3

976 201 11
                                    

Pelajaran bersama guru Park telah selesai. Sepanjang mereka bernyanyi tadi, Jungkook tidak mengingkari perkataannya. Dia tidak pernah sekalipun melepaskan tangan Yein. Dia selalu menggenggamnya.

"Jangan kemana-mana oke? Aku pergi ke toilet sebentar, nanti aku ke sini lagi untuk menjemputmu," Yein mengangguk patuh. Jungkook berlari keluar ruangan perlengkapan musik.

Yein sendirian kini di ruangan yang dipenuhi alat-alat musik itu. Berdiri sendiri dengan tangannya yang mendekap erat buku komunikasinya.

Yein tersenyum malu mengingat apa yang terjadi dengan dirinya dan Jungkook hari ini. Lelaki itu begitu peduli padanya, lelaki itu mengerti akan dirinya, lelaki itu berbeda dari teman yang lainnya.

"Apakah dia sebenarnya juga tuli dan bisu? Kenapa dia lancar dalam menggunakan bahasa isyarat? Dan mengapa dia mampu mengerti apa yang aku ucapkan? Ah, tapi tidak mungkin, waktu itu dia jelas dan lantang memperkenalkan dirinya di depan kelas, buktinya teman-teman yang lain mengerti apa yang dia ucapkan. Tidak, Jungkook adalah pria normal," Yein berbicara dalam hatinya sekaligus berdebat dengan pemikirannya.

Yein kembali membuka buku komunikasinya. Dibaliknya satu demi satu lembaran bukunya itu. Dia menemukannya. Di balik halaman yang terdapat banyak sticker cinderella itu terdapat gambar serupa yang dibuatkan Jungkook untuk dirinya tadi. Yein memandang gambar itu sedetik kemudian mendekap gambar di atas buku itu tepat di depan dadanya.

Ia teramat bahagia.

"Yein!" suara seseorang memanggil Yein dari arah pintu masuk.

Yein tidak mendengarnya.

"Yein!" panggilan itu dikeluarkan dengan teriakan keras. Bahkan disertai dengan tendangan pada pintu. Tetapi tetap sama, Yein tidak mampu mendengar suara apapun.

"Aish, kenapa gadis tuli dan bisu itu gak bisa sekalipun gak buat aku jengkel, harus gitu ada perlu sama dia, kita harus dekat-dekat," gadis berponi itu menggerutu melihat Yein yang tidak menoleh sedikitpun padanya.

"Jangan emosi Eunha, kan kamu yang mau ganggu dia, kenapa kamu yang marah?" Pinky berucap di samping kiri Eunha.

"Jangan cerewet!" Eunha menggertak Pinky dengan gerakan tangannya seperti akan memukul.

"Ayo cepetan, nanti keburu Jungkook balik jemput dia," Pinky tidak takut dengan gertakan gadis mungil itu.

"Ini gimana cara manggilnya coba? Dia udah kayak orang bodoh gitu dipanggil nggak noleh, aku nggak mau dekat-dekat sama dia!"

"Ah iya," Eunha kemudian meraba-raba saku baju seragamnya. Berniat menjangkau penanya.

Wusss

Sesaat Eunha telah meraih penanya, dia langsung melemparnya ke arah Yein yang masih terus berdiri dengan senyuman di bibirnya.

"Aaakk..." Yein merasa kesakitan, dia refleks memegang kepalanya. Kemudian ia menoleh ke arah kiri dimana kepalanya terasa dilempar sesuatu oleh seseorang. Ia mendapati Eunha dan Pinky yang berdiri di depan pintu masuk.

Yein menatap dua gadis yang dianggapnya teman itu dengan bingung, kemudian ia melihat ke arah bawah, ternyata benar antara Eunha dan Pinky yang melemparnya, pasalnya tergeletak pena berwarna biru di samping kakinya. Yein membungkuk meraih pena tersebut, kemudian berjalan ke arah dua sahabat karib itu.

"Aaa?" Yein menyodorkan pena biru itu ke depan Eunha dan Pinky bergantian.

"Ini punya aku!" Eunha merebut kasar pena itu dari tangan Yein.

"Aaa?" Yein menaikkan alisnya dan mengangkat tanganya. Bertanya 'Ada apa?'

"Pinky, ambil buku komunikasinya!" perintah Eunha pada Pinky.

Secret ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang