JANUARI

12 0 0
                                    

"Tuhan tidak akan menciptakan rindu jika Ia tidak akan pernah menghadirkan pertemuan."

-Boy Candra-

°°°

TIDAK ada yang lebih bahagia rasanya, ketika seseorang yang sudah lama dikagumi, mendadak merespon perasaannya, sungguh, senang sekali, apalagi setiap malam percakapan ringan tidak pernah terlewatkan, usahanya selama ini untuk mendekati pria itu, rasanya sudah diberi lampu hijau.

Juni melangkahkan kakinya pelan, seperti biasa, hari ini dia menyimpan satu botol minuman isotonik dengan kertas kecil andalannya ke dalam loker dengan nama Febri Yansa Ardhani, masih pagi sekali, dan kira-kira sudah satu tahun dia seperti ini.

Walaupun, baru kali ini Juni diberi kesempatan untuk dekat dengan pria itu, rasa bahagianya tidak bisa dia tutupi, tetap saja Juni memberikan kode itu sampai saat ini.

"Juni?"

Juni terkesiap saat seseorang memergokinya baru saja menutup loker orang lain, "Ah, Maretta."

Maretta menggeleng-gelengkan kepalanya, "Masih aja?"

"Hehe, iya. Retta, gak bakal bilang siapa-siapa kan?"

Maretta mengangguk, "Enggak. Gue duluan ya."

Juni menghela nafasnya pelan, selain Maretta terkenal sangat dingin, dan cuek, Juni yakin kalau gadis itu bisa dipercaya menjaga hal ini, karena sudah beberapa kali sih, kalau dipikir, mungkin sudah ke tujuh kali Maretta memergokinya.

Setelah merasa aman, Juni langsung melangkahkan kakinya menuju kelas dengan perasaan riang, entahlah sejak kemarin tepatnya tanggal dua puluh sembilan Januari, sikap Febri terhadapnya berubah, lebih perhatian, dan lebih menganggapnya ada.

"Eh?" Juni tidak sengaja menabrak seseorang saat dibelokan koridor, sambil mengusap pelan keningnya, Juni mendongkak.

Pria yang ditabraknya melangkah mundur, nampaknya pria itu mendengus pelan sebelum tersenyum padanya.

Juni mengerjapkan matanya saat mengetahui kalau yang ditabraknya adalah Febri, apalagi pria itu memberikannya senyuman, sungguh energi di pagi hari.

"Maaf," Ucapnya kemudian sambil menunduk, "Gak sengaja."

"Gak pa-pa, Juni, nanti pulang bareng siapa?"

"Apa?" Juni menatapnya tidak percaya, barusan Febri seperti itu? Sungguh luar biasa bahagianya hati ini.

"Ah, sama Kak Juna."

"Biar sama gue aja ya, biar gue yang bilang ke Juna."

Juni mengangguk dengan seulas senyuman manis, "Tapi... Apa gak ngeganggu?"

"Ya enggaklah. Ya udah, mau gue anter ke kelas?"

"Eh, gak usah." Juni mengibaskan tangannya, "Nanti gue tunggu di parkiran ya."

Febri mengangguk, disusul langkah kaki Juni yang semakin menjauh. Setelah memastikan gadis itu benar-benar pergi, Febri mengusap wajahnya pelan.

EpochTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang