Dan kini, di sini lah Nasya, disalah satu tempat makan siap saji yang berada di mall yang sama dengan mall saat ia membeli bukunya tadi,ya memang Nasya memilih ke sini karna mood Nasya sangat tak baik saat ini, mengingat Nasya yang ditinggal Bella sendiri dan Algi yang berhasil membuat darah Nasya rasanya ingin meledak tadi. Nasya memang selalu seperti ini saat moodnya sedang tak baik. Baginya, makanan adalah moodboster terbesar di hidupnya.
Namun, sepertinya hari ini adalah hari yang sial bagi seorang "Audrya Nasya". Bagaimana tidak? Pasalnya di sini sosok Algi yang menurut Nasya adalah sosok gaib itu datang lagi menghampirinya dengan tampang so gantengnya ya walupun ia memang ganteng.
"Dry" panggil Algi pada Nasya yang tengah makan dihadapannya.
"AUDRY!!!" panggil Algi dengan nada keras karna tak mendapat jawaban dari Nasya. Memang terkadang Algi lebih suka memanggil Nasya dengan sebutan Audry karna baginya Algi tak ingin panggilannya pada Nasya sama dengan panggilan-panggilan orang lain terhadap Nasya.
"Hm" gumam Nasya dengan malas karna tak ingin ribut untuk sesi kedua kalinya.
"Singkat bgt najis lu baru bisa ngarti huruf H sama M doang apa?" umpat Algi kesal.
"Paan si? Galiat gue lagi makan?" sahut Nasya dengan suara yang tak kalah kesalnya.
"Babang Algi lapar Dry, Babang Algi mau makan," lirih Algi.
"Makan tinggal makan, punya tangan kan? Pake! Percuma punya tangan kalo ga dipake!" balas Nasya ketus. Nasya memang bisa dibilang perempuan yang jutek dan cuek, apalagi bila harus berhadapan dengan manusia seperti Algi.
"Suapin Dry.." pinta Algi dengan nada manjanya. Algi memang manja pada Nasya, tapi Algi tak ingin menunjukkan ini pada siapapun. Algi hanya ingin sifatnya ini hanya Nasya dan dirinya yang mengetahuinya.
"Karna gue udah selesai makan, Audry yang cantik ini tinggal ya, BYE!"jawab nasya dengan penekanan dikalimat akhir,lalu nasya pun jalan meninggalkan Algi dengan santainya.
Algi pun terdiam sejenak dan berpikir, Perasaan tadi gua minta suapin, ko sekarang gua yang ditinggal? batin Algi kini mulai heran. Algi pun tersadar dari lamunannya ia mengingat kalau Nasya baru saja meninggalkannya.
"Woy Syaaaaa!! Ko lu ninggal gue si! Kan gue minta suapin Sya!! Woy!!" teriak Algi sambil terus mengejar Nasya. Suara teriakan Algi sangat kencang membuat beberapa pengunjung menengok ke arah Algi dengan tatapan tajam.
Kini Nasya sudah berada di Lobby mall tersebut, Nasya berniat untuk pulang karna keperluan di mall ini telah selesai. Nasya terpaksa pulang sendiri karna tadi Bella mengabarinya kalau dia diantar pulang oleh Vino. Bella dan Vino memang sedang dekat setelah beberapa minggu lalu, jadi mau tak mau Nasya harus rela kalau harus sering ditinggal sendiri seperti sekarang.
Nasya pun mencoba untuk Menelfon driver taxi untuk mengantarnya pulang. Panggilan itu baru saja tersambung, namun handphone Nasya langsung dirempas oleh Algi dan itu membuatnya kesal.
"Maaf pak gajadi ya, saya sudah dijemput, terima kasih," ujar Algi membatalkan pemesanan dan mematikan sambungan telfon itu.
"Apaan si Gi?! Gue mau balik! Kalo lu cancel taxinya gue balik naik apa?! Jalan kaki?! Bisa lumutan kaki gue sampe rumah!" kesal Nasya pada Algi dengan emosi yang sudah berada pada level tinggal dewa.
"Dry lu balik sama gue, gue gamau lu kenapa-napa di jalan gua bakal jagain lo sampe lo berada di istana lo, eh salah deng, rumah lo," jawab Algi
"GAMAU. Gue bisa pulang sendiri!!" tegas Nasya pada Algi dan langsung berjalan meninggalkannya, namun tangan Nasya ditahan oleh Algi, mau tidak mau Nasya pun berhenti karna genggaman itu."Lo harus pulang sama gue Audry, gue gamau bidadari tanpa hati gue ini kenapa-napa, paham?" tegas Algi. Sejak dulu Algi memang memanggil Nasya dengan sebutan "Bidadari Tanpa Hati" karna baginya Nasya adalah sosok yang cantik seperti bidadari namun sikapnya yg sangat tempramental apalagi pada Algi itu yang membuatnya menambah kata-kata tanpa hati tersebut.
"Ayo pulang," ajak Algi dengan berjalan menggandeng tangan Nasya untuk menuju ke mobilnya. Nasya hanya diam mengikuti apa yg diucapkan Algi, Nasya hanya malas kalau nantinya akan ada pertengkaran dan berujung perang dingin lagi.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Sesampainya di rumah Nasya, Algi memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Nasya yang cukup luas itu. Algi memang berniat untuk mampir sebentar hanya untuk sekedar berkunjung di rumah itu karna sudah lama Algi tak berkunjung lagi ke sana.
"Mahh!!" teriak Nasya sambil memasuki rumah.
"Eh Syaaa, dari mana kamu?" tanya Laya Perwira yang merupakan mamah dari seorang Nasya.
"TANTEEEEEEE........ALGI KANGEN BANGET SAMA TANTEEE..!" suara Algi seketika menggema di ruangan tengah rumah Nasya. Algi langsung menyalami tangan Laya dan Laya pun membalas dengan sebuah pelukan.
"Tante juga kangen Algi ko. Algi sama nasya dari mana?" tanya Laya pada kedua anak tersebut.
"Algi sama Audry ambis jalan-jalan Tan biasa anak muda," jawab Algi dengan senyum tanpa dosanya tersebut.
"Apaan lo! Gue gajalan sama Lo ya, tadi gue jalan sama Bella dan seketika lo dan geng gong lo itu dateng, semuanya jadi kacau! Ditambah lagi gara-gara temen Lo Vino yang nyulik Bella cuma buat diajak kencan dan pada akhirnya gue sendiri!!" omel Nasya dengan wajah yang sudah mulai memerah seperti kue red velvet karna emosinya.
"Udah-udah gausah berantem terus, dari dulu kalian tuh gaberubah ya pusing Mamah denger kalian ribut kaya gini terus," lerai Laya pada kedua anak yang sedari tadi masih pada perang dingin sesi ke 4 nya.
"Noh Tan Audry nya jahat sama Algi, tadi aja Algi ditinggal pas minta disuapin," rengek Algi pada Laya.
"Ngadu aja terus! Mulut ember dasar! Tau deh ya serah lo, gue males berurusan sama jin bertanduk satu macam lo!" Ucap Nasya sambil meninggalkan tempat itu lalu menuju ke Kamar nya yang dianggap paling nyaman saat ini. Sama seperti Algi yang memiliki panggilan khusus untuk nya, Nasya pun memiliki panggilan untuk Seorang Algi, "Jin Bertanduk satu", panggilan mereka memang dibilang aneh tapi panggilan itu sudah ada sejak mereka masih SD dan bertahan sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alginasya
RandomKetika rasa sayang menjadi terlalu besar disaat itulah kita harus mengikhlaskan.