Episode 8

7 3 0
                                    

Musim dingin akhirnya datang. Biasanya warga Korea lebih ban­yak menghabiskan waktunya di dalam rumah bersama keluarga daripada berada di luar dengan cuaca yang sangat dingin. Tapi tidak bagi mereka yang mempunyai aktivitas di luar rumah, dan harus tetap melakukannya. Merekapun membekali diri dengan jaket tebal, syal, sarung tangan, untuk melawan hawa dingin. Begitu juga dengan Park Jung Wo yang telah menyiapkannya jauh-jauh hari sebelum musim dingin tiba.

Di hari pertama musim dingin ini, entah mengapa, tiba-ti­ba ia merindukan bentuk perhatian yang biasa diberikan Dok­ter Han, seperti mengirimkan sms padanya. Ya, sejak ia melihat Dokter Han bersama lelaki itu di kantin rumah sakit, Park Jung Wo merasa perhatian Dokter Han kepadanya, perlahan berku­rang. Ia merasa ada yang kurang dan ia merindukannya.

Digenggam ponselnya dengan perasaan berkecamuk, setelah melihat tidak ada pesan datang dari Dokter Han.

"Aisshhh, kenapa aku ini? Kenapa perasaan ini belum hilang juga dan malah semakin dalam saja? Kalau seperti ini terus, aku yakin bisa jadi gila." Park Jung Wo pun melangkahkan kakinya ke luar apartemen menuju kampusnya.

"Jung Wo-ya, gwaenchana?" tanya Yuri ketika melihat sa­habatnya itu seperti mengkhawatirkan sesuatu, saat mereka bertemu di kampus.

"Ah, Yuri-ya, tidak aku tidak apa-apa," elak Park Jung Wo.

Apa ini ada hubungannya dengan Dokter Han, Jung Wo-ya? batin Yuri bertanya.

"Baiklah, kalau kamu memang tidak apa-apa. Berhenti me­masang wajah seperti itu dan tersenyumlah," ucap Yuri pada Park Jung Wo.

Park Jung Wo pun menuruti untuk tersenyum di depan sa­habatnya itu.

Selama mata kuliah berlangsung, mata Park Jung Wo tak hentinya menatap layar ponselnya. Entah apa yang membuat­nya melakukannya, karena jujur saja ia juga tidak tahu. Sebe­narnya sejak ia masuk ke dalam kelas, ia sudah bertekad untuk berhenti memegang dan menatap ponselnya itu, dan mencoba untuk fokus dengan mata kuliahnya pagi ini. Sempat ia meyak­ini, pikirannya telah teralihkan, tapi ternyata tidak. Akhirnya ia menyerah, dan kembali memegangi ponselnya dengan sesekali melirik layar itu, menunggu sesuatu muncul di sana.

Tepat setelah kelas selesai, akhirnya layar itu menyala dan memunculkan sesuatu yang ia tunggu-tunggu sejak tadi. Sebuah pesan. Dan nama pengirim yang tertulis di sana, langsung mem­buatnya sangat lega. Ia segera membuka dan membacanya.

Dokter Han Chae Rin

Jung Wo-ya apa kamu sudah sarapan pagi tadi? Aku harap sudah, karena aku ingin bertemu denganmu nanti malam, dan aku tidak ingin melihatmu dalam keadaan sakit. Jadi aku harap jagalah pola makanmu juga kesehatanmu, Jung Wo-ya. Arasseo.

Setelah membaca pesan itu, senyum senang dan lega ter­sungging di bibir Park Jung Wo. Tidak hanya karena Dokter Han tetap memberinya perhatian, tapi juga ia akan menggunakan kesempatan ini untuk bertanya kenapa dokter tersebut begitu perhatian padanya.

Yuri melihat Park Jung Wo senyum-senyum sendiri. Ia ingin tahu kenapa.

"Jung Wo-ya, kenapa kamu tersenyum-senyum sendiri sep­erti itu?"

"Ah, Yuri-ya, bukan apa-apa, aku hanya sedikit senang saja."

"Sedikit senang?"

"Iya, aku hanya sedikit senang saja."

"Sedikit senang karena apa, Jung Wo-ya?"

"Sedikit senang, karena apa ya, aku rasa kamu tidak perlu tahu itu, Yuri-ya," Park Jung Wo mencandai sahabatnya, sebe­lum berlalu dari hadapan Yuri.

Memories In LoveWhere stories live. Discover now