Hari yang paling ku benci... Ya... hari ini hari yang ku benci. Apalagi pemandangan didepan ku ini adalah hal yang paling ku benci, tak terbesit sedikitpun untuk ikut didalamnya. Tapi mau bagaimana lagi, ini satu-satunya untuk nyari kelas. Hari ini tahun pelajaran baru, pertama masuk sekolah setelah libur panjang, dan aku sekarang kelas sebelas. Tahulah kelas sebelas nyari jurusan.
Mau tak mau aku harus melewatinya, ini jalan satu-satunya demi sampai depan papan pengumuman. Kalau ada jalan lain, kupastikan itu yang kupilih, dibandingkan melewati hal yang paling kubenci, berdesakan. Ya, aku sedang BERDESAKAN demi melihat sebuah papan dengan kertas-kertas yang menempel disana.
Aku hampir sampai, tinggal beberapa langkah lagi. Nama-nama yang tertera mulai terlihat dari jarak mataku. Aku terus mencoba melangkah maju, teriakan para siswi sukses membuatku semakin pusing. Hampir aku sampai, tapi seseorang tiba-tiba menghalangi jalanku menuju papan pengumuman. Itu saja membuat ku kesal,hingga sebuah dorongan dari belakang membuatku terhuyung ke depan dan...
Dug...
'Aduh... Jidat gue... Gue nabrak apaan ya?' aku mendongak, ada satu makhluk spesies bumi yang paling ku hindari selama ini.
"Heh...! Jerapah! Lo ngalangin gue! Minggir gak lo!" laki-laki didepanku yang kutabrak tadi menoleh ke arah ku.
"Siapa suruh pendek kayak kurcaci mungil! Dan ya, siapa cepat dia dapat" kok nyolot ya. Lalu dia menyeringai ke arahku, seringian yang kubenci sejak awal ku lihat tadi.
Dia langsung jalan gitu aja. Gara-gara nyumpah serapahin tuh cowok, aku sampai lupa tujuan awalku. Aku langsung mencari keberadaan namaku.
A... A... A... Ameera, yup, kelas XI IPA 3, ok tak buruk.
Aku langsung mencari keberadaan kelasku dan... sendirian. Dari data tadi, aku hanya menemukan satu nama yang kukenal, Vano teman kelas sepuluhku yang tak terlalu ku kenal, maka dari itu aku sendirian. Koridor udah agak sepi sih. Aku masuk ke ruangan bertuliskan XI IPA 3. Tak terlalu ramai tapi banyak tas yang sudah duduk manis aja. Kayaknya aku terakhir deh. Terlihat sudah penuh, sampai aku kesulitan mencari tempat duduk kosong.
"Ra..." ada yang memanggilku, aku menoleh. Ada gadis bersurai hitam sebahu yang berjalan kearahku.
"Prita"
"Lo kelas sini juga?" aku ngangguk.
"Sini duduk ama gue aja, dan kayaknya emang tinggal itu deh" lanjutnya.
"Ok, makasih" aku senyum tipis. Dia langsung menarikku ke bangkunya. Dia Prita, temenku waktu smp dulu, tapi aku tak terlalu akrab. Gadis berambut hitam sebahu itu juga mengenalkanku dengan dua temannya, Jevi dan Fia.
Setelah duduk, aku hanya melamun, mood ku hari ini dalam mode buru. Daripada menambah beban sebaiknya aku diam aja.
Tak lama setelah itu, suara gaduh menyerang kelas, sekumpulan spesies, eh cowok maksud ku pada masuk berjubel kayak pada di kejar anjing aja. Ternyata ada mom Ira, guru bahasa inggris paling gaul katanya.
"Morning class..."
"Morning mom "
" Ok welcome to youre new class, saya disini akan menjadi wali kelas kalian selama satu tahun kedepan, dan saya minta kerjasamanya selama disini" katanya sambil tersenyum lebar. Terdengar sorak sorai dari para murid, aku tau mereka semua seneng dapet wali kelas gaul kek mom Ira.
"Sebaiknya saya absen satu-satu ya, biar kenal dulu" Mom Ira mengabsen satu per satu muridnya, sampai...
"Ms. Devarani" kebiasaan mom Ira, manggil muridnya pakai nama belakang, ala - ala bule gitu. Yang dipanggil malah asik ngobrol sama Jevi.
KAMU SEDANG MEMBACA
sepatu
Teen Fiction*** "Eh, jerapah...! minggir lo! Main nyelonong aja, gue duluan tahu!" "Siapa suruh pendek kaya kurcaci mungil!" eh, nih orang malah nyolot lagi.