undangan

11 2 2
                                    

Pagi ini aku dibuat pusing dengan bang Adam yang harus berangkat subuh. Mau tak mau aku harus mengurus bang Adam, membuatkan sarapan, nyiapin ini nyiapin itu. Ditambah lagi harus nganter bang Adam ke kampus.

Di tambah lagi mbak Wati, pembantuku izin beberapa minggu untuk mengurus ibunya yang sedang sakit.

Flashback on

"Non, mbak Wati minta maaf sebelumnya. Mbak minta cuti beberapa minggu buat ngurusin ibunya mbak yang lagi sakit. Mbak juga udah izin sama nyonya"

Aku yang tengah memakan sarapanku dengan tak bersemangat bertambah tak bersemangat mendengar penuturan mbak Wati.

Aku menoleh ke arah mbak Wati disebelahku, menyunggingkan senyum "yaudah gapapa, mbak. Semoga ibunya mbak cepet sembuh" kataku.

"Makasih non" aku hanya tersenyum menanggapi.

Flashback off

Alamat sudah jatuh tertimpa tangga, ditinggal pembantu ditinggal mamah.

Pagi ini di kelas aku menelungkupkan wajahku di meja.

"Lo kompak bet ama Arka, ra?" tanya Prita di sebelahku.

"Ngantuk gua" jawabku masih memejamkan mata.

"Tumben, biasanya juga biasa aja"

"Tadi subuh nganterin bang Adam ke kampus mau berangkat camping" sahutku.

"Oh..." jawab Prita ber-oh ria "padahal gue besok mah ke rumah lo biar ketemu bang Adam gitu, mungkin aja kepincut ama gue" kubuka mataku dan menengok ke arah gadis berambut sebahu di sampingku yang sedang menghayal entah kemana.

Kutegakkan tubuhku "iya kalo abang gue dirumah, orangnya aja sibuk pake banget" sahutku.

Tapi emang dasarnya cerewet ya gini, Prita terus mengeluarkan uneg-uneg di otaknya tentang khayalannya yang entah kemana. Bahkan aku pun tak mengerti apa yang dikatakannya, ngomong aja kaya orang ngerapp. Mungkin kalo di bandingkan dengan Suga yang bisa mengatakan kurang lebih 8 kata dalam satu detik mungkin sama kali ya?

Aku hanya diam melihat teman sebangkuku yang terus nyerocos tanpa kupahami itu. Hingga Prita diam karena pekikan teman spesiesnya.

"HALLU...! ORANG CANTIK MAU LEWAT" kutoleh ke asal suara dan mendapati Fia dan Jevi yang tengah berjalan ke arah bangku di depanku, terlihat Jevi menatap jengah teman sebangkunya jengah.

"Aduh!" pekik Fia setelah sampai di bangkunya.

"Berisik bege!" teriak Alvin setelah melempar pensil ke arah Fia.

"Lo apa-apaan si, Vin!" protes Fia.

"Gegara elo gue kalah main ml!" kesal Alvin.

Sepertinya rasa kantukku hilang seketika karena melihat pertengkaran dua pasang manusia itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

sepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang