Selepas mengurus paspor, visa dan adminitrasi lainnya tadi pagi, siang ini Asyiah punya jadwal mengisi acara majelis ilmu di Islamic Center Kuningan. Kata Ustadzah Ningrum, dia bakal menyampaikan materi tentang berbakti kepada orang tua. Materi yang cukup terkenal dan insya Allah, dia akan membawakannya dengan baik.
Paman Syarif adalah sopir keluarga pengurus pesantren dan Asyiah saat ini diantar olehnya menuju masjid tersebut. Perangai beliau humoris dan sangat ramah. Dia terbuka dan tak jarang memberikan masukan-masukan saat kondisi Asyiah kurang baik. Paman Syarif tahu betul hubungan Kyai Harun dengan putrinya selalu mengalami pasang surut. Jujur, pria berusia setengah abad itu lebih sependapat dengan gagasan-gagasan Asyiah karena lebih segar, logis, mudah dicerna dan menentramkan jiwa.
Mobil berwarna hitam itu memasuki parkiran masjid Islamic Center Kuningan. Asyiah izin masuk ke masjid. Sementara Paman Syarif katanya mau pergi dulu ke toko pakaian, ada sesuatu yang hendak dia beli.Setibanya di teras masjid, para remaja baik perempuan maupun laki-laki menghampirinya. Mereka bersalaman dengan Asyiah sembari mengucapkan salam. Mereka adalah remaja masjid Islamic Center Kuningan.
"Giliran saya sebentar lagi atau masih lama?" tanya Asyiah.
"Oh, giliran kamu sehabis penceramah yang ini," jawab Daud, ketua remaja masjid yang juga dulunya teman satu sekolah Asyiah saat di MTs dan MA. Orangnya asyik. Hafiz pula.
Rupa Daud begitu memesona. Wajahnya kearab-araban. Kulitnya putih bersih. Tinggi pula. Lebih-lebih kalau sudah tersenyum, lesung pipit membuatnya kian menawan. Dan dia memang sering tersenyum. Banyak sekali kaum hawa yang terhipnotis. Tak jarang yang di antara mereka yang mendekatinya, baik secara sembunyi-sembunyi ataupun berterus teras. Namun, tak satu pun yang direspon karena dia hanya mencintai seorang gadis yang sangat salehah. Namun, gadis tersebut tak peka terhadap setiap kodenya. Dan gadis itu adalah Asyiah.
"Kalau begitu saya masuk dulu, ya?" izin Asyiah.
Daud dan remaja masjid lain mengangguk.Beberapa di antara mereka mengantarnya sampai masuk ke masjid dan mendekati mimbar kecil untuk berceramah.
Yang saat ini sedang menyampaikan materi adalah Ustaz Hanafi. Bagi Asyiah, beliau adalah satu penceramah yang unik. Ucapannya penuh akan kata-kata filosofis. Ceramahnya terkesan mengajak bukan menggurui. Beliau merupakan dosen di salah satu universitas di Cirebon.
Setelah menunggu setidaknya lima belas menit, Ustaz Hanafi akhirnya meminta diri dan mengucapkan salam penutup. Beliau kemudian meninggalkan mimbar. Menghampiri Asyiah.
"Ustaz," tutur cucu Kiai Quraisy itu sembari menempelkan kedua tangan di dada. Punya wudu dan memang dilarang. Seperti kata Nabi SAW, lebih baik tertusuk duri daripada bersentuhan dengan yang bukan muhrim."Sekarang bagianmu, bukan?" tanya Ustaz Hanafi.
Asyiah memanggut. "Benar, Ustaz."
"Kalau begitu silahkan! Maaf saya tidak bisa mendengarkan tausiah Ananda, mesti ke Cirebon sekarang juga."
"Tidak apa-apa." Asyiah menyunggingkan senyum takzim.
"Saya izin dulu, ya! Wassalamu'alaikum warahmatullah."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," sahut Asyiah dan dua remaja masjid yang mengantarnya.
Ustaz Hanafi pun mulai melangkah meninggalkan masjid. Para remaja masjid yang ada di luar langsung menghampirinya ramai-ramai. Meminta salam, juga ucapan terima kasih. Sementara Asyiah, dipersilahkan oleh dua panitia tadi agar menempati mimbar kecil yang ada di tengah-tengah. Dia pun membuka tausiahnya dengan salam, syukur dan salawat. Dilanjutkan dengan materi tentang berbakti kepada kedua orang tua. Terus hingga kurang lebih dua jam.
![](https://img.wattpad.com/cover/151154351-288-k903073.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Demi Surga yang Terbakar
SpiritualIstri Rasulullah SAW, Khadijah ra, menjadi teladan bagi Asyiah, terutama ketaatannya kepada agama dan juga karena beliau seorang saudagar wanita yang sukses. Asyiah berasal dari keluarga pengurus pesantren. Dia juga seorang pendakwah muda yang memil...