Tet...tet...tet...
Bel pulang telah berkumandang lantang di seantero sekolah pertanda pembelajaran hari ini telah usai. Tanpa di suruh pun semua siswa telah beberes untuk segera pulang.
"Gak pulang, Ra?" tanya Prita yang sedang beberes di sebelahku.
"Ntar deh" sahutku.
"Yaudah gue duluan, ya" aku tersenyum lalu mengangguk mengiyakan.
"Duluan, Ra" pamit Via dan Jevi.
"Iya"
Bukan beberes meja untuk segera pulang, aku malah menelungkupkan wajahku di meja. Sekarang tinggalah aku dan Aga yang ada di ruangan ini, ia hanya duduk diam menghadap depan. Entahlah, rasanya aku masih kesal dengannya.
"Ayo pulang!" aku sedikit tersentak dengan ajakan tiba-tiba itu.
"Hmm" aku mulai membereskan buku-bukuku yang berserakan di atas meja.
"Lo masih marah ama gue?" tanya Aga " ayolah, Ra. Jangan kek anak kecil deh!" lanjutnya.
"Hmm"
"Gue lebih mending lo ngomelin gue panjang lebar yang gak jelas itu ketimbang lo diem-dieman kek gini" jelas Aga.
Aku berdiri menghadap Arka sambil memicing "gue masih sebel sama lo!" lalu berjalan meninggalka Aga.
***
Sepanjang perjalanan kami hanya diam setelah kejadian tadi. Baik aku maupun Aga sama-sama berkutat dengan pikiran masing-masing. Saat ini aku dan Aga tengah berhenti di lampu merah.
"Ra?" panggil Aga.
"Hmm"
Bukannya melanjutakan ucapannya, Aga justru kembali diam. Kurasa ia ingin menyampaikan sesuatu, tapi entahlah, sepertinya ia ragu.
Sampai di rumah pun Aga tak membuka suaranya sama sekali. Apa aku terlalu membuatnya takun untuk bicara? Ini bukanlah Aga yang bawel, cerewet dan usil?
Sampai di rumah aku dibuat terkejut dengan sebuah koper yang bertengger manis di ruang tamu.
Siapa yang mau pergi? Bukannya bang Adam besok ya perginya? Lagian gak mungkinkan bang Adam camping bawa koper?
Hingga ketukan sepatu membuatku menoleh ke sumbernya, pandanganku lurus mengikuti gerakan mamahku yang sedang menuruni tangga sambil membawa tas jinjing di tangannya.
"Mamah mau kemana?" tanyaku datar. Mamah berjalan cepat menghampiriku.
"Maafin mommy sayang, mommy harus nyusul papah ke London" kulihat sorot mata mamah begitu sedih "grandpamu masuk rumah sakit, kantor papah sedang ada masalah" ucap mamah menjelaskan.
"Jantung opa kambuh ya, mah?" mamah mengangguk "Ara ikut" mamah menggelang.
"Kamu harus sekolah, kamu gak boleh bolos. Lagian ada bang Adam dan Rei yang jagain kamu, dan ada mbak Wati yang ngurusin kamu"
KAMU SEDANG MEMBACA
sepatu
Teen Fiction*** "Eh, jerapah...! minggir lo! Main nyelonong aja, gue duluan tahu!" "Siapa suruh pendek kaya kurcaci mungil!" eh, nih orang malah nyolot lagi.