dia lagi

11 1 0
                                    

"Ma...? Udah belom sih? Ara capek" rengekku ke mama karena udah berjam-jam aku dorong troli tapi mama nggak selesai-selesai.

"Bentar lagi sayang. Oh, ya! Katanya kamu punya resep baru, kamu masakin aja" saran mamaku.

"Iya mamaku sayang. Bahannya udah ada semua di troli. Mending sekarang kita pulang" jawabku sedikit geram karena harus sabar nemenin emak lagi belanja.

"Kita pulang nanti, kita makan malem disini, nanti bang Adam nyusul" aku pasrahlah mau gimana, tapi kalo kayak gini? Bisa remuk badan ku besok.

Setelah selesai makan malam di salah satu restoran di mall, aku, mama dan bang Adam langsung pulang karena aku terus merengek minta pulang.

***

Suara ketukan pintu kamarku menjadi pembatas dunia mimpi dan dunia nyataku. Tapi nyawaku rasanya masih senang bermain disana. Hingga sebuah suara yang tak asing menggema di dinding-dinding kamarku.

Tok...tok...tok...

"Sayang!, bangun! Ini udah jam lima pagi. Cepet bangun terus sholat subuh!" teriak mamaku.

Tanpa membuka mata aku berupaya mendudukkan tubuhku di kasur.

"Ya...ma...!" teriakku.

"Apa perlu ku dobrak pintunya, ma?"Sayup-sayup kudengar seseorang juga berbicara di luar kamarku. Mendengar itu aku langsung bangkit, takut kejadian dua tahun lalu terulang kembali.

" Awas ya, bang. Kalo pintu kamar adek sampe rusak lagi!" ancamku saat aku membuka pintu kamarku. Ya, abangku itu pernah mendobrak pintu kamarku dua tahun yang lalu. Saat aku baru pulang dari luar kota untuk mengikuti sebuah perlombaan sekitar jam dua pagi, karena kelelahan aku ingin tidur sampai siang, toh aku sedang kedatangan tamu. Dan karena abangku itu tak tahu, dan juga keluargaku sangat disiplin dalam hal beribadah, ya jadinya seperti itu, pintu kamarku di dobrak hingga rusak.

"Makanya, bangun kalo dibangunin!" bantah abangku.

"Tapi dulu kan adek kecapean, bang. Toh adek ada tamu!" dengusku sambil mengerucutkan bibirku.

"Udah udah, kenapa malah pada ribut disini. Ara cepetan sholat keburu siang!" suruh mamaku. Aku segera melaksanakan kewajibanku terus mandi.

***

Aku menuruni tangga kemudian menuju ruang makan untuk sarapan. Kulihat mamaku sedang membaca majalah dan abangku sedang bermain ponselnya. Lalu aku menghampiri mereka.

"Morning, mom" sapaku sambil mengecup singkat pipi mamaku. Lalu kudengar deheman seseorang di sampingku saat aku duduk.

"Pagi sayang"

"Ekhem..." bang Adam yang berdehem, ini kode minta disapa.

"Batuk, bang?" tanyaku pura-pura polos.

"Keselek piring!" jawab abangku kesel.

"Oh..." aku hanya manggut-manggut "ok, ok. Morning my B" sapaku lalu mengecup singkat pipi bang Adam. My B itu panggilan sayangku ke bang Adam yang artinya my brother. Tapi sepertinya abngku satu satunya itu sedang merajuk.

"Makanya cepet-cepet nyari pacar, biar disapa tiap hari, bang. Bahkan tiap menit" kataku ke bang Adam sambil cekikikan. Bang Adam cuma diem, aku bingung kenapa abangku yang katanya gantengnya aduhay itu nggak pernah bawa pacar, padahal temen-temenku pada nge-fans sama dia.

Lalu muncul mbak Wati dari dapur sambil bawa sarapan untukku. Mbak Wati itu art di rumahku, tapi kalo sore pulang.

"Pagi mbak" sapaku lalu tersenyum padanya.

sepatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang