Kau pernah Bertemu Smee!"
"Tidak pernah!"
"Astaga! Mungkin kau melihat wajahku!"
"Eh, Ho-Hoo masa?"
"Kau kehabisan jawaban!"
"Berhenti berteriak!"
"..."
"..."
"Ya, masa bodo lah. Aku juga tidak peduli tentangmu. Yang kuperlukan hanya buku itu."
"Don't be mad."
"I'm not."
"Mad Cat."
"Hhfff"
"Grumpy Cat."
"Ya-ya. Stupid shitty Elf."
"Ouch."
"Apa tujuanmu meneleponku wahai pria-dengan-banyak-tujuan?"
"Memangnya meneleponmu harus selalu berlandaskan suatu tujuan?"
"Lantas berlandaskan apa?"
"Sesuatu yang berat, Cat."
"Nnggg, oh! Rindu?"
"Woo, kucing gila rasa."
"Ya setahuku 'rindu itu berat', ntah kenapa itu sangat terkenal."
"Mungkin rindu termasuk salah satu aspek aku menelepon, sekali lagi, aku ini pria dengan banyak tujuan."
"Dan aku adalah wanita yang tidak peduli-"
"No-no, jelas sekali kau peduli. Karena kau yang bertanya apa tujuanku menelepon."
"Oh kau benar."
"Oh aku benar?"
"Benar, ya kan?"
"Hah?"
"Dasar-"
"Yah, intinya tujuan utamaku adalah untuk menanyakan ingatanmu akan buku 'Who Could That Be At This Hour?' itu."
"Hmm, sorry Coffee. I-I have to work now."
"Ow. Okay."
"Yea, bye."
"Have fun."
"Heheh, this will be more fun if I can draw."
"Draw?"
"The Lunch Room akan menambah bayaran karyawan yang meletakan 'art' apapun di mading. Sayangnya aku --Hey, aku harus kerja. Sorry for all these random shit, bye."
"Bye."
"..."
"Draw hmm?"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
a Coffee for a Cat
Teen Fiction[CERITA SEDANG DILANTARKAN] "Grumpy cat." "Dog!" "Don't call me dog, please. I'm more cute." "Coffee!" "Loh, kenapa kopi? Haus?" "I hate Coffee with all of my heart." (╯°□°)╯︵(\ .o.)\ Siapa gadis yang menelepon Elva pada tengah malam? Apa tujuannya...