Waktu yang berlalu tak pernah melupakan kisah ;-)
Pening menyambutku di pagi hari, tubuhku juga rasanya bagai di hempas dari gedung puluhan meter. Tapi bagaimanapun aku haru sekolah mengingat aku punya tugas penting.
Aku menuruni tangga dengan tertatih, berpegangan pada pegangan tangga. Cukup sulit memang, meningat kaki kananku lebam karena semalam.
Saat di ujung tangga, tak sengaja mataku menemukan hal ganjil di sofa ruang tamu. Aku mengeryit melihat tas ransel hitam cukup besar tergeletak disana.
'Ransel siapa? Emang bang Adam mau muncak lagi? Tapi itu kan bukan ransel bang Adam?' fikirku.
"Ba..." hampir aku memanggil abangku tapi terpotong karena suara bising motor di luar rumah.
"Berisik banget sih! Biasanya juga nggak sebising ini?" aku semakin mengeryit, perlahan kulangkahkan kakiku menuju pintu.
Pemandangan pertama kali yang kulihat saat membuka pintu adalah dua buah motor ninja besar yang sedang di panaskan nangkring di halaman rumahku. Salah satunya si Reyn blacke motor hitam metalic kesayangan bang Adam. Dan yang satunya lagi berwarna biru tua mengkilap, tapi punya siapa?
Kuedarkan pandanganku ke bawah pohpon jambu air depan rumah. Terlihat abangku yang tengah berbincang dengan cowok berseragam sma, wait? Seragam sma?
Betapa aku ternganga saat ia berbalik. Perlahan mereka berjalan mendekat kearahku.
"Hai..." sapanya.
"Ngapain lo dirumah gue pagi-pqgi gini?" tanyaku sinis sambil memicing.
"Eits, sans mbak, gue kasih tahu, ya? Mulai sekarang gue bakal tinggal disini sampe mamih pulang dari Aceh" jawabnya.
"APA!" teriakku tak percaya.
"Apaan sih, dek? Teriak-teriak! Lagian kalo Rei disini kan bisa jadi tukang ojek lo" si abang malah belain jerapah belang.
Tiba-tiba saja pintu terbuka menampilkan mamahku.
"Mah... Kenapa Aga di bolehin tinggal disini, sih?" rengekku. Buat informasi aja, Aga itu panggilanku untuk Arka waktu kecil, karena dulu tak bisa panggil Reiga, dan Rei itu panggilan keluarga untuk Arka.
"Ya nggak papa dong, sayang? Lagian kasian abangmu, harus bolak-balik ngater kamu sekolah, terus ke kampus, belum lagi kalau ke bengkel. Kalau ada Rei kan bisa barengan" jelas mamahku.
Mengingat itu aku jadi kasihan pada bang Adam, kampus bang Adam dan sekolahku itu cukup jauh. Mau tak mau aku harus menerima kehadiran Arka di rumahku.
"Yaudah, sekarang kita sarapan dulu, yuk!" ajak mamah.
"Nggak deh, mah, Ara lagi males, langsung berangkat aja"
Selanjutnya aku mencium punggung tangan mamah dan bang Adam, begitupun Arka. Lalu kami berjalan menuju motor Arka. Sebelum menaikinya, Arka terlebih dahulu memakai jaket jeans-nya lalu memakai helm-nya.
"Kenapa sih? Cowok itu suka banget nyusahin cewek?" tanyaku berdiri di samping motor Arka sambil melipat kedua tangnku.
"Maksudnya?" tanya Arka di balik helm fullface-nya.
"Ya... Dengan para cowok suka banget pake motor gede, kan nyusahin cewek"
"Karna motor gede bikin cowok keliatan keren"
KAMU SEDANG MEMBACA
sepatu
Teen Fiction*** "Eh, jerapah...! minggir lo! Main nyelonong aja, gue duluan tahu!" "Siapa suruh pendek kaya kurcaci mungil!" eh, nih orang malah nyolot lagi.