8

30.3K 734 1
                                    

06.00
apart

"yaampun ayden!" rachel teriak kaget karna melihat ayden tergeletak dilantai dengan pakaian yang tak karuan.

"ayden bangun!" rachel berusaha membangunkan ayden. ia membukakan kemejanya dan sepatunya.

"yaampun bau alkohol gini sih. apa jangan-jangan semalem dia, mabuk?!" rachel berusaha menahan bau alkohol yang sangat menyengat ditubuh ayden.

"ayden bangun dong" rachel menepuk-nepuk pipi ayden. dan akhirnya ayden pun bangun.

"ayden.." rachel berusaha menyadarkan ayden.

"hm.." ayden bangun dan melihat-lihat sekelilingnya.

"gue dimana?"

"kamu diapart. kamu kenapa bisa pulang kaya gini?" tanya rachel. lalu menyodorkan segelas air putih. dan langsung diterima oleh ayden. ia langsung meneguk habis air putih itu.

"kamu semalem abis ke club?" tanya rachel khawatir.

"lo gaperlu tau" ayden langsung bangun dan langsung masuk ke kamar mandi.

"tapikan ay, aku ini istri kamu! wajar aku harus tau. kamu minta aku buat selalu hubungin kamu setiap aku pergi. tapi kamu sendiri gapernah mau jujur ataupun ngasih tau kabar kamu dimana ataupun sama siapa! aku tau kamu belum bisa nerima pernikahan ini, tapi seengganya kamu hargain perasaan aku sedikit ay!" rachel berteriak sambil menangis sejadi-jadinya. ia langsung masuk ke kamar lalu mengunci pintu.

ayden yang berada dikamar mandi terdiam saat mendengar apa yang baru saja rachel katakan. ia berfikir dengan apa saja yang sudah ia lakukan selama ini kepada istrinya.

ia memang mengakui kalau ia masih belum bisa terima dengan perjodohan ini. karna umurnya yang masih muda, ia tidak ingin terikat oleh siapapun. ia masih ingin bebas menikmati masa mudanya.

bahkan sebelumnya ia sempat memiliki pacar namun pada akhirnya ia dikhianati oleh pacarnya sendiri dengan selingkuh bersama temannya ayden. dan sekarang temannya itu entah kemana tidak pernah ada kabar apapun.

ayden langsung mempercepat mandinya. setelah ia keluar dari kamar mandi dan ingin masuk ke kamar ternyata masih terkunci.

"chel, buka gue mau masuk" rachel hanya diam tidak menjawab dan masih menangis. ayden terus mengetuk pintu.

"rachel.." ayden melembutkan panggilannya. rachel masih tetap tidak menjawab apapun.

"buka pintunya. gue mau pake baju" rachel akhirnya membukakan pintunya. rachel langsung melangkah keluar kamar namun tangannya ditahan oleh ayden.

"masuk dulu. gue mau ngomong" ayden langsung menarik tangan rachel. rachel duduk dipinggir kasur dan masih sedikit terisak.

"gausah nangis" ayden berbicara sambil memakai baju. rachel terus menunduk dan tidak menjawab apapun.

setelah selesai memakai pakaian, ayden duduk disamping rachel. ayden mengelus punggung rachel. rachel tersentak kaget namun ia berusaha menenangkan dirinya agar tidak salah tingkah.

"gue.. minta maaf"

rachel tetap diam dan menunduk. menggenggam erat tangannya sendiri. berusaha menguatkan dirinya agar tidak menangis lagi.

"gue inget hari ini pengambilan sertifikat pernikahan kita" ucap ayden lagi.

"lo cepet sana siap-siap. gue tunggu diluar" ayden langsung keluar kamar lalu duduk didepan tv.

rachel hanya memandangi ayden dengan tatapan bingung. rachel keluar lalu berdiri tidak jauh dari hadapan ayden.

"kamu ga perlu nganterin aku. aku bisa pergi sendiri buat ambil sertifikatnya. kamu berangkat ke kantor aja nanti telat" ucap rachel dengan penuh usaha agar tidak terbata-bata karna suasana menjadi canggung.

ignored husbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang